Friday, February 22, 2008

BATAN

Oke, sekarang giliran cerita tentang kantor. Bagi kebanyakan orang, BATAN dan hal kenukliran merupakan sesuatu yang asing dan menyeramkan. BATAN sendiri kependekan dari Badan Tenaga Nuklir Nasional, merupakan lembaga pemerintah yang bergerak di bidang penelitian, pengembangan, dan riset nasional di bidang kenukliran untuk tujuan damai dan kesejahteraan masyarakat *so ingat ya, kita nggak bikin senjata nuklir*, bertanggung jawab langsung kepada presiden dan dikoordinasikan di bawah menristek.

Unit kerjaku di Bandung dinamakan Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR), berlokasi persis di belakang kampus ITB *ah senangnya kembali “berkeliaran” di sini*. PTNBR mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang fisika bahan, fisika dan termohidrolika reaktor, fisika radiasi dan lingkungan serta instrumentasi nuklir, senyawa bertanda dan radiometri, pendayagunaan reaktor serta melaksanakan pengendalian keselamatan kerja dan pelayanan kesehatan (dikutip dari sini).

Aku ditempatkan di bagian yang dinamakan Balai Instrumentasi dan Elektromekanik (BIE). Tugas BIE adalah memberikan pelayanan instrumentasi, rancang bangun dan konstruksi, perbaikan dan perawatan peralatan elektronik dan elektromekanik serta prasarana dan sarana penelitian. Lebih spesifik lagi, aku berada di Kelompok Perbaikan dan Perawatan Komputer dan Jaringan. Yah, kerjaannya mirip-mirip jadi admin plus IT support gitu deh.

Untuk saat ini, aku belum dikasih kerjaan riil. Pegawai baru masih harus menjalani berbagai orientasi sampai akhir Februari. Kamis kemarin ada Latihan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Nuklir untuk seluruh pegawai, yaitu simulasi bila terjadi kedaruratan nuklir. Latihan ini serius, melibatkan kepolisian dan dinas pemadam kebakaran kota Bandung. Pakai acara lari-lari dan teriak-teriak, hehehe. Serem juga kalau terjadi kecelakaan nuklir beneran. Tapi tenaaaang, selama kita mengikuti prosedur dan instruksi kerja dengan baik dan benar, insya Allah aman. Lalu Jumat ada latihan pemadaman api. Kita diajari cara menghadapi api dan teknik-teknik memadamkan api. Semprot-semprot api deh, pakai air, tabung tepung, dan tabung CO2.

Minggu depan ada diklat untuk pegawai baru, bertempat di Jakarta. Siap-siap berangkat. Semoga uang sakunya lumayan, hehehe.

LDR

Just a word of advice, don't do such LDR if you can. Although it has made our relationship grow in a special way that a normal couple might not have it, which I can then say that these hard time worth, still.. nothing can be better than having him besides you. (Desiree)

Banyak di antara teman-temanku yang selama ini menjalani long distance relationship dengan pasangan hidupnya. Dulu, tak pernah terpikir sedikit pun aku akan menjalani kehidupan serupa. Ah, ternyata Allah berkehendak lain.

Sudah dua minggu ini aku berada di Bandung. Alhamdulillah segalanya lancar dan dipermudah Allah. Meskipun terasa berat sekali berpisah dengan suami, apalagi untuk jangka waktu yang tidak bisa ditentukan, aku berusaha menikmati segala sesuatunya, berusaha memupuk sabar dan ikhlas. Yah, kalau dibawa stres, kasihan anakku nanti: terkena dampak psikis bundanya.

Aku banyak belajar dari teman-teman yang pernah dan sedang menjalani LDR. Desiree salah satunya. Senang mendengar ia kini berbahagia telah berkumpul kembali dengan suaminya.

Memang ya, ada seseorang ketika pulang ke rumah (atau bahkan seseorang yang menemani pulang di sore hari :), ada seseorang yang membuat malam-malam tidak dilalui dalam kesendirian.. sungguh.. adalah kenikmatan yang betul-betul perlu disyukuri. (Desiree)

I used to have that kind of life. Tapi kini saatnya menghadapi realita. Dinginnya udara Bandung yang menggigit terpaksa dilawan cuma dengan selimut, bukan dengan pelukan hangat suami. Malam-malam terasa panjang karena dilalui seorang diri *yah, ada mbak pembantu yang nemenin empat kali seminggu sih, tapi itu tentu kecil artinya dibanding kehadiran suami*. Aktivitas memasak, mencuci, dan mengurus suami pun kini jadi aktivitas yang kurindukan. Kadang-kadang ada kekhawatiran: gimana ya urusan suami di rumah Cikarang, baik-baik sajakah?

