Wednesday, February 21, 2024

Menua dengan Sehat dan Bugar

Tumbuh besar dengan pengalaman beberapa anggota keluarga mengalami sakit degeneratif hingga akhir usia, membuatku menyadari arti penting kesehatan dan kebugaran sebagai investasi masa tua. Kesadaran ini makin mengkristal ketika aku sudah berkeluarga. Jika dulu menjaga pola makan dan berolahraga dilakukan demi penampilan, kini upaya itu dilakukan demi bisa membersamai pasangan dan anak-anak hingga usia senja.

Banyak orang mengatakan bahwa makin tua seseorang, makin lambat metabolisme tubuhnya sehingga makin gampang gemuk dan makin lemah untuk beraktivitas. Tahukah Anda apa fakta sebenarnya? Makin bertambah usia, seseorang biasanya makan lebih sedikit. Ia juga beraktivitas lebih sedikit. Hal-hal itulah yang “menghancurkan” metabolisme seseorang karena kurangnya mengonsumsi makanan dan minuman serta gaya hidup sedenter alias malas bergerak dapat memperlambat metabolisme tubuh.

Menjaga pola makan dengan diet yang berlebihan juga dapat membuat metabolisme melambat. Tubuh akan menghemat energi karena asupannya terbatas. Diet tanpa memperhatikan kecukupan kalori memang cukup besar keberhasilannya dalam menurunkan berat badan dalam waktu cepat. Namun, setelah diet dihentikan, kenaikan berat badan bisa terjadi dengan mudah.

Zat gizi yang didapat dari makanan akan diolah menjadi energi agar tubuh bisa beraktivitas. Jika kita jarang melakukan aktivitas fisik, tubuh akan lebih lambat dalam membakar energi. Tubuh juga akan menyimpan lebih banyak lemak sehingga metabolisme akan berjalan makin lambat.

Selain itu, proses penuaan menyebabkan tubuh menjadi lebih mudah kehilangan berbagai jaringan tubuh, salah satunya jaringan otot. Secara alami, manusia akan mengalami penyusutan otot atau berkurangnya massa otot seiring dengan bertambahnya usia. Apalagi jika otot tersebut tidak digunakan untuk aktif secara fisik dalam jangka waktu yang lama. Penurunan massa otot akan memperlambat proses metabolisme sekaligus menurunkan ketersediaan energi untuk beraktivitas.

Nah, demi bisa menjadi manula yang tetap berenergi dan berdaya seperti klip di atas, apa yang harus kita lakukan?

Latihan Beban

Latihan beban berfungsi untuk mempertahankan massa otot dan menghindarkan otot dari penyusutan, syukur-syukur jika bisa menambah massa otot. Otot merupakan modal utama kita untuk bergerak. Otot yang kuat membantu fungsi sistem rangka dalam menopang berat badan. Dengan latihan beban, otot kita menjadi tahan banting untuk menahan beban aktivitas sehari-hari.

Otot sebenarnya adalah mesin pembakar lemak alami yang membantu memperbaiki komposisi tubuh. Pembentukan otot membuat otot menjadi aktif sehingga metabolisme tubuh akan meningkat dan membantu pembakaran lemak menjadi lebih efektif. Hal ini membuat kita tidak mudah gemuk.

Latihan beban membantu memperlancar sirkulasi darah sehingga tubuh dapat menciptakan kolagen dengan baik. Akibatnya, kulit akan terlihat lebih muda. Latihan beban yang dilakukan dengan rutin konon juga dapat meningkatkan jumlah sel otak baru sehingga daya ingat menjadi lebih baik. Resep awet muda yang gampang, bukan?

Latihan beban membantu melatih keseimbangan dan koordinasi tubuh. Hal ini penting bagi para manula karena jatuh dapat berefek serius pada kesehatan. Dengan tubuh, otot, dan tulang yang kuat, seseorang yang sudah memasuki masa tuanya akan tetap bisa mandiri melakukan berbagai aktivitas tanpa kesulitan yang berarti.

Menjaga Pola Makan

Diet sehat membantu melindungi terhadap kekurangan gizi dalam segala bentuknya, serta penyakit yang tidak dapat dikomunikasikan (NCD), termasuk diabetes, penyakit jantung, strok dan kanker. (WHO, September 2015)

Memperhatikan status gizi merupakan hal yang krusial dalam upaya untuk menjaga kesehatan. Berdasarkan pedoman gizi seimbang Kemenkes Republik Indonesia dan WHO, gizi seimbang adalah konsumsi kalori, makronutrien, dan mikronutrien dalam jumlah dan proporsi yang tepat.

