Monday, June 17, 2013

Perjalanan Jiwa

Dalam perjalanan hidupku, aku menyadari bahwa pribadiku turut bermetamorfosis seiring dengan makin bertambahnya usia. Mulai dari pribadi yang meledak-ledak kala remaja, lalu menjadi pribadi yang gloomy dan serba negatif saat kuliah hingga hamil anak pertama, kemudian berproses menjadi pribadi yang jauh lebih baik saat ini ketika sudah menjadi emak beranak dua. Mengapa bisa dikatakan lebih baik? Karena di usia 30-an sekarang ini, aku merasa jiwaku telah bertumbuh, aku berdamai dengan diri sendiri dan keadaan, serta menjadi pribadi yang lebih bahagia. Alhamdulillah.

Aku lupa kapan persisnya atau momen seperti apa yang membuatku berdamai dengan diri sendiri dan keadaan. Yang jelas, sekarang aku mensyukuri setiap detik hidupku, memilih untuk bereaksi positif terhadap berbagai keadaan, serta memilih untuk mengambil hikmah dari apapun, bahkan dari suatu hal pahit sekalipun. Jadi jangan heran kalau sekarang aku tetap tersenyum ketika menghadapi kemacetan, atau masih bisa tertawa kala anak bertengkar. Meskipun sekali-sekali kelepasan, aku rasa itu wajar saja karena aku juga manusia :D

Episode hidup yang membahagiakan ini (halah! :D) tentu tidak datang dengan sendirinya. Mungkin juga karena aku sudah bertambah tua, hahaha. Ada beberapa pelatihan bagus yang pernah kuikuti, yang berhasil mengubah sudut pandangku dalam memandang kehidupan.

Pelatihan yang pertama adalah SIAware 8 (Self Insight Awareness 8) yang diadakan oleh IA-ITB. Di pelatihan ini aku belajar menggali masalah dari dalam diriku sendiri, dan pelatihan ini membuatku menyadari bahwa keluarga adalah akar dari segala eksistensi diri. Seperti apa kita, masalah apa yang kita bawa, semua berawal dari keluarga. Pelatihan ini kuikuti pada akhir 2005. Sebagian catatan pelatihan yang tertinggal bisa dibaca di sini.

Pelatihan kedua yang menurutku juga bagus adalah pelatihan Amazing Communication-nya Bunda Rani Razak Noe’man, kuikuti pada Maret 2013. Dari pelatihan ini aku belajar dua teknik penting untuk berkomunikasi dengan anak (bisa dipraktekkan untuk berkomunikasi dengan sesama orang dewasa juga). Nama tekniknya adalah Mendengar Aktif (MA) untuk membangun jembatan komunikasi dengan anak, dan Pesan Diri (PD) untuk memarahi atau melarang anak dengan cara yang elegan. Memarahi di sini dalam tanda kutip ya, karena caranya dengan penuh kasih, tanpa emosi, dan tanpa berteriak. Dua cara ini sangat efektif untuk membuat anak menurut dan memiliki kedekatan hubungan dengan kita sebagai orang tua. Pemaparan lebih lanjut tampaknya harus dibuat dalam tulisan tersendiri karena cukup panjang.

Pelatihan berikutnya adalah pelatihan Self Emotional Healing, masih oleh Bunda Rani, kuikuti pada April 2013. Dari pelatihan ini aku belajar tentang konsep mindful life, yaitu hidup yang dijalani dengan menerima diri kita apa adanya, penuh syukur, menikmati setiap momen, menghargai diri, dan berdamai dengan masa lalu. Teknik yang diajari ada dua, yaitu Self Nurture (SN) dan Self Coaching (SC). SN mirip dengan self hypnosis, merupakan suatu terapi bagi jiwa dan bertujuan untuk membersihkan diri dari residu masa lalu. SC adalah suatu bentuk teknik untuk mengenali perasaan dan kebutuhan diri, mengenali akar dari perasaan/kebutuhan, kemudian merespon dengan aksi untuk memenuhi kebutuhan itu.

