Tuesday, July 09, 2024

Buku: Koleksi Sepanjang Masa

Semenjak aku kecil, aku kerap berganti-ganti koleksi. Koleksi pertamaku adalah gantungan kunci karena waktu itu aku sangat terkesan dengan beraneka gantungan kunci oleh-oleh papiku sepulang menempuh S2 di Kanada. Di mataku sebagai anak kecil, gantungan-gantungan itu lucu-lucu sekali. Sejak saat itu, aku mulai mengumpulkan berbagai macam gantungan kunci dari berbagai daerah, sebagiannya merupakan oleh-oleh dari teman dan saudara ketika mereka melancong. Sayangnya, semua koleksi itu kusimpan di rumah orang tuaku di Solo sehingga aku tak dapat memajang fotonya di sini.

Sebagaimana anak perempuan di zaman itu, aku juga pernah mengoleksi lembaran loose leaf. Gambarnya bagus-bagus dan lucu-lucu. Saking menariknya, aku sampai tak tega menulis di atas lembaran-lembaran itu. Cukup dielus-elus dan dipandangi saja, atau sesekali ditukar dengan koleksi teman. Entah ke mana sekarang perginya lembaran-lembaran itu.

Ilustrasi koleksi loose leaf, foto diambil dari sini

Beranjak remaja lalu dewasa, koleksiku beralih menjadi koleksi buku dan komik dari pengarang favorit. Dulu semasa keluargaku masih berlangganan majalah Bobo, aku gemar sekali membaca serial Pak Janggut dan mengumpulkan sisipan-sisipannya, lalu dibundel menjadi kumpulan tersendiri. Sayangnya ketika aku kuliah di luar kota, koleksi Pak Janggut-ku ikut diloakkan oleh mamiku bersama majalah-majalah lawas yang memenuhi gudang. Sedih sekali rasanya waktu itu. Untung sekarang koleksi itu sudah tergantikan dengan serial Pak Janggut dalam bentuk PDF, yang kuunduh dari tautan seorang teman.

Serial Pak Janggut, foto diambil dari sini

Beberapa koleksi buku yang cukup serius kukumpulkan dan kusimpan hingga kini adalah koleksi Tintin, novel-novel karya Agatha Christie, dan novel-novel karya Nicholas Sparks.

Komik Tintin, Serial Petualangan Pembuka Jendela Dunia

Siapa yang tidak kenal dengan Tintin? Rasanya setiap anak 90-an pasti mengenalnya. Komik Tintin adalah serial yang diciptakan oleh Hergé, seorang penulis komik dari Belgia, yang menceritakan petualangan seorang wartawan Belgia muda bernama Tintin. Dia memiliki seekor anjing setia bernama Snowy/Milo/Milou dan beberapa kawan yang bergantian muncul dalam kisah-kisahnya, seperti misalnya Kapten Haddock, Profesor Lakmus/Kalkulus, serta Dupont dan Dupond/Thomson dan Thompson.

Koleksi komik Tintin, foto diambil dari sini

Sebagai anak kecil dengan keingintahuan yang besar tentang dunia luar, membaca komik Tintin membuatku serasa dibawa bertualang ke tempat-tempat baru. Mungkin dari komik Tintin-lah aku pertama kali membaca nama-nama tempat seperti Tibet, Kongo, dan Azerbaijan.

Kisah Tintin menampilkan petualangan dengan berbagai elemen, mulai dari fantasi, misteri, politik, hingga sains fiksi, dengan tetap dibumbui oleh humor. Hal ini bisa dibilang cukup wow karena komik ini dibuat pada era Perang Dunia. Sungguh sangat visioner dan melampaui imajinasi pada zaman itu, terutama tentang kisah-kisah ekspedisi Tintin ke bulan yang bahkan pada masa itu belum pernah terjadi.

Dari 24 seri Tintin, sepertinya hanya sekitar 5-6 buku yang tidak kumiliki. Saking ngefans-nya aku dengan komik ini, Museum Hergé di Brussels menjadi salah satu destinasi wisata yang masuk ke dalam bucket list. Semoga suatu hari nanti aku bisa berkunjung ke sana.

Novel Agatha Christie, Novel Pertamaku

Novel Agatha Christie adalah novel yang pertama kubaca dan menjadi pemantikku dalam kegemaran membaca novel. Kalau tidak salah ingat, waktu itu aku duduk di kelas 5 atau 6 SD, dan “Pesta Hallowe'en” adalah novel Agatha Christie yang pertama kubawa pulang dari kios persewaan buku.

Foto diambil dari sini

Tidak seperti Hergé yang menulis Petualangan Tintin dari hasil riset, novel-novel Agatha Christie banyak melibatkan pengalaman pribadi dan kehidupannya sehari-hari. Latar belakangnya sebagai perawat membantunya memiliki pengetahuan soal cairan-cairan mematikan yang dapat digunakan sebagai senjata pembunuh. Perjalanannya melawat ke berbagai tempat dan negara juga menjadi inspirasi untuk menulis kisah-kisah dalam novelnya.

Karya-karya Agatha Christie yang paling terkenal bercerita tentang detektif fiksi Hercule Poirot dan Miss Marple, dua tokoh favoritku. Setelah membaca hampir semua judul novelnya, lama-lama aku jadi bisa menebak cara berpikir Agatha Christie dalam menentukan siapa tokoh antagonisnya. Meskipun demikian, caranya menulis alur dan membuat penokohan selalu membuatku kagum. Sebagai penulis fiksi, aku banyak belajar dari novel-novelnya.

Novel Nicholas Sparks, Bukti Bahwa Pria Bisa Romantis

Membaca karya fiksi selalu menjadi kesenangan buatku, sejak zaman kecil dulu hingga kini sudah menjadi emak beranak lima. Setelah menjadi penulis fiksi (abal-abal, hahaha), membaca karya fiksi seolah menjadi kewajiban untuk menambah ilmu dan memperkaya khazanah. Supaya dapat menulis fiksi dengan baik tentu aku harus mengisi pula asupan dengan banyak membaca karya fiksi.

Saat ini dalam membaca karya fiksi, aku juga mengamati bagaimana penulis membangun unsur-unsur intrinsik seperti membangun tema, menentukan sudut pandang, menciptakan penokohan beserta karakternya, menuliskan alur, menggunakan gaya bahasa, dan memilih latar. Ada banyak sekali novel yang menginspirasiku–tentu tak akan cukup aku bahas di sini–tetapi ada satu penulis yang novelnya cukup kaya untuk dipelajari sisi-sisi kepenulisannya.

Gambar diambil dari sini

Adalah Nicholas Sparks, seorang penulis yang dikenal sebagai spesialis penulis dengan ending tragis dalam novel-novelnya, yang membuatku terkagum-kagum. Dia piawai dalam menulis deskripsi dan menggambarkan suasana yang sangat membantu pembaca untuk membayangkan konteks cerita. Tidak hanya pada latar, tetapi juga pada bagian-bagian detail lainnya. Penggambaran selalu deskriptif mengenai apa pun dan tidak membosankan, meskipun selalu dilihat dari sudut pandang orang pertama.

Sparks selalu keren dalam menciptakan tokoh yang berkarakter. Sudut pandang orang pertama sering dipakai dalam novel, tetapi jarang ada novel romantis yang “aku”-nya adalah seorang laki-laki. Tokohnya digambarkan sangat manusiawi. Dari segi penggambaran emosi, perasaan tokoh pun tersampaikan dengan baik. Hal ini tentu membuat pembaca ikut larut dalam cerita. Aku angkat topi untuk kemampuan Sparks menulis tentang emosi secara mendalam.

Beberapa judul novelnya tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, sehingga koleksiku tidak cukup lengkap (aku lebih suka membaca novel dalam Bahasa Indonesia). Sebagian besar novelnya bahkan tak lagi dicetak ulang oleh Gramedia. Meskipun hanya tujuh judul novelnya yang kumiliki, koleksi ini termasuk koleksi yang kuanggap sangat berharga.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Juli yang bertema “Koleksi”.

Monday, June 10, 2024

Menyusuilah dengan Keras Kepala

Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Juni ini mengambil tema “Perempuan: Tantangan dan Inspirasi”. Sebagai perempuan, tentu kita memiliki banyak sekali tantangan, entah itu cerita tentang kegagalan maupun kisah inspiratif yang bisa memberikan suntikan semangat bagi perempuan lain. Aku sempat berpikir mengenai beberapa hal yang rasanya cukup menjadi tantangan bagiku sebagai perempuan. Namun, gagasan itu belum mengerucut pada suatu ide yang bisa kuelaborasi menjadi sebuah tulisan.

Kemudian tiba-tiba ada satu kalimat pada laman tantangan yang menarik perhatianku: “kompleksitas identitas karena berbagai peran yang harus diambil secara bersamaan”. Sepanjang ingatanku sebagai perempuan dewasa, hal yang cukup menantang adalah juggling di antara banyak peran, terutama sebagai ibu yang bekerja.

Lebih spesifik lagi, salah satu tantangan yang kuhadapi sebagai wanita karir adalah memperjuangkan keberhasilan menyusui, mulai dari periode ASI eksklusif (ASIX) hingga lulus menyusui dua tahun bagi keempat anakku. Mengapa disebut sebagai “perjuangan”? Ya karena memang seberat itu, mengusahakan anak-anak terpenuhi ASI-nya saat aku tak ada di sisi mereka.

Pengalaman Sebagai Ibu Baru

Ketika Hanif, anak pertamaku lahir, aku tidak memiliki cukup ilmu sebagai ibu baru—like we all were. Rasanya aku sudah membekali diri dengan berbagai ilmu mengenai menyusui, tetapi ternyata aku blank juga ketika menemui kendala. Di usia Hanif yang ke-3 bulan, aku terpaksa mengambil keputusan sulit: memberinya tambahan susu formula—di samping ASI tentunya.

Saat itu aku merasa Hanif sudah bertambah besar, minumnya kuat sekali. ASI perah (ASIP) yang selama ini memenuhi kebutuhannya makin terasa kurang saja. Dia makin sering merengek-rengek haus, seperti tidak pernah cukup. Semua usaha sudah kulakukan: minum susu, minum jamu, makan daun katuk, makan sayur dan buah, dsb., tetapi ASIP-ku segitu-gitu saja.

