Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan November sungguh membuatku berpikir keras. Baru kali ini aku mendapati ketentuan untuk bebas berkreasi dengan memilih satu atau lebih dari tiga tema yang diberikan untuk diramu menjadi satu tulisan. Oke, menggabungkan tiga tema yang tersedia … mengapa tidak? Saatnya menantang diri sendiri dan keluar dari zona nyaman, hehehe.
Tokoh yang Inspiratif
Bicara soal tokoh inspiratif, pikiranku sontak tertuju kepada Rasulullah Muhammad saw. Beliaulah manusia terbaik sepanjang masa, sosok yang hampir semua perkataan dan perbuatannya dijadikan sebagai pedoman hidup. Tidak ada manusia yang dapat mengalahkan keutamaan beliau.
Michael H. Hart, seorang astrofisikawan Yahudi, dalam bukunya The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History mendudukkan Rasulullah pada posisi nomor satu sebagai manusia yang paling berpengaruh dalam mengubah sejarah peradaban manusia. Dalam buku terbitan tahun 1978 itu, Hart menuliskan bahwa pemilihan para tokoh tidak hanya didasarkan pada faktor betapa pentingnya orang tersebut, tetapi juga dengan mempertimbangkan “masa berlaku” pengaruh sang tokoh. Pengaruh Rasulullah memiliki efek yang masih bertahan hingga sekarang, jauh melampaui masa hidup beliau.
Apa yang membuat Rasulullah begitu istimewa di hati kaum muslim? Banyak sekali alasannya, bahkan ratusan halaman takkan cukup untuk menuliskan jasa dan kebaikan beliau. Yang jelas, tanpa Rasulullah, aku takkan pernah merasakan nikmat iman dan Islam; hidup akan berjalan tanpa arah dan tujuan; aku takkan memahami hakikat penciptaan, dari mana aku berasal, dan ke mana sebenarnya aku akan pergi setelah meninggalkan dunia ini.
Rasulullah dikenal memiliki akhlak yang paling mulia untuk dijadikan teladan bagi umatnya. Beberapa di antaranya adalah selalu menyatakan pendapat dengan baik, tidak pernah melakukan hal-hal buruk, tidak pernah berperilaku kasar, dan tidak pernah berteriak. Ibnu Qatadah pernah bertanya kepada Aisyah ra. tentang akhlak Rasulullah, maka Aisyah menjawab: “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.” (H.R. Ahmad)
Salah satu hal yang paling membuatku “meleleh” adalah kisah yang diceritakan oleh Ustaz Weemar dalam salah satu kajiannya tentang Rasulullah. Konon setiap nabi memiliki doa yang makbul–dalam kasus Nabi Musa, misalnya ketika beliau membelah Laut Merah–tetapi Rasulullah menahan diri untuk menyimpan doa ini dan tidak digunakan privilege-nya ketika di dunia. Kelak di hari akhir, Rasulullah menunda dirinya untuk bersegera masuk ke dalam surga demi bersyafaat dahulu untuk menyelamatkan seluruh umatnya dari neraka dan memasukkan umatnya ke dalam surga. Masyaallah, sebegitu cintanya beliau kepada kita.
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (Q.S. At-Taubah: 128)
Review Bacaan
Ada banyak sekali buku sirah yang menceritakan biografi Rasulullah. Bagi seorang muslim, memiliki buku sirah Rasulullah seakan menjadi hal wajib. Bagaimana kita bisa meneladani jika tidak memahami kehidupan beliau? Salah satu buku sirah Rasulullah yang kumiliki berjudul Membangun Peradaban: Sejarah Muhammad saw. Sejak Sebelum Diutus Menjadi Nabi karangan H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini. Di tengah banyaknya buku sirah terjemahan yang alih bahasanya kadang tidak smooth, kehadiran buku ini dapat menjadi alternatif bagi para pembaca tanah air.