Yang membuat pelatihan ini “wow” buatku adalah bagaimana kita diilhami dengan kesadaran bahwa diri kita begitu berharga dan kita berhak untuk bahagia. Oh yess, bahagia itu dipilih, Saudara-Saudara. Kitalah yang memilih respon kita dalam menghadapi kehidupan, mau bahagia atau mau sedih. Kitalah yang memilih untuk tersenyum, entah seberapa pahitnya keadaan yang kita hadapi. Karena seorang bunda yang bahagia akan menghasilkan anak-anak yang bahagia. Indah sekali, bukan?

Alhamdulillah tiga pelatihan powerful yang pernah kuikuti di atas meninggalkan bekas positif dalam hati sehingga bisa menjadikanku pribadi yang bahagia seperti saat ini. Pernah ketika suatu hari aku merasa titik emosiku turun hingga ke titik nadir (aku menyebut saat seperti itu sebagai “momen sumbu pendek” karena amarahku gampang tersulut) dan tingkah aktif Hanif yang sederhana sekalipun berhasil membuatku uring-uringan, maka aku mulai meraba-raba ke dalam diri: apa yang salah? Apa yang membuat diriku yang bahagia ini menjadi hilang kesabaran? Momen sumbu pendek menjadi semacam alarm bagiku untuk instropeksi emosi. Dan ternyataaaa, beberapa hari kemudian aku kedatangan tamu bulanan. Legalah diriku: berarti bukan aku yang kesulitan menata emosi, melainkan memang ada saatnya emosi babak belur ketika PMS datang. Dimaklumi saja lah yaaa :D

Memang ada masanya emosi atau kesabaran menurun, kita kan juga manusia. Pasti ada saja hal-hal yang membuat mood kita berantakan. Tak masalah. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana keluar dari keterpurukan itu dengan cantik dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sebagai penutup, ada tautan menarik di sini. Semoga kita senantiasa mengabaikan hal-hal negatif yang tak penting dalam hidup dan merasa bahagia dengan diri kita apa adanya.

Monday, June 10, 2013

Bayi-Bayi Kecil Itu

Sering sekali mendengar kabar duka dari lingkungan sekitar tentang kehilangan anak ketika si anak masih dalam keadaan bayi. Dari teman-temanku saja sudah ada beberapa orang yang pernah kehilangan bayinya: ada yang ketika usia bayi baru 10 hari karena gagal nafas, ada yang ketika usia bayi 2 bulan karena tak mampu bertahan akibat lahir prematur, ada yang karena sakit ketika usia bayi 8 bulan dan 2 tahun, bahkan ada yang kehilangan janin ketika masih dalam kandungan. Belum lagi kabar dari internet tentang bayi-bayi yang kurang beruntung karena mengidap penyakit langka, kelainan, tumor, atau kanker.

Kabar-kabar itu selalu membuatku tercenung, dan seringkali membuatku menitikkan air mata. Sambil mengelus atau mengusap kedua buah hatiku, terbayang bayi-bayi malang itu dalam benak. Terbayang betapa berat beban emosi yang harus ditanggung orang tuanya, karena semua orang tua pasti tak akan pernah mau mengalaminya. Bahkan kalau bisa, kita sebagai orang tua saja yang menanggung rasa sakit itu, kita saja yang mendahului anak-anak kita dipanggil oleh-Nya.

Ada seuntai doa yang selalu terucap buat para orang tua super itu. Special children are for special parents. Bayi-bayi mungil yang telah dipanggil-Nya itu adalah tabungan di surga, yang semoga kelak bisa menjemput orang tuanya di pintu surga. Kalau mau selalu berbaik sangka pada Allah, mungkin paradigma berpikirnya harus dibalik. Betapa setiap orang tua berkeinginan mengantarkan anak-anaknya menjadi pribadi shalih dan shalihah agar anak-anaknya kelak masuk surga, dan lihat betapa dengan kasih sayang-Nya Allah menganugerahkan para orang tua ini sebuah privilege dengan masuknya buah hati mereka ke surga tanpa hisab. Takdir-Nya selalu yang terbaik, mengangkat sakit yang mungkin diderita oleh anak-anak itu.

Selalu terselip harapan bagi mereka, para orang tua sabar itu, semoga kelak mereka cepat diberi ganti buah hati lain yang akan segera bermunculan. Sebagai penyejuk hati dan pelipur lara bagi yang pernah kehilangan. Karena memang betul seperti apa yang tertulis di tautan ini, bukan kita malaikatnya. Merekalah malaikat-malaikat kecil yang dihadirkan di dunia untuk membawa kebahagiaan untuk orang-orang di sekitarnya. Merekalah malaikat-malaikat kecil yang dalam sakit mereka, Allah mengingatkan kita akan kematian. Dalam sakit mereka, Allah menguji kesabaran orang tuanya dan juga kepedulian kita.

