Wednesday, March 01, 2023

Mengelola Jadwal dengan Planner

Sebagai seseorang yang (sok) sibuk, memiliki banyak kegiatan, dan memiliki banyak anak yang masing-masing memiliki banyak kegiatan (hahaha!) … mengingat jadwal agenda bukan sesuatu yang mudah. Tidak semua acara dapat diingat begitu saja, apalagi jika ada beberapa agenda dalam satu hari sekaligus. Kadang bahkan beberapa acara mengalami bentrok karena dilaksanakan pada waktu yang bersamaan.

Kemampuan untuk mengelola jadwal kegiatan memang tergantung pada keahlian masing-masing orang. Kebetulan aku adalah orang yang cukup well-organized dan well-planned. Salah satu caraku mengelola jadwal kegiatan adalah dengan menuliskannya pada planner. Planner adalah sarana yang dapat digunakan untuk merekam dan menulis berbagai tugas, janji, dan catatan. Planner berfungsi menyimpan segala informasi mengenai perencanaan kegiatan sehingga aku dapat mengaksesnya dengan mudah saat dibutuhkan.


Ketika masih sering memakai planner yang dicetak pada kertas HVS

Planner-ku berisi perencanaan harian atau mingguan yang berisi jadwal harian dan to-do list. To-do list adalah daftar tugas atau kegiatan yang perlu kuselesaikan, biasanya disusun berdasar skala prioritas. Dengan menuliskan beberapa kegiatan yang harus dikerjakan, secara otomatis aku akan mengatur waktu dan membuat jadwal dalam pengerjaannya. Hal itu sangat membantuku untuk terampil dalam urusan manajemen waktu dan membuatku mudah mengingat jadwal.

Saat ini planner dibuat dalam berbagai platform, baik planner cetak yang ditulis dengan tangan maupun planner digital berupa aplikasi yang dapat dipasang pada gawai atau komputer. Pemilihan planner yang paling nyaman dan paling cocok bisa saja berbeda menurut masing-masing orang karena masing-masing planner memiliki kelebihan dan kekurangan.

Khusus buatku yang harus membagi waktu antara pekerjaan kantor, jadwal olahraga (berlari, strength training, yoga, senam aerobik, coaching lari) serta jadwal mengantar anak les atau acara sekolah, aku sangat terbantu dengan adanya planner. Planner yang kumiliki ada beberapa, meliputi planner untuk agenda kantor, workout plan, juga training plan khusus lari.


Training plan Half Marathon dengan aplikasi Running with Hal

Training plan khusus lari aku susun dengan aplikasi Running with Hal. Aplikasi ini membantu kita dalam membangun training plan berdasar hari latihan yang bisa kita alokasikan, target pace, serta variasi latihan. Selain memudahkan mengatur jadwal, ternyata aplikasi ini sangat membantu untuk bisa konsisten berlatih. Ada evaluasi berupa nilai untuk melihat seberapa tertib kita menaati training plan, baik dalam hal frekuensi maupun intensitas latihan. Sebagai seseorang yang perfeksionis, mendapat nilai dalam pemenuhan training plan tentunya makin membuatku terpacu untuk menyelesaikan latihan demi latihan dengan baik. Kelebihan lain dari aplikasi ini: ia dapat dengan mudah dikoneksikan dengan perekam data olahraga seperti Garmin Connect dan Strava. Hal ini membuat data dapat disinkronkan dengan mudah tanpa harus mengisi evaluasi latihan secara manual.


Contoh workout plan yang kususun pada awal minggu bersama coach

Workout plan kubuat tiap awal minggu dengan aplikasi Canva setelah dikonsultasikan dengan coach. Berbagai pertimbangan dimasukkan dalam penyusunan workout plan, di antaranya frekuensi latihan (berlari tiga kali seminggu, strength training tiga kali seminggu, yoga sekali seminggu), variasi jenis latihan (lower body, upper body, full body), tipe latihan (cardio, strength training, mobility, flexibility), serta waktu untuk rest dan recovery. Mengapa latihannya harus selengkap itu? Karena menu latihan seorang pelari bukan hanya berlari, melainkan juga harus memasukkan strength training, mobility, dan flexibility untuk menguatkan otot, melatih fleksibilitas otot, menguatkan core, memperbaiki teknik berlari sehingga keseluruhannya meningkatkan performa berlari, mengatasi imbalance, dan mencegah overuse injury.