Pada saat kepercayaan diri sedang menurun seperti itu, salah satu orang terdekat memberi komentar negatif, “Payudaramu kecil begitu, nggak mungkin cukup ASI-nya itu. Udah lah, pakai susu formula saja.”

Jadilah aku “tergiring” untuk memberikan susu formula karena tidak mau mengambil risiko Hanif kurang minum. Meskipun hal tersebut bukan sepenuhnya salah beliau, tetap saja kepercayaan diriku ciut ketika dikomentari seperti itu.

Setelah pada akhirnya Hanif minum ASI dan susu formula sebagai tambahan, aku sempat merasa sedih dan gagal menjadi ibu. Aku tidak tahu apakah itu yang kerap disebut sebagai baby blues, yang jelas: ada rasa malu ketika orang lain tahu bahwa ASI-ku hanya sedikit atau kadang tidak keluar saat Hanif berdecap-decap menyedotnya. Alhamdulillah ASI-ku masih ada sehingga Hanif masih bisa minum ASI sampai dua tahun, meskipun disambung dengan susu formula.

Salah seorang mendiang temanku saat itu berkata, “Gagal ASI eksklusif bukan akhir dari segalanya. Gagal ASI eksklusif bukan berarti kita gagal menjadi ibu. Berhasil ASI eksklusif juga belum menjamin kita bisa jadi ibu yang baik. Jalan kita untuk menjadi ibu masih panjang, Yus. Tetap semangat ya!”

Setelah melalui perenungan yang panjang dan perjuangan yang berdarah-darah untuk menerima hal itu, ketika akhirnya Hanif lulus ASI dua tahun, aku menyadari bahwa tidak bisa memberi ASI bukan suatu aib yang harus ditutup-tutupi. Masih banyak hal lain yang bisa dilakukan. Kita bisa memaksimalkan hubungan dan cara mengasuh anak. “Good parenting is more than breastfeeding,” ujar Jan Barger, seorang konsultan laktasi.

Bisa tidaknya memberi ASI bukan patokan apakah seseorang itu ibu yang baik atau buruk. Bisa memberi ASI, tetapi kemudian mengabaikan anak tanpa membimbingnya, jauh lebih buruk. Memang paling bagus bisa memberi ASI dan memberi banyak perhatian ke buah hati. Namun, saat hal itu tidak terjadi, saat ASI tidak bisa keluar dan segala daya telah dilakukan, dunia belum berakhir.

Good Revenge

Saat melahirkan Abi, anak keduaku, pada masa menempuh S2, aku sudah membulatkan tekad untuk bisa lebih baik lagi dalam memberinya ASI. Selain membulatkan niat, aku juga melengkapi ilmu dan “alat tempur” yang diperlukan untuk keberhasilan menyusui.

Enam bulan pertama adalah masa-masa terberat. Poin-poin penting yang kulakukan saat itu:

  • Mind management yang tak henti kulakukan untuk meyakinkan diri sendiri bahwa produksi ASI-ku melimpah, melatih pikiran untuk tidak memikirkan hal-hal yang tak penting, menjauhkan diri dari segala hal yang bisa membuat stres. Intinya adalah berusaha rileks dan yakin bahwa aku mampu memberikan ASIX. Rileks dalam keseharian, rileks saat pumping, dan rileks saat menyusui, sambil tak henti-hentinya berzikir dan melakukan afirmasi.
  • Pumping di mana saja dan kapan saja. Aku pernah sampai berputar-putar mengelilingi kampus untuk mencari tempat pumping yang representatif dan nyaman, setelah menemukan kenyataan bahwa beberapa musala masih dikunci karena hari masih pagi.
  • Konsisten melakukan pumping agar produksi ASI tetap berlimpah, tak peduli harus bangun malam pun dijabanin demi ketersediaan stok ASIP.
  • Melengkapi perbekalan “alat tempur” seperti breastpump (aku masih memakai versi manual waktu itu), cup feeder (aku tidak menggunakan dot untuk memberi ASIP pada bayi), cooling bag, ice gel, serta botol kaca dan breastmilk storage bags untuk menyimpan ASIP.

Hasil perahan pada hari kedelapan pascapersalinan, hampir 180 mL sekali perah

Beberapa teknik pumping yang kulakukan:

  • Pumping ketika Abi menyusu. Jadi misalnya dia menyusu di payudara kiri, aku memompa yang sebelah kanan. Dengan cara ini LDR (let down reflex) mudah didapat dan ASI yang mengucur tidak terbuang sia-sia.
  • Pumping setelah Abi menyusu. Ini dilakukan pada payudara yang habis disusukan. Teknik ini berfungsi untuk menguras atau mengosongkan payudara. Payudara yang sering dikosongkan akan merangsang produksi ASI sehingga produksinya semakin bertambah banyak.
  • Pumping sambil rileks. Terdengar klise memang, tetapi aku agak menghindari pumping dengan tergesa-gesa atau hati kemrungsung. Dengan pumping yang rileks dan tenang, sekali pumping pada satu payudara, aku bisa mendapat hampir 200 mL dengan tiga kali LDR.

Abi sempat mengalami growth spurt yang membuatnya ingin menyusu terus. Hal ini cukup membuat lelah, tetapi alhamdulillah aku sudah membekali diri dengan ilmu sehingga aku tahu pasti bahwa itu bukan karena ASI yang kurang. Jadi aku dapat menghadapinya dengan tenang dan tidak stres. Pengetahuan tentang growth spurt ini penting untuk membuat kita tetap rileks dan selalu yakin bahwa ASI kita cukup.

Satu hal yang paling serius kulakukan demi keberhasilan menyusui: aku membeli freezer khusus untuk ASIP. Freezer enam rak, harga baru hampir 2,5 juta, tetapi aku membeli second di Kaskus dengan harga 1,5 juta saja. Asyiknya lagi, kondisinya masih 90% baru karena baru dipakai sebentar oleh pemilik lamanya. Dengan dua freezer—satu yang baru dan freezer kecil di kulkas lama—usaha untuk menyetok ASIP aku lakukan sejak Abi lahir untuk mengejar stok karena dua minggu berikutnya aku sudah harus mengikuti ujian semester, hehehe.

Kondisi freezer menjelang Abi 4 bulan

Setelah Abi mulai makan pada usia 6 bulan, pumping masih terus dilakukan, tetapi tidak se-hectic sebelumnya. Kuliah juga sudah mulai berkurang sehingga tanpa harus menyetok banyak, aku masih bisa menyusuinya di rumah. Kalau aku tidak salah ingat, stok-ASI-yang-terakhir dipompa ketika Abi berusia 10 bulan dan diberikan ketika usianya 14 bulan.

Aku lupa kapan persisnya Abi mulai minum susu UHT, mungkin ketika usianya sekitar 16 bulan. Waktuku yang lebih banyak di rumah memberi dia kebebasan untuk menyusu kapan saja dia mau. Ketika aku harus kuliah atau menghadap dosen, stok ASI sedikit demi sedikit mulai digantikan dengan susu UHT.

Melanjutkan Keberhasilan Menyusui

Setelah lima tahun berlalu, perjuangan menyusui itu kembali dimulai untuk baby girl Kayla. Perjuangan baru, senjata baru. Sebelum maternity leave berakhir, aku memutuskan untuk membeli breastpump elektrik.

Breastpump elektrik dengan double pump

Breastpump elektrik ini kubeli dari grup garage sale ITB Motherhood. Isapannya cukup kuat dan lumayan powerful untuk double pump, sangat membantu mempersingkat waktu pumping di kantor. Meskipun preloved, kondisinya masih sangat mulus dan harganya pun nyungsep sekali, hanya seperlima dari harga barunya.

Selain breastpump elektrik, “alat tempur” baru yang kubeli adalah silicone breastpump. Sebenarnya aku membeli silicone breastpump ini gara-gara penasaran. Masa sih ditempel gitu aja bisa ngalir? Ternyata memang betul, hahaha.

Silicone breastpump

Jadi, cara kerja silicone breastpump ini menggunakan metode vakum. Dengan stimulus dari salah satu payudara yang diisap oleh bayi atau dipompa dengan breastpump lain, LDR akan mempengaruhi payudara yang divakum sehingga ASI-nya keluar. ASI akan menetes-netes sendiri hingga tak terasa tahu-tahu sudah sekian puluh mililiter. Alhamdulillah, dimudahkan oleh teknologi dan kecanggihan kuasa ilahi.

Ketika pertama kali masuk kerja setelah maternity leave usai, ada sekitar 30 botol di freezer. Perjuangan yang harus dimulai dengan mengumpulkan setetes demi setetes, per usia Kayla 3,5 bulan, menghasilkan stok sekitar 56-60 botol setiap hari.

Menabung ASIP biasanya dilakukan tiap akhir pekan. Aku masih melanjutkan pola untuk rajin pumping, terutama ketika di kantor. Konsisten adalah kuncinya. Tidak peduli berapa pun yang didapat, kalau sudah waktunya pumping ya pumping saja. Mau sedikit mau banyak, pokoknya pumping saja. Mau lagi meeting, mau deadline pekerjaan, yang penting pumping saja (maaf, Pak Bos, hahaha). Yup, menyusuilah dengan keras kepala.

Rekor sepanjang sejarah: mendapat 230 mL sekali pumping, ketika usia Kayla 5 bulan

Pola pumping di kantor yang kulakukan dalam perjalanan menyusui Kayla:

  • Saat usia Kayla di bawah 12 bulan, pumping di kantor bisa kulakukan sampai tiga kali sehari. Biasanya pagi setelah snack pagi, lalu siang setelah makan siang, dan sore sekitar waktu salat asar.
  • Ketika usianya 12-18 bulan, frekuensi pumping menjadi dua kali sehari.
  • Ketika usianya sudah di atas 18 bulan, frekuensi pumping di kantor kadang satu kali, kadang dua kali bergantung pada mood.