Tulisan ini kututup dengan sebuah puisi yang kuambil dari sini. Teriring sekecup kasih untuk bayi-bayi mungil yang sudah menghuni surga-Nya, dan teriring sebait doa untuk para orang tua mereka, terutama bunda mereka.


ada sosok IBU yang luar biasa...


ibu yang slalu berada disamping mereka hampir 24 jam,

ibu yang slalu tak henti berdoa,



ibu yang pandai bersandiwara, yang tak pernah menampakkan kegundahan hatinya didepan sang anak tercinta, tak pernah meneteskan airmata dihadapan anaknya,



ibu hadirkan senyum,

hadirkan penyemangat,



walau vonis dokter sudah bicara tinggal sesaat,

ibu tak pernah menyerah,

apapun usaha agar sang anak bisa seperti sedia kala.



ibu....

tak bisa kubayangkan betapa kuatnya dirimu bu,

pun ketika Allah mengambil kembali titipan Nya,

engkau tetap dalam keikhlasanmu....


*ditulis sambil berkaca-kaca*

Wednesday, June 05, 2013

Cinta Oh Cinta

Ada yang menarik hatiku tiap kali melewati persimpangan Surapati-Cikapayang dengan Jl. Ir. H. Juanda. Perjalanan yang tertahan di lampu merah perempatan itu selalu membuatku mengedarkan pandangan ke sekeliling, dan hampir selalu membuat pandanganku tertuju pada sepasang pemuda dan pemudi yang sepertinya tengah memadu kasih.

Pasangan pemuda dan pemudi itu unik. Mereka adalah pengamen jalanan yang mengais rezeki dari satu angkot ke angkot yang lain yang berhenti di lampu merah itu. Sang pemuda memegang gitar sementara kekasihnya menyanyi. Lalu apanya yang unik? Entahlah, ada sesuatu yang merembesi hati kala melihat mereka. Badan sang pemuda kurus dan penuh tato, bibirnya juga bertindik, tapi bagiku sama sekali tak tampak menakutkan karena ia selalu memandang kekasihnya dengan penuh cinta. Binar cinta itu sangat tampak dalam setiap hal kecil yang ia lakukan, misalnya seperti ketika ia memberikan air minum kemasan gelas pada si pemudi, membersihkan tepian trotoar untuk tempat duduk si pemudi, atau bahkan ketika mereka sekedar berbincang dalam samar.

Si pemudi tidak cantik. Tapi wajahnya tak pernah tampak sedih atau galau. Dia dalam keadaan sedang hamil besar, mungkin buah hati dalam kandungannya adalah anaknya dengan pemuda itu. Aku tak tahu apakah mereka terikat dalam pernikahan resmi, yang jelas mereka terlihat saling mencintai. Di mataku, pekerjaan mengamen yang mereka lakoni berdua seperti dilakukan dengan enjoy. Aura cinta mereka menguar dengan jelas, membuatku tertegun dengan kenyataan bahwa cinta bisa menguatkan dalam kondisi sesulit apapun.

Beberapa hari ini aku tak melihat mereka. Mungkin si pemudi sudah melahirkan? Entahlah. Yang jelas, tiap kali aku mengingat mereka, aku juga mengingat tentang kekuatan cinta.

Monday, June 03, 2013

ASI untuk Dek Abi

Enam bulan lagi, insya Allah Dek Abi akan lulus S3-ASI. Perjalanan panjang memberikan ASI yang dimulai sebelum kelahirannya: mulai dari membulatkan niat, melengkapi ilmu, melengkapi alat tempur, hingga ujian sebenarnya yang datang sejak ia lahir (baca kisahnya di sini).