Buku planner gado-gado

Nah, yang terakhir adalah planner untuk agenda kantor, pekerjaan, dan kegiatan secara umum. Untuk yang satu ini aku lebih nyaman menggunakan sistem manual dengan planner berupa buku. Jadwal meeting dan jadwal operasional lapangan kumasukkan ke sini, juga appointment dan jadwal olahraga. Buku planner ini isinya memang gado-gado sekali. Tujuannya untuk merangkum semua acara harian dan mengetahui slot waktu yang masih kosong, sehingga bila ada permintaan mengajar atau rapat, aku bisa segera mengonfirmasi ketersediaan waktu.

Demikian sekilas tentang kebiasaanku mengelola jadwal dengan planner. Buatku ini life hack yang sangat memudahkan kehidupanku sehari-hari, serta membuat hidupku yang penuh dengan seabrek agenda menjadi lebih produktif dan lebih efisien karena terasa lebih sat set dalam manajemen waktu dan kegiatan. Menyusun jadwal dengan planner selalu menjadi aktivitas yang menyenangkan di awal minggu. Membubuhkan checklist di samping agenda yang sudah done itu juga menimbulkan kepuasan tersendiri … karena itu berarti aku berhasil merealisasikan agenda sesuai rencana. Ya, sesederhana itu memang kebahagiaanku, hehehe

Beberapa tips mengelola jadwal dengan planner:

  1. Tulis daftar tugas atau kegiatan yang akan dikerjakan.
  2. Susun jadwal berdasarkan urgensi, prioritas, atau kronologi.
  3. Tulis hal-hal yang harus diingat atau hal-hal penting pada kolom khusus.



Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Maret yang bertema “Life Hack (Produk atau Metode) yang Mempermudah Hidup”.

Wednesday, February 01, 2023

Dear John

Membaca karya fiksi selalu menjadi kesenangan buatku, sejak zaman kecil dulu hingga kini sudah menjadi emak beranak lima. Aku ingat ketika masa-masa berlangganan Bobo, membaca cerpen selalu menjadi hal yang paling kunantikan, terutama karena aku harus bergantian membaca majalah itu dengan kakakku. Setelah menjadi penulis fiksi (abal-abal, hahaha), membaca karya fiksi seolah menjadi kewajiban untuk menambah ilmu dan memperkaya khazanah. Ibarat kata pepatah: teko hanya mengeluarkan isi teko, supaya dapat menulis fiksi dengan baik tentu aku harus mengisi pula asupan dengan banyak membaca karya fiksi.

Saat ini membaca karya fiksi buatku bukan hanya untuk mereguk kesenangan saja. Di dalam prakteknya aku juga mengamati bagaimana penulis membangun unsur-unsur intrinsik seperti membangun tema, menentukan sudut pandang, menciptakan penokohan beserta karakternya, menuliskan alur, menggunakan gaya bahasa, dan memilih latar. Ada banyak sekali novel yang menginspirasiku–tentu tak akan cukup aku bahas di sini–tetapi ada satu buku yang cukup sering kubolak-balik. Selain karena isi ceritanya sangat meninggalkan kesan di hatiku, buku itu juga cukup kaya untuk dipelajari sisi-sisi kepenulisannya. Buku apakah itu? Yuk, kita simak.

“Dear John” karya Nicholas Sparks

Aku pertama kali membaca “Dear John” pada tahun 2013. Novel ini adalah satu dari tujuh buku Nicholas Sparks yang kumiliki. Yes, dia memang penulis favoritku karena aku sangat menyukai genre kisah cinta romantis. Novel-novelnya sering berkisah tentang cinta abadi.

“Dear John” menceritakan kisah hidup seorang John Tyree yang pada masa awal kehidupannya hanya tinggal berdua dengan ayahnya, seorang pengidap Sindrom Asperger. Hal itu sedikit banyak mempengaruhi relasi mereka. John tahu ada yang berbeda dengan ayahnya, tetapi ia tak pernah memahami hal itu. Perjalanan hidupnya yang rumit membuatnya mendaftar masuk ke US Armed Forces, dan pada suatu masa cuti dari ketentaraan ketika ia pulang ke rumah, ia bertemu dengan seorang gadis bernama Savannah. Dari situlah kisah kemudian berkembang. Savannah mengajarkan John bagaimana memperbaiki hubungan dengan ayahnya, mengajarkannya tentang cinta, patah hati, dan kebahagiaan sejati.

