Sunday, June 27, 2021

Nilai Manfaat Sampah

Perjalananku menjadi pengurus bank sampah dimulai sejak 2015. Awal inisiasinya dimulai dari pertemuan beberapa ibu di kompleks yang concern terhadap masalah sampah. Dari obrolan-obrolan santai, kepedulian ini berlanjut dengan mengundang narasumber dari LSM Hijau Lestari untuk memberikan insight terhadap ibu-ibu kompleks mengenai pentingnya zero waste. Usaha ini tidak mudah, mengingat kebanyakan dari mereka masih sangat awam mengenai pemilahan sampah. Oleh karena itu, pada masa awal bank sampah kompleks kami terbentuk, pengurus sangat getol untuk melakukan edukasi. Dari pemahamanlah semua bermula.

Edukasi yang kami sampaikan sama intinya dengan tulisanku di sini, bahwa sampah ini adalah tanggung jawab kita bersama. Menjaga bumi adalah kewajiban setiap insan sebagai bentuk pertanggungjawaban kita terhadap Yang Mahakuasa. Pertanyaan yang paling sering kami dapatkan adalah mengenai seberapa banyak nilai rupiah yang nasabah bisa dapatkan ketika menyetor sampah. Satu hal yang selalu kami tekankan: jadikan usaha memilah dan menyetor sampah ini sebagai bentuk ibadah dan bentuk kepedulian kita terhadap lingkungan, karena jika kita bicara soal uang, nilainya tentu sedikit sekali yang bisa kita dapatkan. Belum kalau kita bicara soal lelah dan jatuh bangunnya. Jika hanya berharap nilai uang, kita bisa jadi kecewa. Namun, bila usaha ini diniatkan sebagai ibadah dan kontribusi kita dalam memperbaiki lingkungan, insyaallah hati kita lebih tenang dan lebih legawa.


Pengurus bank sampah di kompleks kami

Menyetor sampah dengan mobil :))

Mobil bank sampah Hijau Lestari, bantuan dari BJB

Pada masa awal bank sampah ini berjalan, para pengurus masih sering mendapati adanya setoran sampah yang dicampur-campur. Usaha edukasi ternyata harus terus dilakukan. Selain merepotkan pengurus, setoran sampah yang masih tercampur dan belum dibersihkan ini nilai ekonominya lebih rendah. Sebagai contoh: botol air mineral yang sudah dicopot labelnya dan sudah dipisahkan tutupnya bernilai Rp2.000,00 per kg, sedangkan yang belum hanya bernilai Rp1.500,00 per kg. Berikut ini adalah daftar kategori sampah yang diterima oleh bank sampah kami beserta daftar harganya.



Selain sebagai tabungan, sampah yang dikumpulkan oleh nasabah juga bisa ditukarkan dengan barang-barang yang dijual di HL Ecomart, mini market yang dikelola oleh Hijau Lestari. Sampah ini dibanderol sesuai harga yang ditetapkan oleh Hijau Lestari, kemudian ditukar dengan voucher. Voucher tersebut digunakan sebagai diskon untuk berbelanja. Hijau Lestari juga pernah bekerja sama dengan Twin Tulipware untuk mengurangi sampah plastik akibat penggunaan plastik sekali pakai. Beberapa item sampah dapat ditukarkan dengan diskon hingga 50% untuk mendapatkan produk-produk tertentu dari Twin Tulipware.

Dengan sistem ini, masyarakat akan lebih termotivasi untuk memilah sampah, mengumpulkan, lalu memanfaatkannya untuk ditukar dengan diskon belanja. Bahkan dengan inovasi sistem online yang sempat dikembangkan oleh Hijau Lestari bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung waktu itu, tabungan sampah ini juga bisa digunakan untuk membayar biaya listrik PLN. Ternyata dari sampah yang sering kita pandang sebelah mata, banyak manfaat bisa kita dapatkan. Namun, yang perlu kita ingat: pemilahan sampah ini hanyalah satu dari sekian banyak ikhtiar yang bisa dilakukan jika kita sudah telanjur menghasilkan sampah. Tentu akan lebih bijak jika kita memulai usaha zero waste dari pangkalnya, yaitu mencegah dan mengurangi jumlah sampah itu sendiri.