ASIX pada Enam Bulan Pertama


Enam bulan pertama adalah masa-masa terberat. Poin-poin penting yang kulakukan saat itu:
  • Mind management yang tak henti dilakukan: untuk meyakinkan diri sendiri bahwa produksi ASI-ku melimpah, melatih pikiran untuk tidak memikirkan hal-hal yang tak penting, menjauhkan diri dari segala hal yang bisa membuat stres. Intinya adalah berusaha rileks dan yakin bahwa aku mampu memberikan ASIX. Rileks dalam keseharian, rileks saat pumping, dan rileks saat menyusui, sambil tak henti-hentinya berdzikir dan melakukan afirmasi.
  • Melengkapi perbekalan alat tempur (uraiannya ada di bawah).
  • Pumping di mana saja dan kapan saja. Pernah waktu itu muter-muter keliling kampus untuk mencari tempat pumping yang representatif dan nyaman, setelah menemukan kenyataan bahwa beberapa musholla masih dikunci karena hari masih pagi. Aku tak lupa untuk konsisten melakukan pumping agar produksi ASI tetap berlimpah, tak peduli harus bangun malam pun dijabanin demi ketersediaan stok ASIP.

Beberapa teknik pumping yang kulakukan:
  • Pumping ketika Dek Abi menyusu. Jadi misalnya dia menyusu payudara kiri, aku pompa yang sebelah kanan. Dengan cara ini LDR (let down reflex) mudah didapat dan ASI yang mengucur tidak terbuang sia-sia.
  • Pumping setelah Dek Abi menyusu. Ini dilakukan pada payudara yang habis disusukan. Teknik ini berfungsi untuk menguras atau mengosongkan payudara. FYI payudara yang sering dikosongkan akan merangsang produksi ASI sehingga produksinya semakin bertambah banyak.
  • Pumping sambil rileks. Terdengar klise memang, tapi aku agak menghindari pumping dengan tergesa-gesa atau hati kemrungsung. Dengan pumping yang rileks dan tenang, sekali pumping pada satu payudara, aku bisa mendapat hampir 200 mL dengan tiga kali LDR.

Dek Abi sempat mengalami growth spurt yang membuatnya ingin menyusu terus. Cukup membuat lelah, tapi alhamdulillah aku sudah membekali diri dengan ilmu sehingga aku tahu pasti bahwa itu bukan karena ASI yang kurang. Jadi aku dapat menghadapinya dengan tenang dan tidak stres. Bagi yang tidak tahu kan bisa saja mengira ASInya kurang, lalu stres sendiri, malah beneran nanti ASInya berkurang. Ilmu ini penting untuk membuat kita tetap rileks, dan selalu yakin bahwa ASI kita cukup.

Peralatan tempur:

Breastpump
Harga breastpump yang bagus itu berkisar 400-600 ribu rupiah. Harga memang tidak bohong. Aku pernah membeli yang murah (200 ribu-an), puting malah sakit dan berdarah. Meskipun demikian, masalah breastpump itu cocok-cocokan. Ada juga yang bisa memerah ASI dengan banyak menggunakan tangan.


My breastpump

Cooling bag dan breastmilk storage bags
Cooling bag hanya berfungsi untuk membawa ASIP dari kantor/kampus ke rumah (selama di perjalanan), bukan untuk menyimpan ASIP. Jadi di kantor ASIP harus tetap masuk kulkas. Bisa juga sih untuk menyimpan ASIP tapi tidak lama, misalnya untuk ASIP yang akan segera diberikan. Cooling bag-ku ini sudah memiliki built-in ice gel di dalamnya (terjahit menyatu di dalam tas), tapi masih kutambahkan dengan ice gel tambahan (yang di dalam plastik transparan itu di foto) untuk menjaga agar lebih dingin.
Sedangkan breastmilk storage bags itu pada dasarnya adalah plastik yang khusus untuk menyimpan ASIP (sekali pakai). Tidak terlalu urgent sih, untuk jaga-jaga saja bila kehabisan botol untuk menyimpan ASIP.