Pola pumping di atas juga ditambah dengan pola tetap pumping dua sampai tiga kali di rumah. Biasanya kulakukan di waktu malam atau dini hari saat hormon menyusui sedang deras-derasnya.

Kondisi freezer saat Kayla 3,5 bulan (kiri), 8 bulan (tengah), dan 12 bulan (kanan)

Aku berhenti pumping di kantor ketika Kayla berusia 21 bulan. Selain mulai malas dan jenuh, alasan utamanya adalah karena stok ASIP di freezer sudah penuh sekali. Jika aku masih pumping juga, bisa-bisa Kayla masih minum stok ASIP hingga dua tahun lebih. Alhamdulillah, aku mendapat banyak sekali kemudahan dari-Nya dalam perjuangan menyusui Kayla.

Penutup

Kesimpulan yang dapat kuambil tentang segala proses menyusui ini adalah tentang niat dan komitmen yang kuat, lalu dibarengi dengan ikhtiar yang konsisten. Pemberian ASIX pada Hanif yang cuma 3 bulan dulu—meskipun dia tetap menyusu sampai usia 2 tahun lebih—memberiku amunisi tekad yang membaja untuk dapat sukses dan tuntas menyusui adik-adiknya. Ilmu dan dukungan lingkungan sekitar adalah sesuatu yang juga penting dimiliki agar prosesnya lancar dalam menghadapi ujian dan rintangan.

Breastfeeding mom is legenDAIRY. It's not easy but it's all worth it.

Tuesday, June 04, 2024

Tips Menikmati Perjalanan

Aku termasuk orang yang jarang bepergian. Bisa dibilang aku adalah anak rumahan. Selain itu, jumlah anggota keluarga yang banyak dan anak yang masih kecil-kecil juga membuatku malas bepergian karena merasa riweuh dengan berbagai hal yang harus diurusi. Kali ini aku ingin berbagi mengenai beberapa hal yang membuatku merasa terbantu dalam menikmati perjalanan bersama keluarga.

Menciptakan Kenangan

Salah satu hal yang membekas dalam ingatanku ketika aku kecil dulu adalah betapa seringnya Bapak dan Ibu mengajak aku dan saudara-saudaraku menempuh perjalanan. Biasanya perjalanan itu mengambil waktu ketika masa liburan karena di luar itu Bapak dan Ibu bekerja. Waktu libur mereka sebagai guru dan dosen lumayan sinkron dengan waktu liburan sekolah kami.

Jika destinasinya tidak terlalu jauh—hanya seputaran Solo dan Jawa Tengah—perjalanan ditempuh dengan mobil kami, Honda Civic krem keluaran tahun 90-an. Bapak duduk di belakang kemudi, di sampingnya kakak sulungku, lalu Ibu, aku, dan adikku di barisan belakang. Dengan mobil Honda Civic kami pernah menjelajahi jalur selatan menuju Bandung ketika mengantarkan kakak sulung pergi kuliah. Mobil second-hand yang dibeli Bapak itu sempat mogok di tanjakan Nagrek, membuat kami sekeluarga harus bermalam di bengkel setempat.

Jika destinasi bepergian berada di luar provinsi, kadang kami memilih moda transportasi kereta atau pesawat—meskipun yang terakhir ini bisa dibilang jarang sekali—misalnya ketika kami jalan-jalan ke Jakarta untuk menjemput Bapak dari Kanada.

Berbagai kisah perjalanan keluarga mengiringiku tumbuh dewasa sebagai kenangan yang mengasyikkan sehingga aku akhirnya memutuskan bahwa kelak kalau aku berkeluarga, kami harus membuat pos pengeluaran untuk jalan-jalan. Meskipun ribet, aku menyadari bahwa momen perjalanan bersama keluarga ini akan menjadi kenangan yang menyenangkan bagi anak-anakku sebagaimana kenangan-kenangan indahku bersama Bapak, Ibu, dan saudara-saudaraku.

Menciptakan Momen Kesadaran

Perjalanan sering memberi kita jenak-jenak untuk perenungan, hal yang acapkali terlewat ketika kita berkejaran dengan rutinitas harian. Perjalanan juga sering memberi kita kesempatan untuk berdialog dengan diri kita sendiri, memberi kita waktu untuk mengenali diri sendiri lewat sodoran pengalaman baru di tempat asing yang belum pernah kita kunjungi. Seperti dulu waktu pertama kali bepergian dengan satu balita dan satu batita untuk menyusul suami ke Batam, dari yang awalnya ragu dan takut, menjadi tahu bahwa diri ini ternyata mampu mengatasi situasi dan kondisi.

Atau ketika pergi jauh ke Italia dengan semua anggota keluarga—termasuk infant 12 bulan yang belum pernah bepergian jauh melebihi Bandung-Solo—yang memaksaku mendobrak banyak kekhawatiran dan kenyamanan, ternyata bisa juga survive. Meskipun saat itu tentu kehadiran suami turut memberi andil. Bersamanya aku merasa mampu menaklukkan dunia karena kehadirannya sangat memberi rasa aman dan nyaman—terutama karena dia yang memegang uang, hahaha.

Dalam sebuah buku antologi fiksi bertema perjalanan, aku pernah menulis: “Traveling is not about the destination, it’s about the journey itself. Traveling is not just about finding new things, it’s also about finding your true self.” Semata-mata karena demikianlah yang aku alami: mendewasa bersama perjalanan.

Menciptakan Pembelajaran

Aku dan suami senantiasa menjadwalkan agenda jalan-jalan karena banyak pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak-anak. Perjalanan membukakan mereka jendela dunia, memberikan mereka kemampuan untuk beradaptasi, memberi mereka kesempatan untuk mengenal hal-hal baru mulai dari makanan, bangunan, moda transportasi, hingga interaksi dengan orang.

Beberapa perjalanan liburan juga memberikan pengalaman berharga untuk anak-anak ketika mereka mencoba beberapa hal untuk pertama kalinya, seperti ketika kami naik perahu mengelilingi beberapa pulau di Lombok dan Belitung lalu menjajal snorkeling. Mereka belajar untuk mengatasi rasa takut dan belajar menguasai keterampilan baru.

Menyusun Rencana Perjalanan

Sebagai orang yang well-planned dan well-prepared, aku suka sekali menyusun rencana perjalanan dengan detail. Hal itu memberi excitement tersendiri bahkan jauh sebelum perjalanannya dimulai. Aku sangat menikmati aktivitas googling tempat-tempat yang ingin dikunjungi, membaca sejarah tentang tempat-tempat itu, lalu melihat peta dan menyusun rutenya.

Menyusun rencana perjalanan membuatku tahu harus ke mana dan melakukan apa saja ketika tiba di tempat tujuan sehingga waktu perjalanan menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan mengetahui banyak informasi mengenai tempat tujuan, aku juga bisa bercerita banyak kepada anak-anak tentang hal-hal yang mereka lihat, misalnya informasi mengenai bangunan bersejarah atau makanan setempat.

Wednesday, May 08, 2024

Perjalanan Diri


Apa yang paling Anda perhatikan dari foto di atas? Perbandingan antara gemuk dan langsing, ya? Sesungguhnya perbandingan yang lebih dalam atas foto itu jauh melampaui hal yang kasat mata, tidak hanya sekadar perbedaan berat badan.

Perjalanan Raga


Perjalananku dengan pola hidup sehat berawal sejak masa kuliah. Sebelum tahun 2005, kesehatan tidak pernah menjadi prioritas buatku. Sebagai anak indekos, hobiku bergadang dan makan mi instan. Baru setelah masa-masa Tugas Akhir tahun 2005, aku mulai rutin melakukan senam aerobik serta menerapkan kesadaran saat makan, belajar berpikir sebelum makan, dan menerapkan food combining. Dalam kurun waktu 2006-2007, berat badanku turun 13-14 kg akibat menjaga pola makan dan berolahraga secara rutin.

Foto tahun 2016 di atas adalah foto saat aku hamil anak keempat dalam usia kandungan 16 minggu. Aku tampak lebih langsing daripada zaman kuliah. Saat itu olahraga sudah jauh lebih bervariasi: senam, yoga, lari, zumba, dan berenang. Penurunan berat badan secara drastis tak lagi terjadi meskipun aku sudah menerapkan clean eating. Tidak masalah, yang penting berat badan tetap terjaga, kenaikan berat badan selama hamil dan sesudah melahirkan tetap terkendali, dan hasil MCU tahunan selalu bagus.

Foto tahun 2020 adalah foto dalam kondisi 11 bulan postpartum anak kelima. Berat badan naik tentu saja, mungkin karena usia sudah mendekati 40 jadi meski digenjot olahraga dan jaga makan tetap saja segini, hehehe. Guess what, angka timbangan foto paling kiri dengan foto paling kanan sebenarnya tidak berbeda terlalu jauh. Lalu mengapa lingkar-lingkarnya berbeda jauh? Yup, begitulah bedanya massa otot dengan massa lemak.

Lantas sejak saat itu hingga sekarang, apakah aku tidak pernah bermasalah dengan berat badan? Tentu saja pernah, hahaha. Setelah melahirkan anak kelima, berat badanku merangkak naik akibat tidak terlalu menjaga pola makan. Saat itu bayiku sedang berkutat dengan masalah kenaikan berat badan yang kurang—bahkan hampir gagal tumbuh—sehingga aku merasa harus banyak makan supaya produksi ASI berlimpah.

Aku berusaha tidak terlalu memikirkan berat badanku dan hanya berfokus pada berat badan bayiku, tetapi kenyataannya tubuhku mulai menggendut dan hasil cek kolesterol sempat berada di atas batas. Setelah anakku berusia setahun dan berat badannya aman, aku mulai kembali menerapkan pola makan secara lebih ketat.

Perjalanan Jiwa


Seperti yang kutulis di atas, ada perubahan yang lebih dalam, lebih dari sekadar perbedaan berat badan dari tahun ke tahun.

