Wednesday, March 20, 2024

Aku dan Donat

Siapa, sih, yang tidak kenal dengan donat? Makanan yang terbuat dari tepung dan seringkali berbentuk bolong di tengah ini memang menjadi favorit semua orang dari semua kalangan dan berbagai ragam usia, tak terkecuali aku.

Dulu ketika aku kecil, di Solo belum ada gerai-gerai donat kekinian seperti yang banyak ditemui di mal-mal. Waktu itu, di pusat kota hanya ada satu gerai donat yang lumayan terkenal bertajuk “American Donut”, yang belakangan anak pemiliknya menjadi temanku SMA. Gerai itu sebenarnya tidak hanya menjual donat, tetapi juga pizza dan produk-produk bakery lain. Namun, seperti yang sudah dapat diduga, menu donat menjadi favoritku. Donatnya besar-besar dan dijual dalam berbagai varian seperti keju, coklat, serta beraneka glaze.

Beranjak besar, aku malah jadi lebih menyukai donat kampung. Ukuran donat ini lebih kecil dan varian topping-nya lebih sederhana, biasanya hanya ada taburan gula halus, parutan keju, atau meses coklat. Porsinya cukup untuk sekali makan dibanding donat-donat kekinian yang buatku terlalu besar untuk dijadikan kudapan ringan.

Saking cintanya aku pada donat, saat aku menempuh S2–seolah-olah kurang kerjaan saja waktu itu, kalau kupikir-pikir–aku memutuskan membuka usaha berjualan donat. Aku menjajal peruntungan dengan mengambil franchise Donat Bakar yang pusatnya di Solo. Bahan baku donat dan topping-nya kupesan dari Solo dan dikirim ke Bandung dengan kereta api.

Kios donatku di Cisitu

Awalnya usaha ini cukup menjanjikan. Lokasi yang strategis di sebelah Indomaret Cisitu membuat kios donat lumayan laris dengan para mahasiswa sebagai target market-nya. Bahkan ada cerita ketika aku masih sibuk mempersiapkan kios, beberapa orang sudah menghampiri dan bermaksud membeli. Terpaksa kusampaikan pada mereka untuk sabar menanti saatnya gerai dibuka.

Membongkar kiriman paket donat dari tempat produksi

Kios donatku memiliki konsep yang unik. Donat yang sudah jadi dipanggang di pan seperti layaknya roti bakar, kemudian diberi topping sesuai pilihan pembeli. Hal ini membuat donat disajikan hangat-hangat, memiliki tekstur crunchy di luar dan lembut di dalam. Ada 42 varian rasa dengan beraneka menu, mulai dari yang biasa hingga varian donat yang dibuat layaknya sandwich.

Kios donatku juga pernah diliput oleh stasiun televisi lokal. Aku enggak tahu juga mereka mendapat informasi dari mana dan mengapa bisa nyasar ke kiosku, hahaha. Mungkin karena konsepnya unik dan varian rasanya cukup banyak, serta aku cukup aktif mengiklankan di media sosial. Beberapa kali dalam sebulan aku membuat sistem promo untuk menarik pelanggan.

Sayangnya, usahaku tak bertahan lama. Seiring aku lulus S2 dan kembali bekerja di kantor, ditambah keriweuhan usai melahirkan anak kedua, membuatku kurang fokus mengawasi dinamika kios. Karyawan yang kupercaya akhirnya resign, dan penggantinya ternyata orang yang tidak jujur. Tak perlu waktu lama sampai akhirnya usahaku merugi, hingga aku memutuskan untuk berhenti berjualan.

Ketika aku menjalani maternity leave usai melahirkan anak keempat, di salah satu grup emak-emak yang aku ikuti, ramai perbincangan mengenai suatu merek bread maker. Bread maker ini ngehits di kalangan emak-emak karena katanya roti yang dihasilkan bisa lembut dan penggunaannya mudah. Karena aku dan anak-anak sangat menggemari roti, langsung muncul keinginan untuk membelinya. Apalagi di waktu senggang aku memang sangat suka membuat kudapan semacam cake dan roti.

Terdapat 22 menu untuk pilihan berkreasi, di antaranya: roti, kue, yoghurt, ketan uli, selai buah, tape ketan, bubur ayam, bubur kacang hijau, dll. Jenis roti yang bisa dibuat juga sangat beragam, mulai dari roti tawar, roti manis, roti lembut, roti gandum, roti tanpa gula, roti oatmeal, roti susu, roti unyil, donat, dsb.

Salah satu menu yang paling sering kubuat dengan bread maker itu adalah donat, tentu saja. Meskipun membentuk bulatan-bulatan dough-nya tetap dilakukan manual, bread maker itu sangat meringankan pekerjaan menguleni, salah satu proses yang paling melelahkan, hehehe. Jadi, kita hanya cemplung-cemplung bahan, tunggu dalam beberapa waktu hingga mengembang, lalu tinggal membulatkan dough dan menggoreng saja.