Sparks yang dikenal sebagai spesialis penulis dengan ending tragis dalam novel-novelnya, sebenarnya lebih suka menyebut ending novel ini sebagai bittersweet. Ia berusaha membangun konflik dengan cara seorisinal mungkin tentang alasan mengapa dua orang yang saling mencintai tidak dapat bersatu selamanya. Konflik dalam kisah John dan Savannah ini diaduk-aduk sedemikian rupa sehingga tetap terasa nyata dan tidak mengada-ada. Jadi meskipun ringan dibaca, konfliknya tetap matang. Ini adalah suatu keahlian mumpuni yang dimiliki oleh Sparks (acung jempol).

Novel ini banyak menggambarkan detail Wilmington, North Carolina sebagai latar. Bagi sebagian orang yang tidak terlalu suka narasi, beberapa bagian penceritaan kota itu mungkin terasa panjang. Namun bagiku, hal ini menunjukkan kepiawaian Sparks dalam menulis deskripsi dan menggambarkan suasana yang sangat membantu pembaca untuk membayangkan konteks cerita. Tidak hanya pada latar, tetapi juga pada bagian-bagian detail lainnya. Penggambaran selalu deskriptif mengenai apa pun dan tidak membosankan, meskipun selalu dilihat dari sudut pandang orang pertama.

Dalam hal penokohan, sungguh aku tak bisa berkata-kata lagi. Sparks selalu keren dalam menciptakan tokoh yang berkarakter. Sudut pandang orang pertama sering dipakai dalam novel, tetapi jarang ada novel romantis yang “aku”-nya adalah seorang laki-laki. John digambarkan sangat manusiawi: meskipun ia tentara–yang identik dengan sosok tangguh–ternyata ia memiliki perasaan yang halus … ia bisa mellow bahkan menangis, juga clueless jika menyangkut hubungannya dengan Savannah. Dari segi penggambaran emosi, perasaan John pun tersampaikan dengan baik seolah-olah ia benar-benar sedang curhat dengan pembaca. Hal ini tentu membuat pembaca ikut larut dalam cerita. Aku angkat topi untuk kemampuan Sparks menulis tentang emosi secara mendalam.

Dari sekian banyak novel Nicholas Sparks, “Dear John” ini yang paling baik menurutku. Alih bahasa yang dilakukan Barokah Ruziati bagus dan tanpa cela, tidak seperti salah satu novel Sparks (no mention ah, wkwk) yang alih bahasanya acakadut dan bikin geregetan. Dalam situs pribadinya, Sparks menulis tentang buku ini, “In the end, I was proud of the novel. It is, in many ways, one of my favorites. It is also one that I think will resonate with readers long after the final page is turned.

Ya, dia benar! Aku menangis ketika membaca novel ini, terutama ketika bab-bab akhir. Aku masih ingat, air mata terus mengalir di wajahku. “Dear John” is also my favorite, and it resonated with me long after the final page was turned, even many years later.

Judul: Dear John
Penulis: Nicholas Sparks
Diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 392 halaman


Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Februari yang bertema “Buku Bacaan yang Berpengaruh”.

Sunday, November 06, 2022

Keajaiban dari Allah

Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan November sungguh membuatku berpikir keras. Baru kali ini aku mendapati ketentuan untuk bebas berkreasi dengan memilih satu atau lebih dari tiga tema yang diberikan untuk diramu menjadi satu tulisan. Oke, menggabungkan tiga tema yang tersedia … mengapa tidak? Saatnya menantang diri sendiri dan keluar dari zona nyaman, hehehe.

Tokoh yang Inspiratif

Bicara soal tokoh inspiratif, pikiranku sontak tertuju kepada Rasulullah Muhammad saw. Beliaulah manusia terbaik sepanjang masa, sosok yang hampir semua perkataan dan perbuatannya dijadikan sebagai pedoman hidup. Tidak ada manusia yang dapat mengalahkan keutamaan beliau.

Michael H. Hart, seorang astrofisikawan Yahudi, dalam bukunya The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History mendudukkan Rasulullah pada posisi nomor satu sebagai manusia yang paling berpengaruh dalam mengubah sejarah peradaban manusia. Dalam buku terbitan tahun 1978 itu, Hart menuliskan bahwa pemilihan para tokoh tidak hanya didasarkan pada faktor betapa pentingnya orang tersebut, tetapi juga dengan mempertimbangkan “masa berlaku” pengaruh sang tokoh. Pengaruh Rasulullah memiliki efek yang masih bertahan hingga sekarang, jauh melampaui masa hidup beliau.