Ada berbagai macam aliran pola makan. Pola makan yang bagus bagi orang lain belum tentu cocok untuk kita. Oleh karena itu, pilih metode yang paling tepat untuk tubuh kita dengan cara menyesuaikannya terhadap berbagai faktor yang customized, seperti tujuan diet, jenis dan banyaknya aktivitas, kondisi kesehatan, serta profil tubuh.

Yang perlu diperhatikan, hindari pola makan dengan diet yang berlebihan dan usahakan untuk selalu memenuhi asupan nutrisi secara tepat. Zat gizi dari makanan diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh supaya dapat beraktivitas dengan baik.

Istirahat yang Cukup

Seorang pelatih pernah mengatakan, “Lebih baik kurang latihan daripada kurang istirahat.” Hal itu menandakan pentingnya istirahat dalam proses pemulihan. Usai berolahraga, otot sebenarnya mengalami kerusakan. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Otot yang rusak tersebut akan diperbaiki dengan adanya recovery atau pemulihan sehingga menjadi lebih kuat dan lebih besar.

Secara umum, dengan istirahat yang cukup, tubuh akan memiliki waktu untuk memulihkan energi yang terkuras akibat aktivitas. Saat istirahat, tubuh juga akan memperbaiki diri. Akibatnya, metabolisme akan mencapai kinerja optimal untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran.

Tuesday, February 20, 2024

Ketegasan Pemimpin dan Kemandirian Bangsa

Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan ini sungguh sulit bagiku. Bukan karena aku tak berniat merangkai kata, melainkan karena aku kurang tertarik dengan temanya. Ketidaktertarikan ini membuatku tidak bersemangat menulis, padahal biasanya aku selalu masuk ke dalam daftar penyetor tercepat. Akhirnya deadline hari terakhir pun tiba, mau tidak mau aku harus menulis karena aku tidak ingin ketinggalan tantangan.

Bicara soal politik dan pemilihan pemimpin adalah sesuatu yang tidak kusukai. Terlalu banyak konflik dan adu kepentingan yang memuakkan. Sudah banyak sekali kulihat hubungan silaturahmi jadi terputus gara-gara beda pilihan. Aku paham sekali hal ini, terutama karena keluarga suamiku selama ini terlibat aktif dalam politik dan pemilihan kepala desa.

Belum lagi jika bicara tentang politik uang dan penghalalan segala cara untuk menang. Atau janji-janji manis saat kampanye yang jauh lebih banyak omong kosongnya daripada realisasinya. Bisa dibilang aku skeptis dan hopeless dengan semua itu.

Maka inilah kali pertama aku memutuskan untuk golput setelah selama 23 tahun aku selalu menggunakan hak suaraku. Mohon maaf, kenyataan yang ada sekarang ini membuatku bersikap bodo amat.

Dengan perasaan yang hopeless, tidak mudah bagiku untuk bercerita tentang harapan untuk pemimpin Indonesia. Namun, ya sudah lah, mari kita coba saja. Entah bakal tercapai atau tidak, mudah-mudahan ada secercah harapan ke arah itu.

Pemimpin yang Memiliki Harga Diri

Aku sungguh berharap Indonesia punya pemimpin yang memiliki harga diri sehingga ia dengan kokoh menjaga martabat bangsa dan negara tanpa mudah disetir oleh kanan-kiri maupun pihak asing. Meskipun hal ini akan membuatnya berbenturan dengan negara-negara lain yang punya kepentingan, kurasa hal ini sangat krusial untuk menjaga sikap bangsa.

Salah satu yang sangat kuapresiasi belakangan ini adalah ketegasan pemerintah dalam keberpihakan terhadap Palestina. Aku salut sekali dengan kelantangan Menteri Luar Negeri, Ibu Retno Marsudi, menyuarakan hal itu di berbagai forum internasional, bahkan sampai walk out bila tak sejalan. Terlihat sekali bagaimana ketegasan pemerintah Indonesia dalam berpendapat dan mengambil posisi terhadap penindasan dan pendudukan Israel di Palestina. Seandainya sikap serupa juga ditunjukkan oleh pemerintah terhadap hal-hal lain.

PLTN dan Kemandirian Bangsa

Sebagai pekerja di bidang ketenaganukliran, aku berharap segera ada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dibangun di negara ini. Hingga saat ini, Indonesia belum memanfaatkan nuklir untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik. Padahal, Indonesia sudah punya nuklir sejak lebih dari 60 tahun lalu.

Selain untuk keperluan medis, industri, peternakan, pertanian, dan pangan, teknologi nuklir juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik. Saat ini ada lebih dari 400 PLTN yang beroperasi di 32 negara dan porsinya mencapai 10,1% energi di dunia. PLTN menjadi teknologi yang menjanjikan untuk mengatasi krisis listrik dunia.