Donat menul-menul baru keluar dari penggorengan. Belum dikasih topping, tapi dimakan begini saja sudah enak. Fluffy dan lembut.

Kini aku sudah jarang sekali membuat donat sendiri. Sejak varian donat kentang mulai mewabah, sudah cukup banyak produk ini dijual frozen sehingga aku tinggal menyetok saja untuk digoreng, atau bahkan langsung membeli jadi. Varian donat kampung tetap menjadi favoritku, mengalahkan donat-donat dengan topping kekinian.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Maret yang bertema “Cerita Kuliner”.

Wednesday, March 13, 2024

Menu Isi Piringku

Tantangan Mamah Gajah Bercerita minggu ini mengajak para Mamah untuk berbagi kisah mengenai santapan favorit saat sahur atau berbuka. Banyak di antara mereka mungkin menuliskan cerita tentang makanan atau minuman favorit yang spesifik. Kali ini, aku ingin menuliskan hal yang sedikit berbeda, tetapi cukup esensial untuk diperhatikan.

Semenjak mulai mengatur makan beberapa tahun yang lalu, enak atau tidaknya makanan menjadi hal yang tidak terlalu penting buatku. Aku belajar bahwa rasa enak itu sebenarnya hanya bertahan sebentar di lidah. Setelah melalui kerongkongan, kenikmatan tidak lagi penting. Fungsi asupan bagi tubuh dan kecukupan nutrisi menjadi hal utama yang lebih signifikan untuk diutamakan. Memenuhi kebutuhan nutrisi harian dengan asupan bergizi sangat penting dilakukan agar tubuh tetap fit dan terhindar dari beragam penyakit.

Maka, alih-alih menuliskan tentang santapan favorit, kali ini aku ingin berbagi pengetahuan tentang metode makan yang diadaptasi oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dari World Health Organization, yang disebut dengan “Isi Piringku”. Menu Isi Piringku merupakan turunan dari panduan gizi seimbang. Konsumsi gizi seimbang adalah konsumsi kalori, makronutrien, dan mikronutrien dalam jumlah dan proporsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan, tanpa menghilangkan jenis nutrisi tertentu.

Sumber dari sini

Isi Piringku menggambarkan porsi sekali makan yang dikonsumsi dalam satu piring. Porsi tersebut terdiri dari 50 persen buah dan sayur, serta 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein. Kampanye Isi Piringku juga menekankan pembatasan gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari.

Isi Piringku merupakan pembaruan dari kampanye lama mengenai Empat Sehat Lima Sempurna yang berdasarkan pada perkembangan ilmu gizi terbaru. Dulu kita hanya diajari bagaimana menerapkan Empat Sehat Lima Sempurna dengan memenuhi komponen karbohidrat, lauk pauk, sayur, dan buah tanpa diajari tentang komposisinya. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak aware terhadap keseimbangan komponen-komponen tersebut. Mamah tentu tidak asing, bukan, melihat masyarakat kita makan dengan nasi segunung, sementara lauk protein dan sayurnya seiprit? Hehehe. Itulah salah satu akibat jika kita tidak paham mengenai keseimbangan komposisi makronutrien dan mikronutrien dalam asupan sehari-hari.

Kesalahan konsep Empat Sehat Lima Sempurna yang lain berkaitan dengan konsumsi susu. Konsep susu sebagai penyempurna gizi sudah tidak relevan karena untuk mendapatkan kecukupan gizi, masyarakat tidak harus minum susu. Susu “hanya” bagian dari sumber protein. Protein berfungsi untuk memperbaiki sel dan jaringan tubuh yang rusak, menjaga kesehatan tulang dan otot, menjaga fungsi kognitif otak, mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh, dan sebagai sumber asam amino.

Cara menghitung kebutuhan protein harian berdasarkan berat badan adalah mengalikan 1 kilogram berat badan dengan 0,8 gram protein per hari. Jadi, jika Mamah memiliki berat badan sebesar 55 kilogram, Mamah membutuhkan 44 gram protein per hari. Protein yang dimaksud di sini adalah lean protein, karena 100 gram dada ayam tidak sama dengan 100 gram protein. Faktanya: 100 gram dada ayam hanya mengandung 31 gram lean protein.

Selain mengatur pola makan gizi seimbang, kampanye Isi Piringku juga memuat ajakan untuk mengonsumsi delapan gelas air setiap hari, melakukan aktivitas fisik tiga puluh menit setiap hari, mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan setelah makan, serta memantau tinggi badan dan berat badan.

Nah, sekarang sudah tahu, kan, bagaimana mengatur komposisi menu andalan untuk sahur dan berbuka? Apa pun menu favorit Mamah, usahakan memenuhi kaidah Isi Piringku, ya.