Tuesday, November 22, 2005

[speechless]

Aku tahu kau menginginkan kelulusanku sebagai kado ulang tahunmu yang terindah di bulan Maret, lebih dari apapun. Tapi, maaf... mungkin aku tak bisa...

Percayalah, aku akan lulus pada saat yang tepat. Because everybody has their time.

Favorite Quote

”Marriage isn’t just about love. Marriage is being with someone that you want to grow old with. So before you say ’I do’, picture yourself growing old with your loved one. If you can’t, then maybe he or she isn’t meant for you. But if you can, then love is worth fighting for.”
(Diany, Bella Donna the Wedding Magazine)

Harry Potter

Kamis lalu film keempat Harry Potter premiere di Bandung. Anak-anak mulai ramai merencanakan kapan akan nonton film itu. Mulai membuat janji dengan sahabat atau teman-teman untuk nonton bareng. Apa serunya nonton bioskop sendirian?

Aku ingin sekali nonton. Dengan siapa ya aku akan pergi? Siapa ya yang akan kuajak menemani? Lalu aku tertegun. Aku kan tidak punya teman dekat...

Tiba-tiba kesendirian ini tidak lagi terasa mengasyikkan...

Kutipan Favorit

”...harapan membuat kita hidup, membuat kita bersemangat, membuat kita kuat.”
(Anne Frank, Het Achterhuis)

Mendefinisikan Ulang Kehidupan


Ada suatu masa dalam hidupku di mana aku mempertanyakan begitu banyak hal. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi membuatku terjun ke titik nadir dan memaksaku merenungi kembali seluruh kisah itu. Lalu pertanyaan-pertanyaan yang tak kutahu jawabnya mendesak-desak ke permukaan sadar. ”Kenapa aku jadi seperti ini?” ”Apa yang sebenarnya telah dan sedang terjadi?” ”Apa yang salah?” ”Aku harus bagaimana?”

Pusing juga. Lalu malam-malam berlalu dengan tangis berkepanjangan, putus asa tiada akhir, gugatan-gugatan yang tak jelas ditujukan kepada siapa. Aku letih. Sepertinya dulu aku tidak seperti ini. Aku tumbuh dengan kasih sayang dan cinta. Aku berbagi tawa dan aktivitas. Lalu sejak kapan aku merasa asing dengan diriku sendiri?

Tanpa kusadari aku telah berubah jadi orang jahat, oportunis, pragmatis, sangat introvert, cenderung menarik diri dari orang banyak, suka meributkan hal-hal remeh, moody, dan labil. Ke mana perginya gadis itu, yang dulu selalu menganggap hidup itu menyenangkan? Ke mana perginya senyum dan tawa itu? Ke mana perginya kehangatan teman dan keluarga itu? Aku tak tahu.

Tampaknya aku harus mulai mendefinisikan ulang kehidupan yang kacau balau ini. Kembali mengambil kontrol. Mengendalikan perasaan, bukan dikendalikan perasaan. Kembali tersenyum, menegakkan kepala, dan meneriakkan dengan lantang, ”I don’t wanna be gloomy. I’m a tough girl. I want my life back!

Bukankah cinta akan selalu ada bagi mereka yang punya keyakinan? Bukankah bahagia itu milik semua orang? Bukankah harapan akan selalu membuat kita tetap hidup?

Kota Itu

Aku tak tahu apa yang begitu istimewa dari kota itu
Panas, bising, berdebu
Jilbab lengket dan peluh bercucuran
Belum lagi langit yang tercemar polusi industri

Tapi aku begitu menikmati perjalanan menuju kota itu
Memindai keras aspal dan kokoh beton dari balik jendela
Mengukur tiap kilometer dan detik yang tersisa
Sembari menghirup riang yang menghentak-hentak dada

Aku tak lahir di kota itu
Aku pun tak tumbuh besar di sana
Tapi kota itu punya banyak kisah untukku
Romantisme pesona yang tak mampu kulukiskan

Kembali ke kota itu bagai menggenapi separuh hati yang hilang
Separuh hati yang selama ini dengan letih kukais-kais
Separuh hati yang tanpanya aku tak kuasa bercakap
Separuh hati yang tak mampu lagi aku miliki seperti tahun-tahun silam

Menjalani hidup dengan hati separuh berarti jiwa tak utuh
Dan jiwa tak utuh berarti ruang hampa
Baiklah, aku menyerah
Asaku tertinggal di kota itu

Kaulah alasannya

Favorite Quote

”Love has no manner.”
(Lisa Marie Presley quoting Bono U2, Oprah Winfrey Show)

Keluarga

Keluargaku adalah rumahku
Keluargaku adalah tempat kembaliku
Benarkah?
Ungkapan klasik belaka atau memang begitu adanya?

Lalu mengapa ruang-ruang itu tak lagi akrab?
Mengapa pertemuan itu tak lagi hangat?
Mengapa obrolan-obrolan itu tak lagi menentramkan?
Mengapa kepulangan tak lagi memberikan energi?
Apakah... saatnya telah tiba untuk pergi dari rumah?

[Pertanyaan-pertanyaan ini mencekik nuraniku sepanjang libur lebaran. Apa yang telah terjadi?]