Monday, August 26, 2013

Mastitis

Tiga hari menjelang ulang tahun Hanif yang ke-5 pada 16 Juni 2013, aku terkena mastitis.

Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman atau bakteri. Bakteri dapat berasal dari beberapa sumber: tangan ibu, mulut bayi, tangan orang yang merawat ibu atau bayi, bayi, duktus laktiferus, atau darah sirkulasi. 

Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi. Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih. Untuk infeksi, organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid. (dikutip dari sini)

Jadi ceritanya, siang itu selepas kelas pilates, aku pergi ke kantor Oriflame untuk mengurus pesanan. Sudah ada sedikit rasa nyeri di payudara kiri, awalnya kupikir itu karena otot yang tertarik akibat kelas pilates sebelumnya. Ketika sedang duduk manis menanti antrian, tiba-tiba badan terasa kedinginan. Lama-lama menggigil, diikuti dengan tangan berkeringat, lutut gemetar hebat, dan sendi-sendi terasa kaku. Barulah tahu, pasti ada yang tidak beres dengan badan ini.

Perjalanan pulang dilalui dengan penuh perjuangan. Menahan nyeri yang semakin sakit sambil berusaha tetap sadar dengan kesadaran sepenuhnya karena harus menyetir mobil sendiri. Fyuuuhhh, kalau diingat-ingat rasanya luar biasa. Apalagi lutut yang gemetar dan sendi yang kaku mempersulit kaki ini untuk mengatur persneling dan rem, sampai mesin mobil sempat mati dan ban mobil sempat sedikit naik ke atas trotoar karena jalan mobil tidak dapat dikuasai dengan baik.

Waktu itu memutuskan untuk mengarahkan laju mobil ke kantor, karena selain ada janji dengan teman, jam menjemput Hanif masih lama. Barangkali bisa istirahat sambil memeriksakan diri di kantor. Ternyata sampai di kantor, badan sudah panas tinggi hingga 40 derajat celcius. Ditambah dengan pusing yang kemudian mendera, jadilah aku cuma bisa berbaring di klinik kantor. Para perawat di kantor mengira aku terkena demam berdarah. Sementara aku curiga ini mastitis, karena nyeri di payudara semakin menjadi dan benjolannya semakin keras. Dalam hati aku khawatir juga kalau terkena DB, bisa-bisa rencana acara ulang tahun Hanif bubar, padahal aku sudah memesan kue dan berniat menyiapkan goody bag untuk teman-temannya.

Selama dua hari berikutnya aku hanya bisa berbaring di tempat tidur. Untuk berdiri dan berjalan pun susah karena harus menahan sakit kepala, makan juga tak ada nafsu. Terpaksa memanggil suami pulang untuk ikut mengurus anak karena aku benar-benar tak bisa apa-apa. Masya Allah, baru kali itu aku mengalami kejadian seperti itu. Tak ada hal lain yang aku lakukan kecuali terus-terusan mengompres dan memijat payudara agar benjolannya memudar.

Alhamdulillah tepat pada hari ulang tahun Hanif, aku bisa bangun. Masih pusing sedikit, tapi aku sudah dapat bepergian untuk berbelanja keperluan goody bag. Jadi begini to rasanya kena mastitis itu. Benar-benar pengalaman tak terlupakan. Aku baru tahu bahwa mastitis bisa juga menyerang ibu yang payudaranya tidak sedang terisi penuh. Selama ini kukira mastitis hanya menyerang ibu-ibu yang payudaranya penuh (terbendung) hingga bengkak. Untuk kasus mastitisku, mungkin sumbatan pada saluran ASI-lah penyebabnya. Satu lagi ilmu baru yang diperoleh melalui learning by doing dengan cost of learning yang luarrr biasa :D