Dalam perjalanan hidupku, aku menyadari bahwa pribadiku turut bermetamorfosis seiring dengan makin bertambahnya usia. Mulai dari pribadi yang meledak-ledak kala remaja, lalu menjadi pribadi yang gloomy dan serba negatif saat kuliah hingga hamil anak pertama, kemudian berproses menjadi pribadi yang lebih baik. Aku merasa jiwaku bertumbuh, aku berdamai dengan diri sendiri dan keadaan, serta menjadi pribadi yang lebih bahagia. Alhamdulillah.

Foto tahun 2001 adalah foto zaman kuliah. I was at the lowest point of my self worth. I was happy but I seemed to be lost all the time. Tidak punya passion, berjuang untuk lulus, dan yang paling parah: aku tidak mencintai diriku sendiri.

Not loving yourself means you just don't care about you. You just don't care about feeding you right, I mean literally and emotionally. I didn't care what I looked like, I didn't care whether I was living a healthy lifestyle or not. I didn't do sports, I ate everything I want. I didn't have any close friend since I was grumpy and I used to be so introvert.

Aku lupa kapan persisnya atau momen seperti apa yang membuatku berdamai dengan diri sendiri dan keadaan. Yang jelas, sekarang aku mensyukuri setiap detik hidupku, memilih untuk bereaksi positif terhadap berbagai keadaan, serta memilih untuk mengambil hikmah dari apa pun, bahkan dari suatu hal pahit sekalipun.

Dari beberapa pelatihan yang pernah aku ikuti, aku belajar menggali masalah dari dalam diriku sendiri. Satu pelatihan membuatku menyadari bahwa keluarga adalah akar dari segala eksistensi diri. Seperti apa kita, masalah apa yang kita bawa, semua berawal dari keluarga.

Dari pelatihan yang lain, aku belajar tentang konsep mindful life, yaitu hidup yang dijalani dengan menerima diri kita apa adanya, penuh syukur, menikmati setiap momen, menghargai diri, dan berdamai dengan masa lalu. Teknik yang diajarkan ada dua, yaitu Self Nurture (SN) dan Self Coaching (SC).

SN mirip dengan self hypnosis, merupakan suatu terapi bagi jiwa dan bertujuan untuk membersihkan diri dari residu masa lalu. SC adalah suatu bentuk teknik untuk mengenali perasaan dan kebutuhan diri, mengenali akar dari perasaan/kebutuhan, kemudian merespon dengan aksi untuk memenuhi kebutuhan itu.

Yang membuat pelatihan-pelatihan ini terasa “wow” buatku adalah bagaimana kita diilhami dengan kesadaran bahwa diri kita begitu berharga dan kita berhak untuk bahagia. Oh ya, bahagia itu dipilih, Saudara-Saudara. Kitalah yang memilih respon kita dalam menghadapi kehidupan, mau bahagia atau mau sedih. Kitalah yang memilih untuk tersenyum, entah seberapa pahitnya keadaan yang kita hadapi. Semoga kita senantiasa mengabaikan hal-hal negatif yang tak penting dalam hidup dan merasa bahagia dengan diri kita apa adanya.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Mei yang bertema “Perbandingan (Versus)”.

Wednesday, April 17, 2024

Tips Hemat Untuk Pelari Rekreasi

Menurut KBBI, rekreasi mengandung arti penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan, piknik. Secara definisi, pelari rekreasi adalah pelari yang melakukan olahraga lari sebagai hobi—bukan atlet—dan mereka adalah masyarakat yang mewakili populasi umum.

Lari adalah olahraga yang paling mudah dan paling murah, katanya. Namun, ternyata setelah kita mendalami olahraga ini—meskipun hanya sebagai pelari rekreasi—kita akan lebih paham bahwa beberapa gear lari memang berharga mahal. Lantas apakah olahraga lari hanya bisa dilakukan oleh kaum berduit? Oh, tentu tidak. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan asal kita tidak larut terbawa gaya hidup pelari kalcer.

Sepatu Lari

Aku pernah menulis tentang pemilihan sepatu bagi pelari rekreasi di sini. Sebelum beranjak lebih jauh, tidak usah khawatir dan jangan berpikir terlalu rumit tentang sepatu lari. Pengetahuan tentang sepatu lari mungkin berarti banyak jika Anda sudah mulai mengejar performa lari. Namun, jika Anda baru mulai berlari atau tidak terlalu mementingkan performa, pakai saja sepatu yang ada.

Sepatu lari memiliki beragam peruntukan. Berdasarkan tujuan pemakaian, ada sepatu lari untuk daily training, easy run, long run, speedwork (tempo run, interval run, fartlek), race, dan trail run. Berdasarkan tipe kaki, ada sepatu lari yang netral, slim, wide, atau stability shoes untuk flat feet, high arch, supination, dan pronation. Anda dapat memilih jenis-jenis sepatu overall atau all rounder, yaitu sepatu yang dapat dipakai untuk semua jenis latihan, meskipun sebenarnya ia juga memiliki kekhasan peruntukan.

Sepatu all rounder yang dipilih sebaiknya memiliki bobot yang cukup ringan agar dapat dipakai untuk latihan speed dan memiliki cushion yang cukup empuk untuk dipakai long run. Usahakan sepatu tersebut memiliki material yang breathable dan cukup durable karena akan sering dipakai untuk kegiatan lari sehari-hari. Jika faktor durability-nya buruk, sol kakinya akan cepat aus meskipun pemakaiannya normal (tidak berlebihan).

Untuk menghemat budget, Anda dapat mengikuti update terbaru mengenai diskon sepatu di situs-situs resmi atau grup-grup jastip terpercaya. Sepatu lari pertamaku aku peroleh dari hasil berburu garage sale. Harga jualnya tidak sampai separuh harga belinya, padahal baru dipakai sekali oleh pemilik lama. Kondisinya pun masih bagus sekali.

Sepatu lari pertama yang kuperoleh dari hasil berburu garage sale

Aku juga pernah membeli sepatu training dari garage sale suatu grup ibu-ibu seharga dua ratus ribu saja. Barangnya orisinal dan pemakaiannya kurang dari lima kali. Anda tidak perlu merasa gengsi membeli barang-barang bekas. Kita bisa tetap sehat dengan biaya seminimal mungkin.

Sepatu training bekas seharga dua ratus ribu

Baju dan Celana Lari

Saat ini, outfit lari di pasaran memiliki kisaran harga yang sangat beragam. Jangan terpukau pada barang-barang branded yang harganya jutaan. Kita sudah dapat berlari dengan celana atau baju training biasa. Namun, yang harus diingat: materialnya sebaiknya dry fit dan cukup breathable untuk menghindari heat stroke dan masuk angin.

Beberapa merek outfit lari terkenal bisa dibilang cukup sering menggelar diskon. Selain itu, berbelanja outfit lari pada tanggal-tanggal cantik Hari Belanja Online Nasional (harbolnas) juga bisa dilakukan untuk menghemat biaya.

Tempat Lari

Di beberapa kota besar di Indonesia, pemerintah daerah, pengelola kawasan, atau pihak swasta setempat sudah mulai peduli dengan gaya hidup sehat. Fasilitas olahraga cukup banyak dibangun dan dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Ketika aku masih tinggal di Bandung, aku sering berolahraga lari di Sasana Olahraga Ganesha (Saraga), fasilitas olahraga yang dimiliki Institut Teknologi Bandung. Track larinya sangat sepadan dengan harga yang ditawarkan. Saat ini harganya sudah mengalami kenaikan, tetapi masih bisa dibilang murah, terutama untuk kocek mahasiswa.

Track lari Saraga semasa aku masih tinggal di Bandung

Rinciannya:

  • parkir mobil: Rp3.000,00 per jam
  • parkir motor: Rp2.000,00 per jam
  • tiket masuk track lari: Rp4.000,00 (weekdays) atau Rp5.000,00 (weekend dan tanggal merah)
  • penitipan tas: Rp2.000,00 (opsional)

Nah, olahraga mencari keringat tidak harus mahal, kan? Kita tidak perlu membayar membership ratusan ribu di klub fitness—apalagi setelah mendaftar, kita jarang datang, hahaha—jika bisa berolahraga dengan cara murah meriah. Sebenarnya olahraga lari juga bisa gratis jika berlari di jalanan, tetapi ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti misalnya faktor keselamatan dan polusi. Kita juga bakal lebih susah menjaga pace tetap stabil karena harus sering berhenti akibat terhalang pengguna jalan yang lain.

Untungnya di tempat tinggalku di Bintaro, pengelola kawasan sudah membangun jogging track sepanjang dua belas kilometer dengan kondisi yang sangat lumayan. Track yang disebut sebagai Bintaro Loop ini sering dipakai untuk event lari dan membuatku sangat terbantu untuk melakukan hobi berlari, mengingat aku cukup kesulitan mencari fasilitas olahraga di Tangerang Selatan.

Mengikuti event lari Binloop Ultra

Penutup

Jadi, menjalani olahraga lari cukup mudah dan murah, bukan? Dengan biaya yang bisa ditekan, kita tetap bisa mendapatkan manfaat yang banyak. Semoga tips yang kutulis dapat bermanfaat. Ingat: yang penting bukan hanya gear larinya, melainkan juga konsistensi latihan larinya, hehehe.

Tunjangan Hari Raya (THR)

Aku membaca status yang ditulis seorang teman di platform Instagram. “Nggak usah pamer soal THR sudah turun. Ingat, orang lain belum tentu dapat THR juga,” demikian tulisnya.

Ada kebenaran dalam kata-katanya. Ramadan ini adalah Ramadan yang berbeda daripada tahun-tahun sebelumnya. Kepedihan-kepedihan yang terjadi seharusnya membuat kita merasa tidak baik-baik saja.

Salah satu contoh adalah Gaza yang masih bergejolak. Adakah kau merasa baik-baik saja menikmati THR-mu sementara mereka berjejalan di tenda pengungsian? Adakah kau merasa gembira membeli hampers lebaran sementara mereka di sana kelaparan? Jangankan baju baru, jaminan ketenangan dan keselamatan saja mereka tidak punya.

Oleh karena itu, dari sebagian THR-mu yang biasanya sebesar satu kali gaji itu, sisihkan bagi mereka yang membutuhkan. Kau bisa berdonasi ke mana pun hatimu ikhlas. Mungkin tak harus ke Palestina, mungkin kau melihat ada yang lebih perlu di dekatmu.