Apa yang membuat Rasulullah begitu istimewa di hati kaum muslim? Banyak sekali alasannya, bahkan ratusan halaman takkan cukup untuk menuliskan jasa dan kebaikan beliau. Yang jelas, tanpa Rasulullah, aku takkan pernah merasakan nikmat iman dan Islam; hidup akan berjalan tanpa arah dan tujuan; aku takkan memahami hakikat penciptaan, dari mana aku berasal, dan ke mana sebenarnya aku akan pergi setelah meninggalkan dunia ini.

Rasulullah dikenal memiliki akhlak yang paling mulia untuk dijadikan teladan bagi umatnya. Beberapa di antaranya adalah selalu menyatakan pendapat dengan baik, tidak pernah melakukan hal-hal buruk, tidak pernah berperilaku kasar, dan tidak pernah berteriak. Ibnu Qatadah pernah bertanya kepada Aisyah ra. tentang akhlak Rasulullah, maka Aisyah menjawab: “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.” (H.R. Ahmad)

Salah satu hal yang paling membuatku “meleleh” adalah kisah yang diceritakan oleh Ustaz Weemar dalam salah satu kajiannya tentang Rasulullah. Konon setiap nabi memiliki doa yang makbul–dalam kasus Nabi Musa, misalnya ketika beliau membelah Laut Merah–tetapi Rasulullah menahan diri untuk menyimpan doa ini dan tidak digunakan privilege-nya ketika di dunia. Kelak di hari akhir, Rasulullah menunda dirinya untuk bersegera masuk ke dalam surga demi bersyafaat dahulu untuk menyelamatkan seluruh umatnya dari neraka dan memasukkan umatnya ke dalam surga. Masyaallah, sebegitu cintanya beliau kepada kita.

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (Q.S. At-Taubah: 128)

Review Bacaan

Ada banyak sekali buku sirah yang menceritakan biografi Rasulullah. Bagi seorang muslim, memiliki buku sirah Rasulullah seakan menjadi hal wajib. Bagaimana kita bisa meneladani jika tidak memahami kehidupan beliau? Salah satu buku sirah Rasulullah yang kumiliki berjudul Membangun Peradaban: Sejarah Muhammad saw. Sejak Sebelum Diutus Menjadi Nabi karangan H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini. Di tengah banyaknya buku sirah terjemahan yang alih bahasanya kadang tidak smooth, kehadiran buku ini dapat menjadi alternatif bagi para pembaca tanah air.

H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini adalah penulis buku islami dan peneliti sejarah Islam kelahiran Tuban, Jawa Timur, 16 Agustus 1914. Beliau pernah mengenyam pendidikan agama di Inat, Yaman Selatan, pada 1932-1935. Pada zaman penjajahan Belanda, beliau adalah pendiri dan penerbit majalah Aliran Baru di Surabaya (1939-1941).

Penulisan dalam buku ini terbagi menjadi bab dan subbab yang urutannya terasa mengalir. Pada bagian awal dijelaskan tentang kisah Nabi Ibrahim sebagai pengantar, perkembangan sejarah penulisan kitab-kitab sirah nabawiyyah, lintasan sejarah Arab masa silam, hingga agama-agama dan peradaban-peradaban sebelum Islam. Bagian berikutnya masuk ke dalam kisah hidup Rasulullah, mulai dari awal penciptaan, silsilah dan kelahiran, masa kanak-kanak, masa kenabian, saat meninggalnya, hingga proses pembaiatan khalifah sepeninggal beliau.

Daftar Isi

Buku ini memuat riwayat hidup Rasulullah saw. secara lengkap, utuh mendalam, dan ditinjau dari segala aspek. Gaya penulisan Al-Hamid Al-Husaini lebih seperti karya tulis ilmiah karena merupakan hasil pengalaman dan penelaahan yang luas dan mendalam dari khazanah kepustakaan yang kaya sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran yang tajam dan utuh.

Kelemahan buku ini terletak pada seringnya penulis memasukkan opini dalam narasinya. Hal ini dapat membuat bingung pembaca, apalagi penulisan narasinya seringkali berupa kalimat-kalimat panjang. Pada beberapa peristiwa yang berisiko menimbulkan perbedaan pendapat, misalnya pada bab yang menyoroti perihal siapakah sebenarnya yang lebih berhak atas kekhalifahan setelah Rasulullah meninggal, hal ini dapat memperuncing konflik yang terjadi dalam tubuh umat Islam itu sendiri.