 

Tautan terkait:

Monday, June 21, 2021

Hidrasi Bagi Tubuh

Air merupakan komponen yang penting dalam tubuh manusia. Persentasenya mencapai 60—70% dari keseluruhan berat badan. Fungsi air di dalam tubuh manusia: membuang kotoran dari tubuh, membawa nutrisi ke sel, menyediakan kelembaban untuk kulit, telinga, hidung, dan tenggorokan, serta membuat tekstur kulit menjadi halus dan kenyal.

Kita kehilangan air melalui keringat, urin, dan nafas. Jadi meskipun kita sedang tidak beraktivitas apa-apa, kita tetap mengeluarkan air melalui hembusan nafas yang berbentuk uap air. Sementara pengeluaran keringat berfungsi untuk menjaga kestabilan suhu tubuh agar tetap normal.

Secara umum, kebutuhan air minimal adalah 50 ml per kg berat badan. Bila kebutuhan air tidak tercukupi, beberapa tanda yang mungkin bisa kita alami antara lain:

  • Kelelahan
  • Sembelit
  • Kram otot
  • Migren
  • Masalah kulit (kering dan mudah terkena sunburn)
  • Jerawat
  • Kantung mata membesar
  • Garis halus dan kerutan kulit terlihat jelas

Orang yang berolahraga membutuhkan jumlah air yang jauh lebih banyak daripada kebutuhan air minimal. Karena ketika kita beraktivitas berat, suhu tubuh meningkat dan memicu pengeluaran keringat. Sekresi keringat ini merupakan mekanisme tubuh untuk menurunkan suhu. Selain itu, mekanisme lain yang dilakukan tubuh untuk menurunkan suhu adalah mengonsentrasikan darah ke arah kulit. Dengan demikian, jantung tidak memompa banyak darah sehingga kadar oksigen dan energi turun.

Oleh karena itu, menjaga hidrasi selama berolahraga menjadi sesuatu yang amat penting. Kenaikan suhu tubuh di atas normal (hipertermia)—yang tidak segera didinginkan dengan hidrasi—dapat menyebabkan mual, muntah, kram otot, sakit kepala, hingga pingsan. Beberapa kiat di bawah ini dapat dilakukan untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan baik selama berolahraga.





Salah satu hal yang cukup tricky dalam menjaga tingkat hidrasi tubuh adalah ketika kita sedang berpuasa. Jangan sampai upaya menabung air kita lakukan sekaligus, karena hal itu justru akan membuat mual dan beser. Lakukan hidrasi sedikit demi sedikit dengan frekuensi yang sering pada jam-jam ketika kita sedang tidak berpuasa. Kita juga bisa membagi frekuensi minum seperti infografis di bawah ini hingga kebutuhan air minimal tercukupi.



Kiat lain yang biasa saya lakukan adalah menakar kebutuhan air harian dengan tumbler besar yang memiliki angka ukur. Dengan demikian saya jadi tahu: sudah seberapa banyak air yang saya minum dan kurang berapa banyak kebutuhan air yang harus saya kejar. Karena saya suka minum kopi sementara kopi bersifat diuretik, untuk menjaga supaya tubuh tidak kehilangan air lebih banyak, satu gelas kopi yang saya minum akan saya imbangi dengan tiga gelas air putih setelahnya (tentu bertahap, ya … tidak sekaligus, hehehe).

Mengingat pentingnya fungsi air bagi tubuh, apapun aktivitas yang Anda lakukan, jangan lupa untuk tetap menjaga hidrasi sesuai kebutuhan air minimal. Yuk, kita coba lakukan kiat-kiat di atas.