Dari sahabat Abu Hurairah ra., ia bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah sedekah yang paling utama?” Rasul menjawab, “Sedekah orang sedikit harta. Utamakanlah orang yang menjadi tanggung jawabmu.” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud. Ini hadis sahih menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).

Dari Salman bin Amir ra., dari Nabi Muhammad saw., ia bersabda, “Sedekah kepada orang miskin (bernilai) satu sedekah. Tetapi sedekah kepada kerabat (bernilai) dua sedekah, pertama pahala sedekah, kedua pahala (jaga) silaturrahim.” (H.R. An-Nasai dan At-Tirmidzi).

Sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), alhamdulillah aku sangat diuntungkan dengan adanya kebijakan penyaluran THR yang dimulai sejak era pemerintahan Presiden Joko Widodo pada 2016 silam. THR ini dimaksudkan sebagai pengganti tidak adanya kenaikan gaji pokok. Dengan adanya THR, ASN yang memiliki gaji tidak seberapa itu sangat terbantu untuk memenuhi kebutuhan hari raya.

Beberapa tips pengelolaan THR dariku:

  1. Setelah menyisihkan sebagian untuk sedekah, simpan sebagian yang lain ke dalam tabungan. ASN tidak mendapat komponen bonus sebagai tambahan gaji sehingga THR merupakan kesempatan baik untuk menambah pundi-pundi tabungan.
  2. Sisihkan sebagian THR untuk pos-pos yang perlu mendapat perhatian khusus dalam beberapa bulan ke depan, seperti misalnya biaya ujian sekolah anak pada akhir tahun ajaran, biaya masuk sekolah anak atau uang tahunan sekolah anak untuk tahun ajaran berikutnya, atau biaya membeli hewan kurban.
  3. Setelah beberapa keperluan di atas, akhirnya THR baru dapat digunakan untuk keperluan lebaran. Keperluan ini bisa beragam sekali jenisnya, bergantung pada kebutuhan masing-masing orang. Ada yang butuh biaya mudik, ada yang perlu memberi amplop lebaran untuk keponakan dan saudara, ada yang harus mengeluarkan biaya untuk jamuan perayaan hari raya karena ketiban giliran untuk menjadi tuan rumah open house.

Pada akhirnya, kebijakan pengelolaan THR memang harus disesuaikan dengan kebutuhan. Apa pun itu dan bagaimana pun caranya, ingatlah untuk tetap bersikap sederhana dan tidak menghambur-hamburkan.

“Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Isra': 26-27)

Tuesday, April 02, 2024

Eccedentesiast


“Iya, Bu. Sebentar lagi aku ke rumah sakit. Ini masih rampungin kerjaan dulu.” Aku menutup sambungan telepon dari Ibu, lalu menghela napas.

Ini kali kedua bulan ini Bapak dirawat karena penyakit jantungnya. Biaya rumah sakit yang cukup fantastis memang ditanggung asuransi, sayangnya tidak semuanya. Beberapa jenis obat yang mahal harus ditebus dari kocek sendiri. Aku membuka aplikasi mobile banking dan mengecek saldonya. Seharusnya masih cukup, batinku.

Mataku masih tertumbuk pada layar ponsel ketika notifikasi pesan dari istriku masuk. “Pa, tagihan uang buku Kakak dan Adik sudah ada, nih. Paling lambat dibayar tanggal dua puluh,” tulisnya. Aku menghela napas lagi.

Sebagai kepala keluarga, aku harus berlaku setegar karang. Adakalanya tubuh ini remuk redam dihempas kesibukan dan kebutuhan, tetapi roda kehidupan harus terus kukayuh dengan lancar. Pergi dari rumah saat pagi buta dan kembali ke rumah kala langit gelap, membuatku rindu akan sosok istri dan anak-anakku. Aku sedih tak bisa meluangkan banyak waktu untuk mereka. Namun, aku tentu akan lebih sedih jika tak mampu menghadirkan kehidupan yang layak.

Setiap hari aku pulang dalam keadaan letih, tetapi keluargaku tak perlu tahu segala lelah yang teramat sangat. Tubuh selalu berteriak meminta rehat. Pusing kepala kadang terasa menyengat. Namun, lebih sering kuabaikan saja karena aku lebih memilih tertawa dan bercanda dengan keluarga.

Seolah semua itu belum cukup, sebagai anak tunggal tentu aku harus memikirkan kehidupan orang tuaku. Sandwich generation, mereka bilang. Suatu keadaan yang memaksaku lebih keras bekerja untuk memenuhi tanggung jawab pada keluarga.

Siang itu suasana kantor seperti prahara, tetapi aku tak bisa ambil peduli. Akan kupikirkan itu nanti. Aku harus segera ke rumah sakit untuk menebus obat Bapak. Jika tidak segera diminum, Bapak akan merasakan sakit di dadanya lebih lama. Aku menyetop taksi dengan tergesa-gesa.

Malam telah larut ketika aku tiba di rumah. Penat melanda seluruh tubuh, tetapi kuurungkan niat beristirahat karena istriku meminta waktu untuk bercengkerama berdua. Kukabulkan saja permintaan itu, sambil tak lupa kuhadirkan senyum termanis untuknya. Aku tahu dia juga lelah mengurus rumah, sementara dulu kuminta dia dari ayahnya bukan untuk kuajak hidup susah. Istriku yang bermata pijar itu tak perlu tahu segala kendala. Tak juga berita PHK yang siang tadi kuterima.

Monday, April 01, 2024

Peringatan Hari Bumi: Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April, Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan April mengambil tema tentang “Bumi”. Setelah beberapa waktu lalu menulis tentang harapanku pada tenaga nuklir sebagai Energi Baru Terbarukan, kali ini aku ingin menulis tentang tanggung jawab kita untuk melindungi bumi.

Manusia Sebagai Khalifah

Di dalam kitab Bidayah Wa Nihayah, Ibnu Katsir menulis bahwa jauh sebelum Allah menciptakan manusia, Ia telah menciptakan bangsa jin dan mengutus mereka menjadi penghuni bumi. Namun, mereka malah berbuat kerusakan sehingga Allah mengutus Azazil (jin paling kuat) beserta bala tentara malaikat untuk memberantas bangsa jin dan mengusir mereka ke pulau-pulau di tengah laut.

Setelah itu, Allah menciptakan Adam dan memberikan mandat kepada Adam dan keturunannya untuk menjadi khalifah di muka bumi. Secara etimologi, kata “khalifah” memiliki makna “pengganti”. Manusia diamanahi menjadi pengganti bangsa jin untuk menjalankan misi menjaga bumi dan untuk beribadah kepada-Nya.

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’” (Q.S. Al Baqarah: 30)

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz Dzariyat: 56)

Secara umum, manusia memiliki dua tugas utama dalam menjalankan misi kekhalifahan di muka bumi. Tugas yang pertama adalah melestarikan bumi, tidak berbuat kerusakan, dan menyejahterakan lingkungan. Tugas yang kedua adalah menjalankan perintah agama atau syariat Allah.

Oleh karena itu, jika kita mau berpikir, sebenarnya manusia memiliki peran teramat besar untuk menjaga keberlangsungan kehidupan di muka bumi ini. Sayangnya karena ketamakan dan ketidakpedulian manusia, bumi di masa kini menjadi carut-marut oleh banyak permasalahan lingkungan.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar Ruum: 41)

Banyaknya bencana alam seperti banjir dan longsor, sampah yang memadati bumi, atau ekosistem yang rusak adalah karena ulah tangan manusia itu sendiri. Mother earth yang memberikan manusia kehidupan justru bertepuk sebelah tangan karena manusia tidak ambil peduli dengan kerusakan yang dibuatnya.

Bahkan teknologi modern hasil pemikiran manusia juga memberi andil dalam kerusakan lingkungan, seperti pesawat supersonik yang dapat merusak atmosfer, zat dari refrigeran dan air conditioner yang berakibat pada penipisan ozon, atau kemasan plastik yang tidak dapat terurai selama ratusan tahun.

Berbuat sesuatu demi lingkungan dan menyebarkan kesadaran untuk kembali peduli pada lingkungan adalah tugas kita semua. Bukan hanya karena bumi sudah terlampau rusak, melainkan juga karena kelak kita akan ditanya oleh Allah: sudah sejauh mana upaya yang kita lakukan dalam menjalankan misi kita sebagai khalifah penjaga bumi?

Mulai Dari yang Kecil

Ketika kita berbicara tentang permasalahan lingkungan dan isu pemanasan global, apa yang terbayang di benak seringkali adalah hal-hal besar yang tampak di luar jangkauan. Kadang-kadang rasanya hopeless sekali melihat es di kutub mencair, lapisan ozon menipis, hewan-hewan langka punah, atau penebangan hutan yang menyebabkan hilangnya paru-paru dunia, sementara kita di sini rasanya begitu powerless.

Eh, tunggu. Benarkah kita tidak dapat berbuat apa-apa? Apa yang kita lakukan ternyata bisa membawa impak demi penyelamatan lingkungan, meskipun hal itu tampak sepele. Dalam prinsip zero waste, ada tiga hal dasar yang menjadi poin penting: cegah, pilah, dan olah.

Gambar dari sini

CEGAH. Langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah mencegah barang-barang yang berpotensi menjadi sampah supaya tidak masuk ke dalam rumah. Langkah pertama ini sangat penting karena akan memudahkan langkah-langkah selanjutnya. Upaya pencegahan yang dilakukan sejak awal mengakibatkan upaya memilah dan mengolah sampah menjadi makin mudah.

PILAH. Langkah memilah dilakukan apabila sampah sudah telanjur dihasilkan. Sampah ini dipilah sesuai kategorinya untuk memudahkan pengelolaan ke tahap selanjutnya, yaitu mengolah sampah.