Judul: Membangun Peradaban: Sejarah Muhammad saw. Sejak Sebelum Diutus Menjadi Nabi
Penulis: H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini
Cetakan pertama, Oktober 2000
Diterbitkan oleh Pustaka Hidayah
Jumlah Halaman: 1000 halaman

Pengalaman di Luar Nalar

Dalam banyak episode kehidupan Rasulullah, beliau sering mengalami kejadian di luar nalar. Hal itu merupakan hal yang wajar mengingat beliau adalah seorang nabi yang memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah. Banyak keajaiban yang terjadi, yang barangkali merupakan mukjizat dan bentuk pertolongan Allah. Peristiwa ajaib yang paling sering disebut salah satunya adalah peristiwa Isra’ Mi’raj–yang mungkin kisahnya sudah kita hafal di luar kepala–tetapi kali ini aku ingin bercerita mengenai kisah Perang Khandaq yang mukjizatnya bisa jadi tak sesering itu dibahas orang.

Peta Perang Khandaq

Perang Khandaq yang terjadi pada 627 M (5 H) disebut juga Perang Ahzab. Ahzab berasal dari kata hizb yang artinya kelompok, disebut demikian karena saat itu kaum muslim berperang dengan kaum Yahudi dan beberapa kelompok kaum musyrik yang bersekutu yaitu Bani Nadhir (Yahudi yang telah diusir dari Madinah), kaum Quraisy, suku Ghathafan serta kabilah-kabilah Kinanah, Tihamah, Bani Sulaim, Fazarah, Bani Murrah, Bani Asyja’, dan Bani Asad. Pasukan yang bersekutu ini berjumlah kurang lebih 10.000 orang. Konon jumlah ini lebih banyak daripada semua penduduk Madinah dikumpulkan menjadi satu.

Pasukan muslim yang berjumlah 1.000 orang menggali parit di sebelah utara Madinah. Area tersebut merupakan area terbuka yang rawan dan mudah diterobos musuh. Penggalian parit ini dilakukan atas usul seorang sahabat Rasulullah bernama Salman Al Farisi. Parit sepanjang 12 km, lebar 5 meter, dan dalam 3 meter berfungsi sebagai pertahanan untuk menghalau pasukan musyrik.

Keajaiban Pertama

Pada proses penggalian parit itu, kaum muslim menemukan sebuah batu besar yang amat keras. Mereka berusaha menghancurkannya sekuat tenaga dengan peralatan yang ada, tetapi tidak berhasil. Rasulullah memecahkan batu tersebut dengan tiga kali pukulan yang menghasilkan percikan cahaya. Saat itulah muncul bisyarah (kabar gembira) mengenai wilayah-wilayah yang kelak dibebaskan oleh Islam.

“Ketika para sahabat mendapatkan batu besar yang tidak bisa dipecahkan, Rasulullah mulai memukul batu tersebut. Beliau memulainya dengan membaca, 'Bismillah.' Lalu memukul dan berhasil menghancurkan sepertiganya. Beliau mengucapkan, 'Allahu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah, sekarang aku melihat istana yang merah.' Beliau melanjutkan dengan pukulan kedua. Kali ini beliau juga berhasil menghancurkan sepertiga berikutnya dan beliau mengucapkan, 'Allahu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Paris (Persia). Demi Allah aku melihat istananya yang putih.' Beliau melanjutkan dengan pukulan ketiga dan akhirnya batu yang tersisa berhasil dipecahkan. Setelah pukulan ketiga, beliau mengucapkan, 'Allahu akbar! Aku telah diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah aku melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini.'” (Musnad Imam Ahmad:(30/626), Fathul Bari)

Keajaiban Kedua

Saat itu Madinah sedang dilanda paceklik. Makanan yang jumlahnya sedikit harus dibagi untuk banyak orang (sebuah riwayat mengatakan: satu kurma dibagi untuk sepuluh orang). Rasulullah sendiri berada dalam keadaan yang sangat lapar hingga beliau mengganjal perutnya dengan batu guna menahan lapar.