Monday, June 14, 2021

Mulai dari yang Kecil

Ketika kita berbicara tentang permasalahan lingkungan dan isu pemanasan global, apa yang terbayang di benak seringkali adalah hal-hal besar yang tampak di luar jangkauan. Kadang-kadang rasanya hopeless sekali melihat es di kutub mencair, lapisan ozon menipis, hewan-hewan langka punah, atau penebangan hutan yang menyebabkan hilangnya paru-paru dunia, sementara kita di sini rasanya begitu powerless. Eh, tunggu. Benarkah kita tidak dapat berbuat apa-apa?

Seperti yang disinggung dalam tulisanku minggu lalu: sejatinya permasalahan lingkungan adalah tanggung jawab seluruh umat manusia. Apa yang kita lakukan ternyata bisa membawa impact demi penyelamatan lingkungan, meskipun hal itu tampak sepele. Dalam prinsip zero waste, ada tiga hal dasar yang menjadi poin penting: cegah, pilah, dan olah.

CEGAH. Langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah mencegah barang-barang yang berpotensi menjadi sampah supaya tidak masuk ke dalam rumah. Langkah pertama ini sangat penting karena akan memudahkan langkah-langkah selanjutnya. Upaya pencegahan yang dilakukan sejak awal mengakibatkan upaya memilah dan mengolah sampah menjadi makin mudah.

PILAH. Langkah memilah dilakukan apabila sampah sudah telanjur dihasilkan. Sampah ini dipilah sesuai kategorinya untuk memudahkan pengelolaan ke tahap selanjutnya, yaitu mengolah sampah.

OLAH. Langkah terakhir yang bisa kita lakukan terhadap sampah adalah mengolahnya menjadi barang-barang yang berguna. Misalnya: mengolah sampah organik yang masih segar atau belum terkena minyak—seperti potongan sayur dan buah—menjadi kompos, mengolah sampah plastik menjadi ecobrick, atau mengolah sampah organik yang kotor—seperti nasi basi, sisa makan, dan sisa tulang—dengan memasukkannya ke lubang biopori.

Tulisan tentang memilah dan mengolah sampah akan aku kupas dua minggu lagi insyaallah. Kali ini aku ingin membahas mengenai upaya CEGAH sebagai langkah awal kepedulian kita terhadap permasalahan lingkungan. Sesungguhnya upaya pencegahan bisa kita lakukan dalam keseharian mulai dari hal-hal yang kecil. Banyak ikhtiar ramah lingkungan yang dapat diwujudkan, apalagi sekarang ini kesadaran masyarakat tentang hal itu sudah mulai digaungkan.

Beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan:

  • Menggunakan handuk alih-alih tisu
  • Menggunakan kantong kain sebagai tas belanja alih-alih kantong plastik
  • Membawa wadah sendiri ketika berbelanja atau jajan sebagai pengganti plastik
  • Membawa cutlery (sendok, garpu, sedotan) yang ready-to-go untuk mencegah penggunaan cutlery sekali pakai
  • Menggunakan menstrual pad atau menstrual cup sebagai pengganti pembalut sekali pakai
  • Menggunakan popok kain alih-alih popok sekali pakai

Dengan adanya pandemi seperti sekarang ini, penggunaan kemasan plastik atau kemasan sekali pakai makin meningkat karena masyarakat banyak membeli barang atau makanan secara online. Upaya yang dapat kita lakukan untuk meminimalkan hal itu misalnya dengan memilih vendor yang memakai bahan ramah lingkungan sebagai pembungkus, atau memilih toko yang menyediakan wadah isi ulang. Memang agak sedikit merepotkan, tetapi kerepotan kita itu tidak ada apa-apanya dibanding dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah-sampah plastik.