OLAH. Langkah terakhir yang bisa kita lakukan terhadap sampah adalah mengolahnya menjadi barang-barang yang berguna. Misalnya: mengolah sampah organik yang masih segar atau belum terkena minyak—seperti potongan sayur dan buah—menjadi kompos, mengolah sampah plastik menjadi ecobrick, atau mengolah sampah organik yang kotor—seperti nasi basi, sisa makan, dan sisa tulang—dengan memasukkannya ke lubang biopori.

Sesungguhnya upaya pencegahan bisa kita lakukan dalam keseharian mulai dari hal-hal yang kecil. Banyak ikhtiar ramah lingkungan yang dapat diwujudkan, apalagi sekarang ini kesadaran masyarakat tentang hal itu sudah mulai digaungkan.

Beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan dalam upaya CEGAH:

  • menggunakan handuk alih-alih tisu
  • menggunakan kantong kain sebagai tas belanja alih-alih kantong plastik
  • membawa wadah sendiri ketika berbelanja sebagai pengganti plastik
  • membawa cutlery (sendok, garpu, sedotan) yang ready-to-go untuk mencegah penggunaan cutlery sekali pakai
  • menggunakan menstrual pad atau menstrual cup sebagai pengganti pembalut sekali pakai
  • menggunakan popok kain alih-alih popok sekali pakai

Dengan maraknya jual beli online seperti sekarang ini, penggunaan kemasan plastik atau kemasan sekali pakai makin meningkat. Upaya yang dapat kita lakukan untuk meminimalkan hal itu misalnya dengan memilih vendor yang memakai bahan ramah lingkungan sebagai pembungkus, atau memilih toko yang menyediakan wadah isi ulang. Memang agak sedikit merepotkan, tetapi kerepotan kita itu tidak ada apa-apanya dibanding dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah-sampah plastik.

Satu hal lagi yang juga bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi adalah dengan bijak memilih barang ketika berbelanja. Usahakan sebisa mungkin memilih bahan yang berasal dari produk-produk daur ulang. Merek-merek outfit ternama sekarang mulai memilih material daur ulang untuk membuat baju, sebut saja Primegreen atau Repreve yang serat kainnya dibuat dari plastik daur ulang—termasuk botol plastik air mineral. Yang membuatku takjub: kainnya tetap terasa lembut dan nyaman, tidak gerah, dan cocok untuk aktivitas olahraga outdoor. Ternyata tampil kece pun bisa tetap ramah lingkungan.

Dengan hal-hal sederhana yang dimulai dari keluarga kita, insyaallah kesadaran tentang ramah lingkungan bisa bergulir ke masyarakat laksana bola salju apabila dilakukan oleh banyak keluarga.

Nilai Manfaat Sampah

Setelah upaya CEGAH, hal yang bisa kita lakukan dari rumah adalah PILAH. Salah satu kegiatanku dalam upaya PILAH adalah menjadi anggota bank sampah. Bahkan ketika di Bandung dulu, aku aktif menjadi pengurus bank sampah.

Semasa aktif menjadi pengurus bank sampah di Bandung

Perjalananku menjadi pengurus bank sampah dimulai sejak 2015. Awal inisiasinya dimulai dari pertemuan beberapa ibu di kompleks yang peduli terhadap masalah sampah. Dari obrolan-obrolan santai, kepedulian ini berlanjut dengan mengundang narasumber dari LSM Hijau Lestari untuk memberikan insight terhadap ibu-ibu kompleks mengenai pentingnya zero waste.

Usaha ini tidak mudah, mengingat kebanyakan dari mereka masih sangat awam mengenai pemilahan sampah. Oleh karena itu, pada masa awal bank sampah kompleks kami terbentuk, pengurus sangat getol untuk melakukan edukasi. Dari pemahamanlah semua bermula.

Edukasi yang kami sampaikan intinya adalah bahwa sampah merupakan tanggung jawab kita bersama. Pertanyaan yang paling sering kami dapatkan adalah mengenai seberapa banyak nilai rupiah yang nasabah bisa dapatkan ketika menyetor sampah. Satu hal yang selalu kami tekankan: jadikan usaha memilah dan menyetor sampah ini sebagai bentuk ibadah dan bentuk kepedulian kita terhadap lingkungan.

Jika kita bicara soal uang, nilainya tentu sedikit sekali yang bisa kita dapatkan. Belum kalau kita bicara soal lelah dan jatuh bangunnya. Jika hanya berharap nilai uang, kita bisa jadi kecewa. Namun, bila usaha ini diniatkan sebagai ibadah dan kontribusi kita dalam memperbaiki lingkungan, insyaallah hati kita lebih tenang dan lebih legawa.

Pada masa awal bank sampah ini berjalan, para pengurus masih sering mendapati adanya setoran sampah yang dicampur-campur. Usaha edukasi ternyata harus terus dilakukan. Selain merepotkan pengurus, setoran sampah yang masih tercampur dan belum dibersihkan ini nilai ekonominya lebih rendah. Sebagai contoh: botol air mineral yang sudah dicopot labelnya dan sudah dipisahkan tutupnya bernilai Rp2.000,00 per kg, sedangkan yang belum hanya bernilai Rp1.500,00 per kg.

Selain sebagai tabungan, sampah yang dikumpulkan oleh nasabah juga bisa ditukarkan dengan barang-barang yang dijual di HL Ecomart, mini market yang dikelola oleh Hijau Lestari. Sampah ini dibanderol sesuai harga yang ditetapkan oleh Hijau Lestari, kemudian ditukar dengan voucher. Voucher tersebut digunakan sebagai diskon untuk berbelanja.

Hijau Lestari juga pernah bekerja sama dengan Twin Tulipware untuk mengurangi sampah plastik akibat penggunaan plastik sekali pakai. Beberapa item sampah dapat ditukarkan dengan diskon hingga 50% untuk mendapatkan produk-produk tertentu dari Twin Tulipware.

Dengan sistem ini, masyarakat akan lebih termotivasi untuk memilah sampah, mengumpulkan, lalu memanfaatkannya untuk ditukar dengan diskon belanja. Bahkan dengan inovasi sistem online yang sempat dikembangkan oleh Hijau Lestari bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung waktu itu, tabungan sampah ini juga bisa digunakan untuk membayar biaya listrik PLN.

Ternyata dari sampah yang sering kita pandang sebelah mata, banyak manfaat bisa kita dapatkan. Namun, yang perlu kita ingat: pemilahan sampah ini hanyalah satu dari sekian banyak ikhtiar yang bisa dilakukan jika kita sudah telanjur menghasilkan sampah. Tentu akan lebih bijak jika kita memulai usaha zero waste dari pangkalnya, yaitu mencegah dan mengurangi jumlah sampah itu sendiri.


Wednesday, March 20, 2024

Aku dan Donat

Siapa, sih, yang tidak kenal dengan donat? Makanan yang terbuat dari tepung dan seringkali berbentuk bolong di tengah ini memang menjadi favorit semua orang dari semua kalangan dan berbagai ragam usia, tak terkecuali aku.

Dulu ketika aku kecil, di Solo belum ada gerai-gerai donat kekinian seperti yang banyak ditemui di mal-mal. Waktu itu, di pusat kota hanya ada satu gerai donat yang lumayan terkenal bertajuk “American Donut”, yang belakangan anak pemiliknya menjadi temanku SMA. Gerai itu sebenarnya tidak hanya menjual donat, tetapi juga pizza dan produk-produk bakery lain. Namun, seperti yang sudah dapat diduga, menu donat menjadi favoritku. Donatnya besar-besar dan dijual dalam berbagai varian seperti keju, coklat, serta beraneka glaze.

Beranjak besar, aku malah jadi lebih menyukai donat kampung. Ukuran donat ini lebih kecil dan varian topping-nya lebih sederhana, biasanya hanya ada taburan gula halus, parutan keju, atau meses coklat. Porsinya cukup untuk sekali makan dibanding donat-donat kekinian yang buatku terlalu besar untuk dijadikan kudapan ringan.

Saking cintanya aku pada donat, saat aku menempuh S2–seolah-olah kurang kerjaan saja waktu itu, kalau kupikir-pikir–aku memutuskan membuka usaha berjualan donat. Aku menjajal peruntungan dengan mengambil franchise Donat Bakar yang pusatnya di Solo. Bahan baku donat dan topping-nya kupesan dari Solo dan dikirim ke Bandung dengan kereta api.

Kios donatku di Cisitu

Awalnya usaha ini cukup menjanjikan. Lokasi yang strategis di sebelah Indomaret Cisitu membuat kios donat lumayan laris dengan para mahasiswa sebagai target market-nya. Bahkan ada cerita ketika aku masih sibuk mempersiapkan kios, beberapa orang sudah menghampiri dan bermaksud membeli. Terpaksa kusampaikan pada mereka untuk sabar menanti saatnya gerai dibuka.

Membongkar kiriman paket donat dari tempat produksi

Kios donatku memiliki konsep yang unik. Donat yang sudah jadi dipanggang di pan seperti layaknya roti bakar, kemudian diberi topping sesuai pilihan pembeli. Hal ini membuat donat disajikan hangat-hangat, memiliki tekstur crunchy di luar dan lembut di dalam. Ada 42 varian rasa dengan beraneka menu, mulai dari yang biasa hingga varian donat yang dibuat layaknya sandwich.

Kios donatku juga pernah diliput oleh stasiun televisi lokal. Aku enggak tahu juga mereka mendapat informasi dari mana dan mengapa bisa nyasar ke kiosku, hahaha. Mungkin karena konsepnya unik dan varian rasanya cukup banyak, serta aku cukup aktif mengiklankan di media sosial. Beberapa kali dalam sebulan aku membuat sistem promo untuk menarik pelanggan.

Sayangnya, usahaku tak bertahan lama. Seiring aku lulus S2 dan kembali bekerja di kantor, ditambah keriweuhan usai melahirkan anak kedua, membuatku kurang fokus mengawasi dinamika kios. Karyawan yang kupercaya akhirnya resign, dan penggantinya ternyata orang yang tidak jujur. Tak perlu waktu lama sampai akhirnya usahaku merugi, hingga aku memutuskan untuk berhenti berjualan.

