Aku tak tahu apa yang begitu istimewa dari kota itu
Panas, bising, berdebu
Jilbab lengket dan peluh bercucuran
Belum lagi langit yang tercemar polusi industri
Tapi aku begitu menikmati perjalanan menuju kota itu
Memindai keras aspal dan kokoh beton dari balik jendela
Mengukur tiap kilometer dan detik yang tersisa
Sembari menghirup riang yang menghentak-hentak dada
Aku tak lahir di kota itu
Aku pun tak tumbuh besar di sana
Tapi kota itu punya banyak kisah untukku
Romantisme pesona yang tak mampu kulukiskan
Kembali ke kota itu bagai menggenapi separuh hati yang hilang
Separuh hati yang selama ini dengan letih kukais-kais
Separuh hati yang tanpanya aku tak kuasa bercakap
Separuh hati yang tak mampu lagi aku miliki seperti tahun-tahun silam
Menjalani hidup dengan hati separuh berarti jiwa tak utuh
Dan jiwa tak utuh berarti ruang hampa
Baiklah, aku menyerah
Asaku tertinggal di kota itu
Kaulah alasannya