Dari obrolan dengan ibu-ibu kolega di kantor, ternyata aku tidak bernasib seperti ini sendirian. Ada beberapa pasangan di kantor yang juga menjalani LDR selama bertahun-tahun. Memang beginilah resiko wanita bekerja, I knew it. Makanya terasa berat, mengingat sebenarnya aku ingin jadi stay-at-home mom saja di Cikarang. Alhamdulillah lingkungan kerja di kantor cukup menyenangkan. Hatiku sedikit terhibur.

Sekarang apa yang menjadi pemikiranku adalah bagaimana nantinya aku bisa memberikan kehidupan yang berkualitas untuk anakku, dengan kondisiku sebagai wanita bekerja. Ingin sekali memberikan ASI eksklusif, tapi kata ibu-ibu kolega di kantor, hal itu ternyata susah dan tidak semudah teorinya. Belum lagi pusing memikirkan siapa yang akan menjaga anak-anak sewaktu ditinggal. Dari obrolan kemarin, ada yang menyarankan ke tempat penitipan anak. Tapi ya, apa kita akan dengan begitu mudah menyerahkan pengasuhan anak ke orang lain? Hhh, semoga semuanya semakin dipermudah Allah.

Ternyata betul kata Desiree: untuk pasangan yang sudah menikah, LDR tidak direkomendasikan. Allah, beri aku kekuatan.

Thursday, February 21, 2008

Meniti Asa

So here I am. Kembali berada di Bandung, kota yang mewarnai hidupku sejak delapan tahun silam. Segalanya berbeda sekarang. Aku bukan lagi mahasiswa. Kini aku seorang istri, calon ibu, dan tentu saja... orang yang mencari penghidupan.

Aku tak tahu apa yang membawaku kembali ke sini. Nasib, peruntungan, takdir, ataukah keinginan orang lain? Tak pernah terpikir sedikit pun untuk menjalani kehidupan seperti ini. Jauh dari orang tua, jauh dari sanak saudara, bahkan jauh dari suami, belahan jiwa yang padanya kulabuhkan segalanya. Hanya Allah dan buah hati dalam perut ini saja yang menemani.

Banyak orang bilang aku beruntung. Memang susah mencari pekerjaan sekarang ini. Lalu bahagiakah aku? Aku tidak tahu. Ada saat di mana perasaanku mencapai titik nadir. Merasa menjadi martir demi keinginan orang lain. Hanya prasangka baik pada-Nya saja yang membuatku bertahan. Meskipun, kalau boleh jujur, bukan kehidupan seperti ini yang aku harapkan.

Mungkin ini bagian dari proses pendewasaan. Serasa mendengar buah hati ini berseru, ”Bunda harus kuat!”

Iya, Nak... Bunda harus kuat. Meski air mata menggenangi pelupuk, meski kekhawatiran menggoyahkan asa, meski malam-malam terasa panjang dalam penantian. Terima kasih, Nak... atas penghiburan yang menyenangkan, ketika Bunda merasakanmu bergerak-gerak dalam perut Bunda. Bunda jadi sadar kalau Bunda tidak sendiri. Kita hadapi ini sama-sama ya, Nak.

So here I am. Kembali menapaki jalanan kota Bandung. Selalu ada tanya tak berkesudahan: apakah semua ini layak untuk dijalani? Hanya sang waktu yang akan menjawab.

Lara

Lama aku menangis di pelukanmu. Berjuta kata lenyap senyap di udara, tercerabut oleh sesuatu bernama ego. Rasanya seperti ada yang hilang. Memang semestinya begitu. Aku tak bisa berpura-pura kalau aku baik-baik saja, karena tidak demikian adanya.

Untuk apa kau buatkan aku rumah yang nyaman, kalau kau tak ada di sana, Sayang? Untuk apa memburu dunia, bila hanya kehampaan yang mendiami perasaan? Di mana kau berada, di situlah rumah bagiku. Seharusnya kau mengerti.