Ketika aku menjalani maternity leave usai melahirkan anak keempat, di salah satu grup emak-emak yang aku ikuti, ramai perbincangan mengenai suatu merek bread maker. Bread maker ini ngehits di kalangan emak-emak karena katanya roti yang dihasilkan bisa lembut dan penggunaannya mudah. Karena aku dan anak-anak sangat menggemari roti, langsung muncul keinginan untuk membelinya. Apalagi di waktu senggang aku memang sangat suka membuat kudapan semacam cake dan roti.

Terdapat 22 menu untuk pilihan berkreasi, di antaranya: roti, kue, yoghurt, ketan uli, selai buah, tape ketan, bubur ayam, bubur kacang hijau, dll. Jenis roti yang bisa dibuat juga sangat beragam, mulai dari roti tawar, roti manis, roti lembut, roti gandum, roti tanpa gula, roti oatmeal, roti susu, roti unyil, donat, dsb.

Salah satu menu yang paling sering kubuat dengan bread maker itu adalah donat, tentu saja. Meskipun membentuk bulatan-bulatan dough-nya tetap dilakukan manual, bread maker itu sangat meringankan pekerjaan menguleni, salah satu proses yang paling melelahkan, hehehe. Jadi, kita hanya cemplung-cemplung bahan, tunggu dalam beberapa waktu hingga mengembang, lalu tinggal membulatkan dough dan menggoreng saja.

Donat menul-menul baru keluar dari penggorengan. Belum dikasih topping, tapi dimakan begini saja sudah enak. Fluffy dan lembut.

Kini aku sudah jarang sekali membuat donat sendiri. Sejak varian donat kentang mulai mewabah, sudah cukup banyak produk ini dijual frozen sehingga aku tinggal menyetok saja untuk digoreng, atau bahkan langsung membeli jadi. Varian donat kampung tetap menjadi favoritku, mengalahkan donat-donat dengan topping kekinian.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Maret yang bertema “Cerita Kuliner”.

Wednesday, March 13, 2024

Menu Isi Piringku

Tantangan Mamah Gajah Bercerita minggu ini mengajak para Mamah untuk berbagi kisah mengenai santapan favorit saat sahur atau berbuka. Banyak di antara mereka mungkin menuliskan cerita tentang makanan atau minuman favorit yang spesifik. Kali ini, aku ingin menuliskan hal yang sedikit berbeda, tetapi cukup esensial untuk diperhatikan.

Semenjak mulai mengatur makan beberapa tahun yang lalu, enak atau tidaknya makanan menjadi hal yang tidak terlalu penting buatku. Aku belajar bahwa rasa enak itu sebenarnya hanya bertahan sebentar di lidah. Setelah melalui kerongkongan, kenikmatan tidak lagi penting. Fungsi asupan bagi tubuh dan kecukupan nutrisi menjadi hal utama yang lebih signifikan untuk diutamakan. Memenuhi kebutuhan nutrisi harian dengan asupan bergizi sangat penting dilakukan agar tubuh tetap fit dan terhindar dari beragam penyakit.

Maka, alih-alih menuliskan tentang santapan favorit, kali ini aku ingin berbagi pengetahuan tentang metode makan yang diadaptasi oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dari World Health Organization, yang disebut dengan “Isi Piringku”. Menu Isi Piringku merupakan turunan dari panduan gizi seimbang. Konsumsi gizi seimbang adalah konsumsi kalori, makronutrien, dan mikronutrien dalam jumlah dan proporsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan, tanpa menghilangkan jenis nutrisi tertentu.

Sumber dari sini

Isi Piringku menggambarkan porsi sekali makan yang dikonsumsi dalam satu piring. Porsi tersebut terdiri dari 50 persen buah dan sayur, serta 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein. Kampanye Isi Piringku juga menekankan pembatasan gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari.

Isi Piringku merupakan pembaruan dari kampanye lama mengenai Empat Sehat Lima Sempurna yang berdasarkan pada perkembangan ilmu gizi terbaru. Dulu kita hanya diajari bagaimana menerapkan Empat Sehat Lima Sempurna dengan memenuhi komponen karbohidrat, lauk pauk, sayur, dan buah tanpa diajari tentang komposisinya. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak aware terhadap keseimbangan komponen-komponen tersebut. Mamah tentu tidak asing, bukan, melihat masyarakat kita makan dengan nasi segunung, sementara lauk protein dan sayurnya seiprit? Hehehe. Itulah salah satu akibat jika kita tidak paham mengenai keseimbangan komposisi makronutrien dan mikronutrien dalam asupan sehari-hari.

Kesalahan konsep Empat Sehat Lima Sempurna yang lain berkaitan dengan konsumsi susu. Konsep susu sebagai penyempurna gizi sudah tidak relevan karena untuk mendapatkan kecukupan gizi, masyarakat tidak harus minum susu. Susu “hanya” bagian dari sumber protein. Protein berfungsi untuk memperbaiki sel dan jaringan tubuh yang rusak, menjaga kesehatan tulang dan otot, menjaga fungsi kognitif otak, mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh, dan sebagai sumber asam amino.

Cara menghitung kebutuhan protein harian berdasarkan berat badan adalah mengalikan 1 kilogram berat badan dengan 0,8 gram protein per hari. Jadi, jika Mamah memiliki berat badan sebesar 55 kilogram, Mamah membutuhkan 44 gram protein per hari. Protein yang dimaksud di sini adalah lean protein, karena 100 gram dada ayam tidak sama dengan 100 gram protein. Faktanya: 100 gram dada ayam hanya mengandung 31 gram lean protein.

Selain mengatur pola makan gizi seimbang, kampanye Isi Piringku juga memuat ajakan untuk mengonsumsi delapan gelas air setiap hari, melakukan aktivitas fisik tiga puluh menit setiap hari, mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan setelah makan, serta memantau tinggi badan dan berat badan.

Nah, sekarang sudah tahu, kan, bagaimana mengatur komposisi menu andalan untuk sahur dan berbuka? Apa pun menu favorit Mamah, usahakan memenuhi kaidah Isi Piringku, ya.

Wednesday, February 21, 2024

Menua dengan Sehat dan Bugar

Tumbuh besar dengan pengalaman beberapa anggota keluarga mengalami sakit degeneratif hingga akhir usia, membuatku menyadari arti penting kesehatan dan kebugaran sebagai investasi masa tua. Kesadaran ini makin mengkristal ketika aku sudah berkeluarga. Jika dulu menjaga pola makan dan berolahraga dilakukan demi penampilan, kini upaya itu dilakukan demi bisa membersamai pasangan dan anak-anak hingga usia senja.

Banyak orang mengatakan bahwa makin tua seseorang, makin lambat metabolisme tubuhnya sehingga makin gampang gemuk dan makin lemah untuk beraktivitas. Tahukah Anda apa fakta sebenarnya? Makin bertambah usia, seseorang biasanya makan lebih sedikit. Ia juga beraktivitas lebih sedikit. Hal-hal itulah yang “menghancurkan” metabolisme seseorang karena kurangnya mengonsumsi makanan dan minuman serta gaya hidup sedenter alias malas bergerak dapat memperlambat metabolisme tubuh.

Menjaga pola makan dengan diet yang berlebihan juga dapat membuat metabolisme melambat. Tubuh akan menghemat energi karena asupannya terbatas. Diet tanpa memperhatikan kecukupan kalori memang cukup besar keberhasilannya dalam menurunkan berat badan dalam waktu cepat. Namun, setelah diet dihentikan, kenaikan berat badan bisa terjadi dengan mudah.

Zat gizi yang didapat dari makanan akan diolah menjadi energi agar tubuh bisa beraktivitas. Jika kita jarang melakukan aktivitas fisik, tubuh akan lebih lambat dalam membakar energi. Tubuh juga akan menyimpan lebih banyak lemak sehingga metabolisme akan berjalan makin lambat.

Selain itu, proses penuaan menyebabkan tubuh menjadi lebih mudah kehilangan berbagai jaringan tubuh, salah satunya jaringan otot. Secara alami, manusia akan mengalami penyusutan otot atau berkurangnya massa otot seiring dengan bertambahnya usia. Apalagi jika otot tersebut tidak digunakan untuk aktif secara fisik dalam jangka waktu yang lama. Penurunan massa otot akan memperlambat proses metabolisme sekaligus menurunkan ketersediaan energi untuk beraktivitas.

Nah, demi bisa menjadi manula yang tetap berenergi dan berdaya seperti klip di atas, apa yang harus kita lakukan?

Latihan Beban

Latihan beban berfungsi untuk mempertahankan massa otot dan menghindarkan otot dari penyusutan, syukur-syukur jika bisa menambah massa otot. Otot merupakan modal utama kita untuk bergerak. Otot yang kuat membantu fungsi sistem rangka dalam menopang berat badan. Dengan latihan beban, otot kita menjadi tahan banting untuk menahan beban aktivitas sehari-hari.

Otot sebenarnya adalah mesin pembakar lemak alami yang membantu memperbaiki komposisi tubuh. Pembentukan otot membuat otot menjadi aktif sehingga metabolisme tubuh akan meningkat dan membantu pembakaran lemak menjadi lebih efektif. Hal ini membuat kita tidak mudah gemuk.

Latihan beban membantu memperlancar sirkulasi darah sehingga tubuh dapat menciptakan kolagen dengan baik. Akibatnya, kulit akan terlihat lebih muda. Latihan beban yang dilakukan dengan rutin konon juga dapat meningkatkan jumlah sel otak baru sehingga daya ingat menjadi lebih baik. Resep awet muda yang gampang, bukan?

Latihan beban membantu melatih keseimbangan dan koordinasi tubuh. Hal ini penting bagi para manula karena jatuh dapat berefek serius pada kesehatan. Dengan tubuh, otot, dan tulang yang kuat, seseorang yang sudah memasuki masa tuanya akan tetap bisa mandiri melakukan berbagai aktivitas tanpa kesulitan yang berarti.

