Monday, November 14, 2011

Penghargaan Sebagai Kakak

Sampai juga akhirnya pada minggu ke-40 usia kehamilan. Tak terasa sebentar lagi Hanif akan menjadi seorang kakak. Ingin cerita sedikit soal sharing-ku dengan Bunda Evie, konsultan pendidikan di sekolah Hanif, beberapa pekan yang lalu.

Saat itu kami sedang sibuk membicarakan perkembangan Hanif di rumah dan di sekolah. Alhamdulillah aku banyak mendapat masukan yang bermanfaat. Ternyata memang diperlukan orang lain yang bisa menilai anak kita secara objektif dan menuturkan kelebihan-kelemahan anak pada kita, karena bagaimanapun anak selalu tampak sempurna di mata kita sehingga kadang kita menutup diri terhadap “kelemahan” mereka.

Di akhir sesi konsultasi, ada usulan Bunda Evie yang benar-benar membuka mataku. Jadi beliau punya pendapat, ketika seorang adik lahir, yang perlu diberi kado bukanlah adiknya melainkan kakaknya. Si adik hanyalah orok yang masih terlalu kecil untuk mengerti apa itu kado dan hadiah. Tapi sang kakak sudah sangat mengerti apa itu arti cemburu. Bayangkan bila semua orang dan kerabat yang datang hanya mengerubuti si adik, melimpahinya dengan banyak hadiah dan kasih sayang, sementara sang kakak menjadi terlupakan di pojokan. Menurut Anda, bagaimanakah perasaannya?

Alangkah indahnya bila hari si adik lahir menjadi hari yang tak terlupakan bagi sang kakak, hari ketika dia diberi kado atau hadiah sebagai penghargaan, hari ketika semua orang memberinya ucapan selamat karena ia telah menjadi kakak yang hebat! Jadi di memorinya akan tertanam, bahwa hari ketika adiknya lahir adalah hari yang sangat membanggakan dan menyenangkan.

Bunda Evie menyarankan untuk membagikan paradigma ini pada sebanyak-banyak orang, agar tak ada lagi kisah sedih seorang kakak yang merasa terlupakan karena semua perhatian tertumpah pada adiknya, atau malah yang lebih parah lagi: kisah ketika semua orang menganggapnya “caper” hanya karena ia merasa cemburu. Bila tak ada kisah-kisah seperti itu, tentunya akan mudah bagi sang kakak untuk menerima kehadiran adiknya dan menyayanginya setulus hati.

Pesan sponsor: jadi nanti kalau adiknya Hanif lahir, yang diberi kado Hanif saja ya *ge-er bakalan dikado, hehehehe*

Foto: Senyum Hanif, taken from my “butut” handphone.
Berapapun jumlah adik yang kamu miliki.. you’ll always be my favorite, Nak :-*

Kehamilan Kedua

OMG, sudah lama sekali rasanya aku tidak menulis di blog ini. Begitu banyak kabar yang bisa dibagi, dan entah sudah berapa banyak ide menulis yang berkejaran di kepala. Sayangnya karena berbagai kesibukan (sok sibuk, hihihi), hanya beberapa ide saja yang sempat tercatat di memori.

Kali ini aku ingin bercerita tentang kehamilanku yang kedua. Saat ini (calon) adiknya Hanif sudah berusia 39 minggu di kandungan. Pertama aware mengenai kehamilan ini sejak pekan kedua Maret 2011. Sempat mencoba testpack sendiri dua kali (testpack pertama pada 15 Maret—hari ultahku, dan testpack kedua pada 18 Maret—hari ultah suami), dua-duanya kurang yakin karena garis kedua hanya terlihat samar. Tapi tetap berencana untuk mengeceknya ke dokter kandungan, karena haid sudah terlambat datang, sesuatu di luar kebiasaan. Juga agar peristiwa kehamilan Hanif yang terlambat ketahuan (baru ketahuan saat berusia 8 minggu!) tidak terulang lagi.

Jadilah datang ke dokter kandungan ketika usia kehamilan menginjak 6 minggu. Ternyata memang benar hamil. Sempat tidak percaya karena selama 6 minggu itu tidak terasa ada yang berubah, hanya stamina fisik yang berasa lebih cepat capek. Selebihnya tidak ada, mual pun tidak. Sempat merasa senang, berharap semoga kehamilan kedua ini jauh lebih mudah dibanding kehamilan pertama yang mual-muntah sampai 5 bulan.


Ternyataaa... perjuangan baru dimulai. Mabok-mual-muntah baru dirasa setelah 6 minggu itu. Dan ternyata pula, perjuangannya lebih berat dibanding kehamilan pertama. Kalau yang dulu hanya mual-muntah, yang ini ditambah dengan pusing dan lemas hampir sepanjang hari. Sama sekali tidak bisa minum susu karena akan langsung mual-mual. Selera makan sih hampir tak berubah, makanan yang masuk masih tetap banyak, tapi banyak juga yang akhirnya keluar lagi. Berasa sekali perjuangannya. Semoga kesabaran menghadapinya dinilai pahala, amin.


Setelah trimester pertama yang penuh dengan cerita mual-muntah-pusing-lemas berlalu, badanku lambat laun mulai berasa lebih segar dan fit. Di trimester kedua, mual-muntah-pusing-lemas masih terus berlanjut, namun sudah jauh berkurang. Nafsu makan mulai menggila. Ketika usia kehamilan 24 minggu, berat janin 700 gram. Ini termasuk normal meskipun secara kasat mata, perutku tampak lebih kecil dibanding perut teman-teman lain yang berusia kehamilan sama. Antara usia kehamilan 21-24 minggu, pertambahan berat badanku mencapai 1 kilogram per minggu. Anehnya, antara 24-27 minggu, berat badanku tidak mengalami kenaikan. Mungkin karena nafsu makanku sedikit menurun akibat mual-mual yang kembali melanda. Aneh juga ya, sudah hampir trimester ketiga kok masih mual-mual saja. Meskipun demikian, berat janin tetap normal. Berikut ini perkembangan berat janin yang kudapat dari perkiraan USG tiap kali kontrol:

  • 27 minggu, 1027 gram
  • 30 minggu, 1460 gram
  • 32 minggu, 1780 gram
  • 34 minggu, 2110 gram
  • 36 minggu, 2533 gram
  • 38 minggu, 2786 gram

Menginjak trimester ketiga, aku mulai berbelanja sedikit barang untuk adiknya Hanif. Ada beberapa alas ompol, cloth diaper, cooler bag, dan botol tempat menyimpan ASIP yang kubeli. Ada juga kelas edukasi AIMI yang kuikuti, bertema “Breastfeeding Tips for Working Moms”. Yah, meskipun berkejaran dengan aktivitas perkuliahan di kampus, semoga kehamilan dan persalinan kedua ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Amin.

Foto 1: Usia janin 16 minggu.

Foto 2: Usia janin 21 minggu.