Sebagai Energi Baru Terbarukan (EBT), PLTN memiliki beberapa keuntungan, di antaranya:

  • Emisi karbonnya rendah dan bisa dijadikan penopang pembangkitan listrik
  • Tidak bergantung pada cuaca seperti tenaga angin dan surya
  • Lifetime atau masa pakainya bisa mencapai 60 tahun
  • Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca
  • Hanya sedikit menghasilkan limbah padat
  • Tidak mencemari udara karena tidak menghasilkan gas berbahaya
  • Biaya bahan bakar rendah

Secara sumber daya alam untuk memenuhi pasokan bahan bakar nuklir, diperkirakan Indonesia memiliki 70.000 ton cadangan uranium dan 170.000 ton cadangan torium. Sebagian besar kandungan uranium terdapat di Kalimantan Barat, sedangkan sisanya tersebar di Papua, Bangka Belitung, dan Sulawesi Barat. Sebagian besar kandungan torium terdapat di Bangka Belitung, sedangkan sisanya berada di Kalimantan Barat.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa PLTN juga memiliki kelemahan seperti risiko kecelakaan nuklir serta menghasilkan limbah radioaktif yang waktu paruhnya dapat berlangsung hingga ratusan tahun. Sebagai pekerja nuklir yang bertugas di instalasi pengelolaan limbah radioaktif, ini “makanan”ku sehari-hari, hehehe.

Kelemahan lain dari PLTN adalah adanya penolakan dari masyarakat awam akibat ketidaktahuan mereka, atau akibat provokasi dari pihak-pihak yang tidak menyetujui dibangunnya PLTN di negeri ini. Pembangunan PLTN memang keputusan yang tidak populer, padahal PLTN dapat menjadi solusi untuk kemandirian bangsa dalam sektor energi dan solusi untuk mencapai nol emisi.

Kembali ke poin yang kutulis di awal mengenai pentingnya Indonesia memiliki pemimpin yang tegas, akibat ketidakpopuleran PLTN–entah karena takut tidak mendapat dukungan rakyat, entah karena tunduk pada pihak-pihak yang tidak suka bila negara kita mandiri dalam hal energi–keputusan mengenai pembangunan PLTN selalu mengalami pasang surut.

Pada tahun 2006, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 5 tentang rencana memiliki empat PLTN pada tahun 2025. Direktur Jenderal IAEA saat itu, Mohamed ElBaradei, diundang ke Indonesia pada Desember 2006. Protes menolak PLTN terjadi di mana-mana, khususnya di Jepara sebagai lokasi yang direncanakan menjadi tapak dibangunnya PLTN, mulai awal 2007 dan meluas pada pertengahan tahun. Pemerintah akhirnya tidak melanjutkan rencana tersebut untuk meredam protes.

Pada Desember 2013, Indonesia berencana membangun PLTN tahun 2015 untuk memenuhi target kapasitas listrik pada tahun 2025 hingga 2050. Namun, hingga Desember 2015, ternyata pemerintah belum menetapkan tenaga nuklir sebagai salah satu cara untuk mencapai hal tersebut.

Menurut kabar terakhir, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Parada Hutajulu menyebutkan bahwa Indonesia akan mulai mengembangkan nuklir secara komersial mulai tahun 2032. Pembangunan PLTN tersebut termuat di dalam draf Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN). Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Herman Darnel menjelaskan dalam skenario tersebut, PLTN yang akan dibangun rencananya adalah PLTN skala kecil atau Small Modular Reactor (SMR).

Jika PLTN akan dibangun pada 2032, itu berarti keputusannya harus diketok palu saat ini. Pembangunan PLTN hingga beroperasi penuh rata-rata membutuhkan waktu 10-15 tahun lamanya dari awal kontrak pengerjaan. Keputusan final ada pada presiden dan anggota dewan, untuk selanjutnya membentuk badan yang bertugas mempersiapkan pembangunan PLTN.

Saat ini tim percepatan pembangunan PLTN atau Nuclear Energy Program Implementing Organization (NEPIO) telah dibentuk oleh pemerintah. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional, Djoko Siswanto, menyatakan bahwa adanya NEPIO, dukungan stakeholder, dan kebijakan pemerintah masuk ke dalam persyaratan yang diminta oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) sebagai badan regulasi nuklir dunia.

Nah, sekarang kita tinggal menyaksikan akan seserius apa pemerintah merealisasikan rencana pembangunan PLTN ini. Akankah berubah-ubah terus dan mengalami penundaan berkali-kali seperti yang sudah terjadi di masa lalu, atau pemerintah akan gas pol mempercepat pembangunan PLTN?