H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini adalah penulis buku islami dan peneliti sejarah Islam kelahiran Tuban, Jawa Timur, 16 Agustus 1914. Beliau pernah mengenyam pendidikan agama di Inat, Yaman Selatan, pada 1932-1935. Pada zaman penjajahan Belanda, beliau adalah pendiri dan penerbit majalah Aliran Baru di Surabaya (1939-1941).
Penulisan dalam buku ini terbagi menjadi bab dan subbab yang urutannya terasa mengalir. Pada bagian awal dijelaskan tentang kisah Nabi Ibrahim sebagai pengantar, perkembangan sejarah penulisan kitab-kitab sirah nabawiyyah, lintasan sejarah Arab masa silam, hingga agama-agama dan peradaban-peradaban sebelum Islam. Bagian berikutnya masuk ke dalam kisah hidup Rasulullah, mulai dari awal penciptaan, silsilah dan kelahiran, masa kanak-kanak, masa kenabian, saat meninggalnya, hingga proses pembaiatan khalifah sepeninggal beliau.
Daftar Isi |
Buku ini memuat riwayat hidup Rasulullah saw. secara lengkap, utuh mendalam, dan ditinjau dari segala aspek. Gaya penulisan Al-Hamid Al-Husaini lebih seperti karya tulis ilmiah karena merupakan hasil pengalaman dan penelaahan yang luas dan mendalam dari khazanah kepustakaan yang kaya sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran yang tajam dan utuh.
Kelemahan buku ini terletak pada seringnya penulis memasukkan opini dalam narasinya. Hal ini dapat membuat bingung pembaca, apalagi penulisan narasinya seringkali berupa kalimat-kalimat panjang. Pada beberapa peristiwa yang berisiko menimbulkan perbedaan pendapat, misalnya pada bab yang menyoroti perihal siapakah sebenarnya yang lebih berhak atas kekhalifahan setelah Rasulullah meninggal, hal ini dapat memperuncing konflik yang terjadi dalam tubuh umat Islam itu sendiri.
Penulis: H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini
Cetakan pertama, Oktober 2000
Diterbitkan oleh Pustaka Hidayah
Jumlah Halaman: 1000 halaman
Pengalaman di Luar Nalar
Dalam banyak episode kehidupan Rasulullah, beliau sering mengalami kejadian di luar nalar. Hal itu merupakan hal yang wajar mengingat beliau adalah seorang nabi yang memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah. Banyak keajaiban yang terjadi, yang barangkali merupakan mukjizat dan bentuk pertolongan Allah. Peristiwa ajaib yang paling sering disebut salah satunya adalah peristiwa Isra’ Mi’raj–yang mungkin kisahnya sudah kita hafal di luar kepala–tetapi kali ini aku ingin bercerita mengenai kisah Perang Khandaq yang mukjizatnya bisa jadi tak sesering itu dibahas orang.
Peta Perang Khandaq |
Perang Khandaq yang terjadi pada 627 M (5 H) disebut juga Perang Ahzab. Ahzab berasal dari kata hizb yang artinya kelompok, disebut demikian karena saat itu kaum muslim berperang dengan kaum Yahudi dan beberapa kelompok kaum musyrik yang bersekutu yaitu Bani Nadhir (Yahudi yang telah diusir dari Madinah), kaum Quraisy, suku Ghathafan serta kabilah-kabilah Kinanah, Tihamah, Bani Sulaim, Fazarah, Bani Murrah, Bani Asyja’, dan Bani Asad. Pasukan yang bersekutu ini berjumlah kurang lebih 10.000 orang. Konon jumlah ini lebih banyak daripada semua penduduk Madinah dikumpulkan menjadi satu.
Pasukan muslim yang berjumlah 1.000 orang menggali parit di sebelah utara Madinah. Area tersebut merupakan area terbuka yang rawan dan mudah diterobos musuh. Penggalian parit ini dilakukan atas usul seorang sahabat Rasulullah bernama Salman Al Farisi. Parit sepanjang 12 km, lebar 5 meter, dan dalam 3 meter berfungsi sebagai pertahanan untuk menghalau pasukan musyrik.