Ketika itu Jabir bin Abdullah mempunyai seekor kambing kecil dan kurus. Karena tidak tega melihat Rasulullah kelaparan, dia menyuruh istrinya menyembelih dan memasak kambing tersebut untuk dimakan bersama Rasulullah saja, karena tidak mungkin dagingnya cukup untuk dimakan orang banyak. Ketika Jabir mengajak Rasulullah makan di rumahnya, beliau diikuti oleh semua kaum muslim yang menggali parit. Jabir kebingungan, bagaimana mungkin makanan yang sedikit itu mencukupi kebutuhan semua orang.

Rasulullah berpesan kepada Jabir supaya makanan yang telah dimasak itu jangan dibuka dahulu wadahnya. Sejenak Rasulullah berdoa, kemudian makanan mulai dikeluarkan dari wadah untuk dihidangkan kepada semua orang. Ternyata makanan itu tiada habisnya. Hingga semua yang hadir selesai makan kenyang, makanan dalam wadah tetap tidak berkurang.

Keajaiban Ketiga

Dalam Perang Ahzab, jumlah pasukan muslim dibanding pasukan musyrik adalah 1:10. Hal itu membuat semangat kaum muslim mengendur dan nyali mereka menjadi ciut. Rasulullah sendiri tiada putus-putusnya menghadapkan diri dan bermunajat memohon pertolongan kepada Allah.

Diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal, Rasulullah berdoa, “Ya Allah yang menurunkan Al-Qur’an dan yang Mahacepat memperhitungkan (perbuatan hamba-hamba-Nya), kalahkanlah musuh-musuh kami. Ya Allah, kalahkanlah musuh-musuh kami. Ya Allah, kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Allah mengabulkan doa beliau. Pada akhirnya, Allah membuat perpecahan di kalangan kaum musyrik serta mengirimkan malaikat dan angin topan untuk memporakporandakan kawasan-kawasan tempat pasukan musyrik mengepung Madinah. Tidak hanya kemah dan perbekalan mereka yang hancur berceceran, semangat mereka untuk berperang pun ikut runtuh. Dengan bubarnya pasukan musyrik meninggalkan pengepungan Madinah, berakhirlah sudah Perang Khandaq.

“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang tidak dapat terlihat olehmu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatan(mu) terpana dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat.” (Q.S. Al Ahzab: 9-12)




Thursday, October 06, 2022

Manual Brewing: Cara Jitu Menikmati Keunikan Kopi

Kegemaranku minum kopi telah mengalami transformasi besar-besaran selama kurun waktu dua puluh tahun ini. Ketika pertama kali mencicipi kopi pada saat kuliah, aku hanya minum kopi saset demi tujuan menemani malam-malam begadang untuk belajar atau mengerjakan tugas. Kopi saset yang menjadi favoritku di masa itu adalah Nescafe 3 in 1 instant cream latte dengan kemasan stik. Kopi yang mungkin isinya lebih banyak perisa dan gula, tetapi ampuh untuk mengganjal mataku hingga dini hari.

Coffee map dari sini

Lambat laun aku mulai beralih ke kopi tubruk dan beberapa jenis kopi espresso-based, masih dengan gula tentunya. Kopi tubruk favorit adalah Kopi Aroma, yang dulu hanya melayani pembelian di toko Jl. Banceuy No. 51, Bandung. Namun, kini produk toko tersebut bisa pula kita temukan di beberapa supermarket besar atau online shop di marketplace. Sementara kopi espresso-based favorit adalah americano, latte, atau cappucino.

Ketika gaya hidupku beralih ke gaya hidup sehat dengan menjaga pola makan, kegemaranku minum kopi tidak berhenti. Kopi memiliki banyak manfaat, antara lain: meningkatkan kinerja otak, menurunkan risiko kanker dan diabetes, sebagai sumber antioksidan, bahkan dapat membantu membakar lemak karena meningkatkan metabolisme–dengan jumlah gula yang tidak berlebihan tentu saja. Aku kemudian mencoba mengurangi gula yang terkandung di dalamnya, mulai dari less sugar hingga kini aku bisa minum kopi dengan no sugar sama sekali.