Aku, sih, berharap pemimpin negeri ini bakal lebih tegas dalam mengambil keputusan terkait hal itu, ya. Entah jika pemimpin terpilih ragu-ragu memutuskan karena takut popularitasnya turun di mata masyarakat, atau terlalu disetir oleh pihak-pihak berkepentingan. Semoga tidak.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Februari yang bertema “Harapan untuk Pemimpin Indonesia (Isu Meresahkan yang Diharapkan Bisa Diselesaikan Para Pimpinan)”.

Wednesday, February 14, 2024

Perempuan dan Nuklir

Tahun ini adalah tahun ketujuh belas aku bekerja di bidang ketenaganukliran. Awalnya aku ditempatkan di bidang teknis yang berkaitan dengan jaringan komputer dan keamanan jaringan–sesuai latar belakang pendidikanku–sebagai sarana dukung dari core business instansi. Pada tahun kedelapan, aku pindah ke divisi quality assurance (QA) hingga sekarang.

Perempuan masih dianggap memiliki stigma ketika bekerja di bidang nuklir, terutama terkait dengan masalah kesuburan. Kekhawatiran mengenai hal ini pernah disampaikan oleh ibuku ketika aku mengutarakan keinginanku untuk masuk ke jurusan Teknik Nuklir dua puluh empat tahun yang lalu. Ketidaksetujuan beliau lantas membawaku mengambil jurusan Teknik Informatika dan Teknik Elektro. Siapa yang menyangka, setelah lulus kuliah aku malah bekerja di bidang ketenaganukliran. Kekhawatiran ibuku pun tak terbukti karena semenjak bekerja aku sempat hamil lima kali.

Sektor ketenaganukliran adalah bidang yang didominasi laki-laki dan kiprah perempuan untuk mengambil peran di bidang teknologi nuklir masih sangat minim. Meskipun ada kemajuan pelibatan perempuan dalam beberapa tahun terakhir, perempuan masih kurang terwakili dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa, dan matematika (science, technology, engineering, and mathematics atau STEM), termasuk di sektor nuklir. Kesenjangan gender ini memiliki pengaruh besar terhadap masa depan energi nuklir, yang memerlukan tenaga kerja yang kuat dan beragam untuk mendorong kinerja dan inovasi iptek nuklir.

Berdasarkan laporan dari Nuclear Energy Agency, perempuan berjumlah kurang dari 25% dari tenaga kerja nuklir secara keseluruhan. Padahal secara historis, perempuan memberikan kontribusi yang signifikan di bidang ini. Sebut saja Marie Curie, Lise Meitner, Katharine Way, dan Chien-Shiung Wu. Mereka adalah para pionir yang melakukan terobosan penting di bidang iptek nuklir.

Representasi perempuan dan laki-laki yang tidak berimbang dalam bidang nuklir, terutama di negara-negara berkembang yang memiliki tingkat ekonomi rendah, terjadi karena perempuan sebagai identitas gender marjinal sulit mendapat kesempatan mendalami STEM. Anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi–yang penting tahu urusan dapur, kasur, dan sumur, kata para orang tua zaman dulu–tentu turut andil dalam hal itu.

Berbagai fakta menarik mengenai keterlibatan perempuan di bidang nuklir pernah disampaikan oleh beberapa pakar. H.E. Grata Endah Werdaningtyas, diplomat Indonesia untuk Jenewa, Swiss, pernah menyebutkan mengenai peran perempuan dalam nuklir dan keamanan internasional. Ketika perempuan hadir dalam upaya pembuatan kebijakan terkait perlucutan senjata, kebijakan tersebut cenderung lebih teruji dan berjalan dalam jangka waktu lama. Sementara Dr. Jeanne Francoise, seorang dosen Program Studi Hubungan Internasional dan pakar Warisan Pertahanan (Defense Heritage), menyatakan bahwa partisipasi perempuan sangat dibutuhkan dalam upaya diplomasi untuk mencegah penyalahgunaan nuklir karena hadirnya perempuan dapat memberi perspektif yang lebih seimbang.

Di bidang pekerjaanku sendiri saat ini sebagai QA, aku merasa keterlibatan perempuan memberikan peran yang cukup signifikan. Kerapian, ketelitian, dan kejelian yang merupakan kekuatan perempuan, menjadi amunisi penting untuk menjalankan tugas dan fungsi QA. Beberapa hal di antaranya adalah audit lapangan, pengawasan kepatuhan terhadap regulasi, dan pengelolaan sistem manajemen.

Oleh karena itu, kita harus memperluas kesempatan bagi perempuan dan mendorong semua pemangku kepentingan untuk memberikan perhatian dan pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor, terutama di bidang ketenaganukliran. Hal ini akan membuat perempuan lebih berdaya untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan mengembangkan segala potensi sebagai motor penggerak sekaligus agen perubahan.