Menjaga Pola Makan

Diet sehat membantu melindungi terhadap kekurangan gizi dalam segala bentuknya, serta penyakit yang tidak dapat dikomunikasikan (NCD), termasuk diabetes, penyakit jantung, strok dan kanker. (WHO, September 2015)

Memperhatikan status gizi merupakan hal yang krusial dalam upaya untuk menjaga kesehatan. Berdasarkan pedoman gizi seimbang Kemenkes Republik Indonesia dan WHO, gizi seimbang adalah konsumsi kalori, makronutrien, dan mikronutrien dalam jumlah dan proporsi yang tepat.

Ada berbagai macam aliran pola makan. Pola makan yang bagus bagi orang lain belum tentu cocok untuk kita. Oleh karena itu, pilih metode yang paling tepat untuk tubuh kita dengan cara menyesuaikannya terhadap berbagai faktor yang customized, seperti tujuan diet, jenis dan banyaknya aktivitas, kondisi kesehatan, serta profil tubuh.

Yang perlu diperhatikan, hindari pola makan dengan diet yang berlebihan dan usahakan untuk selalu memenuhi asupan nutrisi secara tepat. Zat gizi dari makanan diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh supaya dapat beraktivitas dengan baik.

Istirahat yang Cukup

Seorang pelatih pernah mengatakan, “Lebih baik kurang latihan daripada kurang istirahat.” Hal itu menandakan pentingnya istirahat dalam proses pemulihan. Usai berolahraga, otot sebenarnya mengalami kerusakan. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Otot yang rusak tersebut akan diperbaiki dengan adanya recovery atau pemulihan sehingga menjadi lebih kuat dan lebih besar.

Secara umum, dengan istirahat yang cukup, tubuh akan memiliki waktu untuk memulihkan energi yang terkuras akibat aktivitas. Saat istirahat, tubuh juga akan memperbaiki diri. Akibatnya, metabolisme akan mencapai kinerja optimal untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran.

Tuesday, February 20, 2024

Ketegasan Pemimpin dan Kemandirian Bangsa

Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan ini sungguh sulit bagiku. Bukan karena aku tak berniat merangkai kata, melainkan karena aku kurang tertarik dengan temanya. Ketidaktertarikan ini membuatku tidak bersemangat menulis, padahal biasanya aku selalu masuk ke dalam daftar penyetor tercepat. Akhirnya deadline hari terakhir pun tiba, mau tidak mau aku harus menulis karena aku tidak ingin ketinggalan tantangan.

Bicara soal politik dan pemilihan pemimpin adalah sesuatu yang tidak kusukai. Terlalu banyak konflik dan adu kepentingan yang memuakkan. Sudah banyak sekali kulihat hubungan silaturahmi jadi terputus gara-gara beda pilihan. Aku paham sekali hal ini, terutama karena keluarga suamiku selama ini terlibat aktif dalam politik dan pemilihan kepala desa.

Belum lagi jika bicara tentang politik uang dan penghalalan segala cara untuk menang. Atau janji-janji manis saat kampanye yang jauh lebih banyak omong kosongnya daripada realisasinya. Bisa dibilang aku skeptis dan hopeless dengan semua itu.

Maka inilah kali pertama aku memutuskan untuk golput setelah selama 23 tahun aku selalu menggunakan hak suaraku. Mohon maaf, kenyataan yang ada sekarang ini membuatku bersikap bodo amat.

Dengan perasaan yang hopeless, tidak mudah bagiku untuk bercerita tentang harapan untuk pemimpin Indonesia. Namun, ya sudah lah, mari kita coba saja. Entah bakal tercapai atau tidak, mudah-mudahan ada secercah harapan ke arah itu.

Pemimpin yang Memiliki Harga Diri

Aku sungguh berharap Indonesia punya pemimpin yang memiliki harga diri sehingga ia dengan kokoh menjaga martabat bangsa dan negara tanpa mudah disetir oleh kanan-kiri maupun pihak asing. Meskipun hal ini akan membuatnya berbenturan dengan negara-negara lain yang punya kepentingan, kurasa hal ini sangat krusial untuk menjaga sikap bangsa.

Salah satu yang sangat kuapresiasi belakangan ini adalah ketegasan pemerintah dalam keberpihakan terhadap Palestina. Aku salut sekali dengan kelantangan Menteri Luar Negeri, Ibu Retno Marsudi, menyuarakan hal itu di berbagai forum internasional, bahkan sampai walk out bila tak sejalan. Terlihat sekali bagaimana ketegasan pemerintah Indonesia dalam berpendapat dan mengambil posisi terhadap penindasan dan pendudukan Israel di Palestina. Seandainya sikap serupa juga ditunjukkan oleh pemerintah terhadap hal-hal lain.

PLTN dan Kemandirian Bangsa

Sebagai pekerja di bidang ketenaganukliran, aku berharap segera ada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dibangun di negara ini. Hingga saat ini, Indonesia belum memanfaatkan nuklir untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik. Padahal, Indonesia sudah punya nuklir sejak lebih dari 60 tahun lalu.

Selain untuk keperluan medis, industri, peternakan, pertanian, dan pangan, teknologi nuklir juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik. Saat ini ada lebih dari 400 PLTN yang beroperasi di 32 negara dan porsinya mencapai 10,1% energi di dunia. PLTN menjadi teknologi yang menjanjikan untuk mengatasi krisis listrik dunia.

Sebagai Energi Baru Terbarukan (EBT), PLTN memiliki beberapa keuntungan, di antaranya:

  • Emisi karbonnya rendah dan bisa dijadikan penopang pembangkitan listrik
  • Tidak bergantung pada cuaca seperti tenaga angin dan surya
  • Lifetime atau masa pakainya bisa mencapai 60 tahun
  • Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca
  • Hanya sedikit menghasilkan limbah padat
  • Tidak mencemari udara karena tidak menghasilkan gas berbahaya
  • Biaya bahan bakar rendah

Secara sumber daya alam untuk memenuhi pasokan bahan bakar nuklir, diperkirakan Indonesia memiliki 70.000 ton cadangan uranium dan 170.000 ton cadangan torium. Sebagian besar kandungan uranium terdapat di Kalimantan Barat, sedangkan sisanya tersebar di Papua, Bangka Belitung, dan Sulawesi Barat. Sebagian besar kandungan torium terdapat di Bangka Belitung, sedangkan sisanya berada di Kalimantan Barat.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa PLTN juga memiliki kelemahan seperti risiko kecelakaan nuklir serta menghasilkan limbah radioaktif yang waktu paruhnya dapat berlangsung hingga ratusan tahun. Sebagai pekerja nuklir yang bertugas di instalasi pengelolaan limbah radioaktif, ini “makanan”ku sehari-hari, hehehe.

Kelemahan lain dari PLTN adalah adanya penolakan dari masyarakat awam akibat ketidaktahuan mereka, atau akibat provokasi dari pihak-pihak yang tidak menyetujui dibangunnya PLTN di negeri ini. Pembangunan PLTN memang keputusan yang tidak populer, padahal PLTN dapat menjadi solusi untuk kemandirian bangsa dalam sektor energi dan solusi untuk mencapai nol emisi.

Kembali ke poin yang kutulis di awal mengenai pentingnya Indonesia memiliki pemimpin yang tegas, akibat ketidakpopuleran PLTN–entah karena takut tidak mendapat dukungan rakyat, entah karena tunduk pada pihak-pihak yang tidak suka bila negara kita mandiri dalam hal energi–keputusan mengenai pembangunan PLTN selalu mengalami pasang surut.

Pada tahun 2006, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 5 tentang rencana memiliki empat PLTN pada tahun 2025. Direktur Jenderal IAEA saat itu, Mohamed ElBaradei, diundang ke Indonesia pada Desember 2006. Protes menolak PLTN terjadi di mana-mana, khususnya di Jepara sebagai lokasi yang direncanakan menjadi tapak dibangunnya PLTN, mulai awal 2007 dan meluas pada pertengahan tahun. Pemerintah akhirnya tidak melanjutkan rencana tersebut untuk meredam protes.

Pada Desember 2013, Indonesia berencana membangun PLTN tahun 2015 untuk memenuhi target kapasitas listrik pada tahun 2025 hingga 2050. Namun, hingga Desember 2015, ternyata pemerintah belum menetapkan tenaga nuklir sebagai salah satu cara untuk mencapai hal tersebut.

Menurut kabar terakhir, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Parada Hutajulu menyebutkan bahwa Indonesia akan mulai mengembangkan nuklir secara komersial mulai tahun 2032. Pembangunan PLTN tersebut termuat di dalam draf Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN). Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Herman Darnel menjelaskan dalam skenario tersebut, PLTN yang akan dibangun rencananya adalah PLTN skala kecil atau Small Modular Reactor (SMR).

Jika PLTN akan dibangun pada 2032, itu berarti keputusannya harus diketok palu saat ini. Pembangunan PLTN hingga beroperasi penuh rata-rata membutuhkan waktu 10-15 tahun lamanya dari awal kontrak pengerjaan. Keputusan final ada pada presiden dan anggota dewan, untuk selanjutnya membentuk badan yang bertugas mempersiapkan pembangunan PLTN.

Saat ini tim percepatan pembangunan PLTN atau Nuclear Energy Program Implementing Organization (NEPIO) telah dibentuk oleh pemerintah. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional, Djoko Siswanto, menyatakan bahwa adanya NEPIO, dukungan stakeholder, dan kebijakan pemerintah masuk ke dalam persyaratan yang diminta oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) sebagai badan regulasi nuklir dunia.

Nah, sekarang kita tinggal menyaksikan akan seserius apa pemerintah merealisasikan rencana pembangunan PLTN ini. Akankah berubah-ubah terus dan mengalami penundaan berkali-kali seperti yang sudah terjadi di masa lalu, atau pemerintah akan gas pol mempercepat pembangunan PLTN?

Aku, sih, berharap pemimpin negeri ini bakal lebih tegas dalam mengambil keputusan terkait hal itu, ya. Entah jika pemimpin terpilih ragu-ragu memutuskan karena takut popularitasnya turun di mata masyarakat, atau terlalu disetir oleh pihak-pihak berkepentingan. Semoga tidak.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Februari yang bertema “Harapan untuk Pemimpin Indonesia (Isu Meresahkan yang Diharapkan Bisa Diselesaikan Para Pimpinan)”.