Keajaiban Pertama
Pada proses penggalian parit itu, kaum muslim menemukan sebuah batu besar yang amat keras. Mereka berusaha menghancurkannya sekuat tenaga dengan peralatan yang ada, tetapi tidak berhasil. Rasulullah memecahkan batu tersebut dengan tiga kali pukulan yang menghasilkan percikan cahaya. Saat itulah muncul bisyarah (kabar gembira) mengenai wilayah-wilayah yang kelak dibebaskan oleh Islam.
“Ketika para sahabat mendapatkan batu besar yang tidak bisa dipecahkan, Rasulullah mulai memukul batu tersebut. Beliau memulainya dengan membaca, 'Bismillah.' Lalu memukul dan berhasil menghancurkan sepertiganya. Beliau mengucapkan, 'Allahu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah, sekarang aku melihat istana yang merah.' Beliau melanjutkan dengan pukulan kedua. Kali ini beliau juga berhasil menghancurkan sepertiga berikutnya dan beliau mengucapkan, 'Allahu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Paris (Persia). Demi Allah aku melihat istananya yang putih.' Beliau melanjutkan dengan pukulan ketiga dan akhirnya batu yang tersisa berhasil dipecahkan. Setelah pukulan ketiga, beliau mengucapkan, 'Allahu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah aku melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini.'” (Musnad Imam Ahmad:(30/626), Fathul Bari)
Keajaiban Kedua
Saat itu Madinah sedang dilanda paceklik. Makanan yang jumlahnya sedikit harus dibagi untuk banyak orang (sebuah riwayat mengatakan: satu kurma dibagi untuk sepuluh orang). Rasulullah sendiri berada dalam keadaan yang sangat lapar hingga beliau mengganjal perutnya dengan batu guna menahan lapar.
Ketika itu Jabir bin Abdullah mempunyai seekor kambing kecil dan kurus. Karena tidak tega melihat Rasulullah kelaparan, dia menyuruh istrinya menyembelih dan memasak kambing tersebut untuk dimakan bersama Rasulullah saja, karena tidak mungkin dagingnya cukup untuk dimakan orang banyak. Ketika Jabir mengajak Rasulullah makan di rumahnya, beliau diikuti oleh semua kaum muslim yang menggali parit. Jabir kebingungan, bagaimana mungkin makanan yang sedikit itu mencukupi kebutuhan semua orang.
Rasulullah berpesan kepada Jabir supaya makanan yang telah dimasak itu jangan dibuka dahulu wadahnya. Sejenak Rasulullah berdoa, kemudian makanan mulai dikeluarkan dari wadah untuk dihidangkan kepada semua orang. Ternyata makanan itu tiada habisnya. Hingga semua yang hadir selesai makan kenyang, makanan dalam wadah tetap tidak berkurang.
Keajaiban Ketiga
Dalam Perang Ahzab, jumlah pasukan muslim dibanding pasukan musyrik adalah 1:10. Hal itu membuat semangat kaum muslim mengendur dan nyali mereka menjadi ciut. Rasulullah sendiri tiada putus-putusnya menghadapkan diri dan bermunajat memohon pertolongan kepada Allah.
Diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal, Rasulullah berdoa, “Ya Allah yang menurunkan Al-Qur’an dan yang Mahacepat memperhitungkan (perbuatan hamba-hamba-Nya), kalahkanlah musuh-musuh kami. Ya Allah, kalahkanlah musuh-musuh kami. Ya Allah, kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Allah mengabulkan doa beliau. Pada akhirnya, Allah membuat perpecahan di kalangan kaum musyrik serta mengirimkan malaikat dan angin topan untuk memporakporandakan kawasan-kawasan tempat pasukan musyrik mengepung Madinah. Tidak hanya kemah dan perbekalan mereka yang hancur berceceran, semangat mereka untuk berperang pun ikut runtuh. Dengan bubarnya pasukan musyrik meninggalkan pengepungan Madinah, berakhirlah sudah Perang Khandaq.
“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang tidak dapat terlihat olehmu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatan(mu) terpana dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat.” (Q.S. Al Ahzab: 9-12)