Satu hal lagi yang juga bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi adalah dengan bijak memilih barang ketika berbelanja. Usahakan sebisa mungkin memilih bahan yang berasal dari produk-produk daur ulang. Merek-merek outfit ternama sekarang mulai memilih material daur ulang untuk membuat baju, sebut saja Primegreen atau Repreve yang serat kainnya dibuat dari plastik daur ulang—termasuk botol plastik air mineral. Yang membuatku takjub: kainnya tetap terasa lembut dan nyaman, tidak gerah, dan cocok untuk aktivitas olahraga outdoor. Ternyata tampil kece pun bisa tetap ramah lingkungan.

Jadi, jangan pernah berpikir hal-hal kecil yang kita lakukan itu tidak ada gunanya. Justru dengan hal-hal sederhana yang dimulai dari keluarga kita, insyaallah kesadaran tentang ramah lingkungan bisa bergulir ke masyarakat laksana bola salju apabila dilakukan oleh banyak keluarga.

Monday, June 07, 2021

Manusia dan Lingkungan

Di dalam kitab Bidayah Wa Nihayah, Ibnu Katsir menulis bahwa jauh sebelum Allah menciptakan manusia, Ia telah menciptakan bangsa jin dan mengutus mereka menjadi penghuni bumi. Namun, mereka malah berbuat kerusakan sehingga Allah mengutus Azazil (jin paling kuat) beserta bala tentara malaikat untuk memberantas bangsa jin dan mengusir mereka ke pulau-pulau di tengah laut. Setelah itu, Allah menciptakan Adam dan memberikan mandat kepada Adam dan keturunannya untuk menjadi khalifah di muka bumi.

Secara etimologi, kata “khalifah” memiliki makna “pengganti”. Manusia diamanahi menjadi pengganti bangsa jin untuk menjalankan misi menjaga bumi dan untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini tersurat dengan jelas pada ayat-ayat Alquran berikut ini:

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’” (Q.S. Al Baqarah: 30)

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz Dzariyat: 56)

Secara umum, manusia memiliki dua tugas utama dalam menjalankan misi kekhalifahan di muka bumi. Tugas yang pertama adalah melestarikan bumi, tidak berbuat kerusakan, dan menyejahterakan lingkungan. Tugas yang kedua adalah menjalankan perintah agama atau syariat Allah. Oleh karena itu, jika kita mau berpikir, sebenarnya manusia memiliki peran teramat besar untuk menjaga keberlangsungan kehidupan di muka bumi ini. Sayangnya karena ketamakan dan ketidakpedulian manusia, bumi di masa kini menjadi carut-marut oleh banyak permasalahan lingkungan.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar Ruum: 41)

Banyaknya bencana alam seperti banjir dan longsor, banyaknya sampah yang memadati bumi, banyaknya ekosistem yang rusak … sejatinya adalah karena ulah tangan manusia itu sendiri. Mother earth yang memberikan manusia kehidupan justru bertepuk sebelah tangan karena manusia tidak ambil peduli dengan kerusakan yang dibuatnya. Bahkan teknologi modern hasil pemikiran manusia juga memberi andil dalam kerusakan lingkungan, seperti pesawat supersonic yang dapat merusak atmosfer, zat dari refrigeran dan air conditioner yang berakibat pada penipisan ozon, atau kemasan plastik yang tidak dapat terurai selama ratusan tahun.

Selama empat miliar tahun lebih usia bumi, semakin lama ia semakin penat oleh kerusakan dan kehancuran. Masalah lingkungan adalah masalah kita bersama sebagai umat manusia. Oleh karena itu, berbuat sesuatu demi lingkungan dan menyebarkan kesadaran untuk kembali peduli pada lingkungan adalah tugas kita semua. Bukan hanya karena bumi sudah terlampau rusak, melainkan juga karena kelak kita akan ditanya oleh Allah: sudah sejauh mana upaya yang kita lakukan dalam menjalankan misi kita sebagai khalifah penjaga bumi?