Cooling bag dan breastmilk storage bags

Cup feeder
Fungsinya sebagai alat untuk memberi ASIP ke bayi. Mengapa harus cup feeder? Untuk menghindari bingung puting pada bayi. Penggunaan dot dapat membuat bayi keenakan (dengan dot, bayi tidak perlu susah-susah mengisap) sehingga akhirnya tidak mau menyusu langsung ke puting dan lebih memilih dot. Dengan cup feeder, si bayi terlatih untuk mengisap sendiri. Aku tidak memakai dot sama sekali untuk dek Abi.
Kekurangannya, memang diperlukan latihan untuk menggunakan cup feeder ini. Baik bagi si bayi maupun orang dewasa yang memberi ASIP ke bayi. Orang dewasanya harus sabar dan telaten. Perlu waktu, tapi hasilnya sepadan (worth it). Jadi orang dewasa yang diserahi tugas untuk memberi ASIP via cup feeder ini harus diwanti-wanti supaya telaten dan mau berlatih, demi kebaikan bayinya. Kalau memakai cup feeder ini, bayi akan minum ASIP dengan lidahnya. Mirip kucing yang minum air pakai lidah. Jadi biarkan si bayi yang mainkan lidahnya untuk minum, cup jangan terlalu disorongkan supaya bayi tidak tersedak.


Cup feeder (kiri)

Beberapa tautan di di Youtube yang menunjukkan cara memakai cup feeder:

Botol ASI
Aku menggunakan 2 jenis: botol UC (yang atas, kapasitas 120 mL) dan botol wideneck (yang bawah, kapasitas 250 mL).
Botol UC itu:
  • Kelebihannya: tutupnya rapat, lebih slim sehingga tidak makan tempat (apalagi kalau freezer-nya kecil).
  • Kekurangan: susah dibersihkan (gunakan sikat yang bisa menjangkau sampai ke bawah).
Botol wideneck itu:
  • Kelebihannya: gampang dibersihkan, bisa untuk menyimpan MPASI kalau dedeknya sudah mulai makan.
  • Kekurangannya: tutupnya tidak rapat (gampang tumpah) dan makan tempat.
Saran: kalau freezer kecil, lebih baik gunakan botol UC. Aman juga dibawa-bawa dengan cooling bag karena tutupnya rapat, tidak akan tumpah.


Botol UC

Botol wideneck

Freezer
Untuk Dek Abi aku membeli freezer khusus untuk ASIP. Freezer 6 rak, harga asli hampir 2,5 juta tapi aku membeli second di Kaskus dengan harga 1,5 juta saja hehe. Asiknya lagi, kondisi masih 90% baru karena baru dipakai sebentar sama pemilik lamanya. Dengan dua freezer—satu yang baru dan freezer kecil di kulkas lama, usaha untuk menyetok ASIP aku lakukan sejak Dek Abi lahir untuk kejar stok, karena dua minggu berikutnya sudah harus ujian semester hehe.


Ketika baru satu rak terisi

Stok ASIP menjelang Dek Abi 4 bulan

Masa S2-ASI dan S3-ASI


Setelah Dek Abi mulai makan pada usia 6 bulan, pumping masih terus dilakukan tetapi tidak se-hectic sebelumnya. Kuliah juga sudah mulai berkurang sehingga tanpa harus menyetok banyak, aku masih bisa menyusuinya di rumah. Kalau aku tidak salah ingat, stok-ASI-yang-terakhir dipompa pada September 2012 ketika Dek Abi berusia 10 bulan, dan diberikan pada Januari 2013 ketika usianya 14 bulan.

Aku lupa kapan persisnya Dek Abi mulai minum susu UHT, mungkin ketika usianya sekitar 16 bulan. Waktuku yang lebih banyak di rumah memberi dia kebebasan untuk menyusu kapan saja dia mau. Ketika aku harus kuliah atau menghadap dosen, stok ASI sedikit demi sedikit mulai digantikan dengan susu UHT.

Penutup


Kesimpulan yang dapat kuambil tentang segala proses menyusui ini adalah tentang niat dan komitmen yang kuat, lalu dibarengi dengan ikhtiar yang konsisten. Pemberian ASIX pada Hanif yang cuma 4 bulan dulu (tapi dia tetap menyusu sampai usia 2 tahun 3 bulan lho) memberiku amunisi tekad yang membaja untuk dapat sukses dan tuntas menyusui Dek Abi. Ilmu dan dukungan lingkungan sekitar adalah sesuatu yang juga penting dimiliki agar prosesnya lancar dalam menghadapi ujian dan rintangan. Untuk para pejuang ASI di manapun dirimu berada, keep up the good work! Yakinlah bahwa kita sedang memberikan investasi cairan emas yang sangat berharga untuk buah hati kita :)

Catatan: foto-foto lengkap bisa dilihat di sini.