Wednesday, June 28, 2006

Harapan

”Harapan selalu ada bagi mereka yang selalu mencari...”

Aku pernah baca kalimat seperti di atas, entah kapan dan di mana. Masa-masa sulit selalu menghampiri. Meski harapan itu redup sekalipun, paling tidak kita tahu ia tak boleh padam.

*beberapa waktu setelah seruan, ”Masya Allah, kenapa semuanya jadi seperti ini ya? Lalu aku harus gimana...”*

Undangan Pernikahan

Ada kutipan favorit yang kubajak dari undangan pernikahan Mbak Dini. Ini dia.

Pernikahan adalah jalan terbaik bagi dua orang yang saling mencintai. (H.R. Ibnu Majah dan Hakim)

Tahun ini banyak sekali teman yang menikah. Mulai dari Mas Firman (Jan), Mbak Erti (Jan), Ira (Apr), Laila (Mei), Mbak Dini (Jun), lalu Desiree (Jul), Fadli (Jul), dan Udin (Jul). Banyak bahtera baru yang mulai dilayarkan...

Enggak kepengen, Yus? Aku memilih untuk tersenyum saja. My time will come...

Friday, June 02, 2006

Dan Yustika Pun Berteriak, ”Football is Life!”

*delapan hari menjelang Piala Dunia 2006 di Jerman*

Iseng-iseng pasang musik buat blog. Sibuk pilih-pilih lagu sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan pada lagu yang satu ini. Judulnya Football is Life, dinyanyikan oleh artis-artis Inggris keroyokan (FC Allstars). Kalau nggak salah ada juga suaranya Noel Gallagher dari Oasis, atau jangan-jangan kebanyakan artis Inggris emang suaranya kayak gitu ya? Lagu ini jadi soundtrack FA Premier League di TV7. Jadi buat yang suka nonton Liga Inggris, pasti nggak asing lagi.

Tengok sepotong liriknya, ”Football is life... Come on England...

Huehehe... Hidup Inggris! Jagoanku sepanjang masa gara-gara pertama kali jatuh cinta pada sepakbola adalah karena jatuh cinta pada FA Premier League sepuluh tahun yang lalu. Masih bertanya-tanya apakah pada Piala Dunia 2006 ini, Inggris akan menunjukkan taringnya. Kita lihat sajalah.

Kalaupun Inggris kalah, masih ada jagoan sepanjang masaku yang lain: Belanda. Tim yang selalu main bagus tapi tak pernah meraih tropi juara. Sedih banget nggak sih...

Demam Piala Dunia merajalela... Aneh kalau ada yang nggak ngerasa... :p

Kunang-Kunang di Beranda Kost


Petang ini ketika aku menutup pintu pagar, kudapati beranda kost masih gelap. Adzan maghrib sudah berkumandang sebelum aku memacu motor kencang-kencang di jalanan tadi. Sedikit terlambat pulang ke kost karena urusan bisnis. Di tangan ada seplastik yoghurt dingin dan sepotong ayam goreng crispy yang menanti untuk disantap.

Langkah tergesaku urung dilanjutkan, saat aku melihat kelip samar seekor kunang-kunang di pojok beranda kost. Aku tertegun. Kunang-kunang di daerah pemukiman padat seperti ini? Jarang sekali... Seketika ingatanku melayang ke masa kanak-kanak, ketika aku dan teman-teman menghabiskan waktu bermain dengan berburu kunang-kunang, kepik, kecebong, atau sekedar memetik bunga. Aktivitas yang wajar mengingat tempat tinggalku waktu itu masih dikelilingi oleh banyak lahan kosong dan kebun-kebun terlantar.

Perlahan kuhampiri kunang-kunang itu. Hanya seekor. Tampak kesepian dengan kelip samarnya yang makin menghilang seusai aku menyalakan lampu beranda. Aku tak bisa berlama-lama memandanginya. Aku belum shalat maghrib. Aku beranjak, tapi aku tahu ia akan kembali berkelip setelah kutinggalkan. Lalu ia akan terbang kembali dengan penuh suka cita.

Malam ini, ditemani denting piano dari winamp, aku teringat pada si kunang-kunang. Usai malam-malam panjang berkemul gundah dan resah yang membuatku terbangun tiap dua atau tiga jam sekali, aku kembali dirundung air mata. Seperti ini rasanya memiliki perasaan yang sukar dilukiskan. Benar-benar merindui damai.

Aku seperti melihat diriku pada si kunang-kunang. Sendirian, kesepian, dan berkelip samar. Cahaya lemahnya mengingatkanku pada harapanku yang senantiasa memudar. Butuh lebih dari sekedar keyakinan untuk mengembalikan cemerlangnya. Butuh lebih dari sekedar bahagia untuk mengusir kehampaan yang menyesakkan dada.

Malam ini, ada banyak cahaya harapan yang kutiupkan ke udara. Berharap Sang Maha meluluskannya untuk memberi kedamaian bagi hati ini. Hingga pada suatu hari, pada suatu masa, aku dapat melihat cemerlangnya harapan-harapanku beterbangan suka cita bagai gerombolan kunang-kunang malam hari yang biasa kulihat pada masa kanakku.

Hingga tak lagi hampa, tak lagi sendiri, tak lagi sepi, dan tak lagi samar...