Berbagai pilihan metode manual brewing, sumber dari sini

Perjalananku menjadi penikmat kopi memasuki babak baru ketika seorang teman memperkenalkanku pada manual brewing. Manual brewing adalah teknik menyajikan kopi yang diseduh dengan cara manual. Teknik ini menggunakan bubuk kopi yang sudah digiling, kertas filter, dan air panas yang sudah ditentukan tingkat temperaturnya. Filter berfungsi menahan semua elemen yang tersaring, termasuk minyak dari biji kopi, sehingga menghasilkan hasil seduh yang jernih. Minuman yang dihasilkan adalah kopi hitam tanpa ampas yang memiliki tingkat ketajaman rasa yang berbeda, tergantung alat seduh yang digunakan dan jenis biji kopinya. Sebaiknya kopi hasil seduh manual brew ini dinikmati tanpa campuran susu atau gula untuk mempertahankan keunikan rasanya.

Bila kita memesan kopi manual brew, biasanya ada beberapa pilihan biji kopi yang beragam, lokal maupun impor, single origin maupun blend. Aku lebih suka menjajal coffee shop kecil yang bersifat private karena biasanya kita bisa lebih leluasa mengobrol dengan baristanya. Pada kesempatan seperti itu, kita bisa bertanya seperti apa tasting notes yang dimiliki oleh pilihan biji kopi tersebut, atau informasi lain tentang perbedaan-perbedaan biji kopi yang dihasilkan oleh berbagai daerah di Indonesia atau mancanegara.

Beberapa metode manual brewing yang jamak ditemui di coffee shop tanah air adalah metode Pour Over (V60, Chemex, Kalita Wave), French Press, Aeropress, Syphon, Cold Brew, dan Vietnam Drip. Dari berbagai macam metode manual brewing, ada banyak faktor yang menentukan hasil seduh, seperti pemilihan jenis kopi yang tepat, ukuran gilingan yang sesuai, dan teknik penyeduhan yang benar. Berbagai macam metode ini juga berpengaruh terhadap cita rasa kopi, meliputi body dan clarity. Biji kopi yang sama dapat menghasilkan rasa kopi yang berbeda bila diseduh dengan metode yang berbeda. Contohnya bila diseduh dengan metode French Press, rasa yang dihasilkan memiliki karakter body yang lebih tebal. Jika ingin rasa yang lebih clean, lebih baik bila biji kopi diseduh dengan V60 yang lebih mengunggulkan flavor daripada body.

Manual brewing yang menjadi favoritku adalah metode V60. Cangkir V60 pertamaku kunikmati pada suatu petang di Kedai Badai, Bandung, sebuah coffee shop mungil yang kini sudah tak ada lagi. Ada rasa aneh yang muncul, kemudian sensasi nikmat yang mengikutinya. Lama-lama penjelajahanku terhadap V60 dari kafe ke kafe membuatku terbiasa, dan kemudian menjadikannya cara favorit untuk menikmati kopi dengan hasil seduh clean dan full clarity.

Beraneka ragam cita rasa kopi, sumber dari sini

Aku dulu merasa aneh jika ada orang bicara tentang rasa macam-macam kopi, mulai dari strong/bold dan full body, hingga flavorful seperti floral, fruity, nutty, dan herbs (bercita rasa seperti rempah-rempah atau jamu). Sebelum aku paham, rasanya semua kopi sama saja, aku cuma bisa membedakan pahit atau asam. Sejak menjadi penikmat V60, aku mulai bisa merasakan cita rasa yang beraneka ragam … dan ternyata memang beda-beda banget rasanya. Menikmati kopi dengan kemurnian yang hakiki itu nyatanya membawa lidah kita lebih peka dalam mengeksplorasi berbagai macam cita rasa kopi yang berbeda.

Beberapa biji kopi single origin specialty yang menjadi favoritku adalah kopi Flores Bajawa, Flores Yellow Caturra, Toraja, Papua Wamena, Bali Kintamani, Mandailing, dan kopi-kopi Jawa Barat seperti Gunung Halu, Gunung Puntang, Ciwidey, dan Caringin Tilu. Kopi-kopi yang ditanam di tanah vulkanik pada dataran tinggi seperti kopi Flores dan Papua memiliki cita rasa yang kuat (moderate bold dan full body), tingkat keasaman yang medium, dan aroma yang lebih harum (semisal aroma cherry, blueberry, nuts, atau sweet caramel). Sementara kopi Bali Kintamani yang bervarietas arabika rasanya lebih lembut, ringan, medium body, tingkat keasaman rendah (sweet mild acidic), dan clean finish.

