Tahun 2013 ketika anak sulung masih berusia lima tahun |
Sejak anak-anakku kecil, selalu ada tempat main murah meriah yang mereka sukai dan saban minggu kami datangi: bandara dan stasiun kereta api. Dulu ketika nonpenumpang masih gampang masuk ke peron, hampir tiap pekan kami pergi ke stasiun karena mereka suka sekali melihat kereta api. Mereka betah menghabiskan waktu berjam-jam untuk memandangi kereta yang lalu-lalang, sambil sesekali bertanya mengenai hal-hal yang tidak mereka pahami. Namun, ketika peron sudah diperuntukkan bagi penumpang yang memiliki karcis saja, kami sudah jarang main ke stasiun lagi. Mengintip-intip kereta api di sela-sela pagar—karena tidak bisa masuk ke peron—lama-lama terasa tidak mengasyikkan bagi anak-anak.
Lain halnya dengan bandara. Sejak dulu hingga sekarang—yah, paling tidak hingga kami pindah dari Bandung—nongkrong di pinggir TPU Sirnaraga yang berbatasan dengan runway menjadi menu biasa setiap akhir pekan. Ada spot menarik di situ, tempat kita bisa dengan leluasa menikmati pemandangan pesawat landing dan take-off. Dulu bentuknya berupa bangunan lawas yang bisa dinaiki bagian atapnya. Bangunan yang sudah terbengkalai itu ramai orang kala weekend. Pada suatu ketika bangunan tersebut dirobohkan, tetapi hal itu tidak menyurutkan antusiasme orang untuk melihat pesawat di spot yang sama.
Sebelum pandemi melanda dunia, tempat di ujung runway ini merupakan objek wisata murah meriah bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Murah karena tanpa tiket masuk (paling banter cuma bayar parkir), meriah karena menyenangkan buat anak dan bisa dijadikan ajang menambah pengetahuan jika kita pintar-pintar menyelipkan info sains tentang pesawat terbang. Di sekeliling lahan kosong yang dijadikan tempat parkir kendaraan, orang juga ramai menggelar dagangan makanan dan mainan. Suasananya mirip dengan Gasibu kala hari Minggu pagi: ada gerobak-gerobak makanan, ada meja dan kursi sederhana untuk makan di tempat, ada komidi putar, ada penjaja mainan, dsb.
Ketika anak-anak sudah mulai besar, mereka tak lagi sekadar menikmati pesawat landing dan take-off belaka. Aktivitas plane spotting yang mereka lakukan semakin mengasyikkan. Mereka mulai berdiskusi mengenai mekanisme mesin pesawat terbang sembari memasang mata pada aplikasi pelacak pesawat yang terpampang di layar smartphone. Kadang-kadang mereka membawa teropong untuk mengawasi pesawat yang mulai mendekat. Kemudian ketika mereka mulai terbiasa mengunggah video di Youtube, mereka juga asyik mengambil gambar lewat kamera ponsel.
Tempat main anak memang tak harus mahal. Keingintahuan anak yang selaras dengan minat mereka bisa diwujudkan melalui hal-hal sederhana, tinggal orang tua yang pintar-pintar menangkap minat anak dan memfasilitasinya. Aktivitas mengunjungi stasiun dan bandara juga kami lengkapi dengan membeli buku-buku yang menunjang pengetahuan seputar moda transportasi dan mengizinkan mereka untuk melihat tayangan terkait di Youtube. Mudah-mudahan hal ini akan dikenang sebagai dunia main yang menyenangkan ketika mereka dewasa kelak.
No comments:
Post a Comment