Aku tidak suka kopi Aceh seperti kopi Gayo karena menurutku terlalu asam. Aku juga pernah mencoba beberapa jenis biji kopi mancanegara, seperti kopi Tanzania dan kopi Kenya, tetapi tidak cocok dengan lidahku. Rasanya eksotis sih, ada semacam aroma rempah seperti jamu, tetapi pahit dan rasa asamnya sedikit lebih kuat.

Manual brewing adalah suatu alternatif bagi para penggemar kopi untuk dapat menikmati rasa yang unik dan berbeda bila dibandingkan dengan kopi espresso-based. Manual brewing membawa kita menjelajahi cita rasa dan pengetahuan yang lebih dalam di dunia kopi. Jika ada kesempatan, tak ada salahnya menjajal metode yang satu ini. Namun, pada akhirnya kopi yang paling enak adalah kopi yang dinikmati dengan hati penuh syukur :)


Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Oktober yang bertema “Mamah dan Kopi”.

Sunday, September 18, 2022

Mengubah Kebiasaan

Menurut KBBI, “kebiasaan” adalah (1) sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya; (2) pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama. Jika seseorang sudah memiliki kebiasaan akan sesuatu, dia akan melakukannya dengan rutin, effortless, dan spontan. Spontan dalam hal ini berarti terjadi otomatis tanpa perlu dipikirkan sebelumnya.

Karena kebiasaan mempengaruhi spontanitas, kita harus sadar diri untuk menjadikan hal-hal baik sebagai kebiasaan. Hal ini mengandung hikmah supaya ketika kita bersikap spontan, hanya hal-hal baik yang mewujud dari lisan dan perbuatan kita. Contoh sederhananya adalah memperbanyak istigfar ketika terkejut sehingga bila suatu saat kita terkaget-kaget karena sesuatu, kita akan spontan berucap “Astaghfirullah” dan bukan “Eh, ayam ayam ayam”, misalnya.

Kebiasaan juga mempengaruhi perasaan dan kecenderungan. Contoh paling gampang adalah soal makanan. Kebanyakan dari kita pasti lebih familiar dengan menu makanan nusantara, maka hal tersebut akan mempengaruhi preferensi kita dalam hal selera. Tentu kita akan memilih rasa yang paling “dekat” dengan menu sehari-hari–bahkan ketika kita sedang bepergian sekalipun–karena hal itu berkaitan dengan kebiasaan.

Rumus mengubah kebiasaan ada dua, yaitu latihan dan repetisi. Kita perlu berlatih supaya kita bisa, sedangkan repetisi diperlukan supaya kita terbiasa. Banyak orang meyakini bahwa waktu yang diperlukan untuk membentuk sebuah kebiasaan baru adalah empat puluh hari, di antaranya Kelly McGonigal yang menulis buku 40 Days to Positive Change atau Tommy Newberry yang menulis buku 40 Days to a Joy-Filled Life. Oleh karena itu, minimal kita berlatih dan melakukan repetisi selama empat puluh hari untuk membentuk sebuah kebiasaan.

Bagaimana dengan waktu yang diperlukan untuk mengubah kebiasaan lama? Memang tidak ada angka yang pasti, tetapi Ustaz Weemar dalam kajiannya menyebutkan bahwa hal tersebut membutuhkan waktu sekitar satu tahun. Hal ini tentu tergantung pada kedalaman tingkat kebiasaannya. Karena meninggalkan kebiasaan lama itu susah, jangan sekali-kali kita membentuk kebiasaan buruk dengan mencoba melakukan hal-hal yang tidak baik. Lebih baik sedari awal kita tidak mencicipinya sedikit pun. Jika kebiasaan buruk sudah terbentuk, dia akan mengalahkan akal.

Selain latihan dan repetisi, hal terpenting dalam membentuk kebiasaan adalah sifat istikamah. Menurut KBBI, “istikamah” adalah sikap teguh pendirian dan selalu konsisten. Dalam hal kebaikan, istikamah dapat diartikan tetap konsisten pada jalan yang benar dengan progres kebiasaan yang terus naik (tidak datar) sehingga hari esok lebih baik daripada hari ini. Hal tersebut tentu sungguh berat karena terkait erat dengan pembiasaan, tetapi sangat diperlukan demi perubahan ke arah yang lebih baik.

Rasulullah Saw. bersabda, "Wahai sekalian manusia. Kerjakanlah amalan-amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kalian bosan. Dan sungguh, amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit." (H.R. Bukhari dan Muslim)

"Maka istikamahlah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Hud: 112)