Kita adalah pejalan yang sering salah mengira peta. Merasa tahu arah, merasa bisa memilih jalan, tapi pada akhirnya tersadar bahwa kaki kita hanya melangkah sejauh yang diizinkan oleh takdir. Ada yang kita kejar habis-habisan, namun tetap menjauh. Ada yang kita hindari mati-matian, tapi justru semakin mendekat.
Mungkin di antara langkah-langkah yang kita ambil, ada doa-doa yang diam-diam dikabulkan dengan cara yang tidak kita harapkan. Mungkin di antara perpisahan yang kita sesali, ada pertemuan yang telah disiapkan jauh sebelum kita menginginkannya.
Kita boleh memohon, boleh mengiba, boleh menentang sekeras yang kita mampu. Tapi jika bukan takdirmu, sekuat apa pun kamu menggenggam, ia tetap akan terlepas. Jika itu takdirmu, meski kau berlari sejauh mungkin, ia akan tetap menemukanmu.
Pada akhirnya, kita hanya bertekuk lutut pada takdir. Menyerah bukan karena lelah, tapi karena paham bahwa apa yang harus menjadi milik kita, akan datang dengan sendirinya. Dan apa yang bukan untuk kita, akan pergi meski sudah kita perjuangkan dengan segenap nyawa.
[Dikutip dari "Menjalani Takdir Tuhan, Sama Sepertimu" hal. 100, Instagram @goresanpenatuhan]
No comments:
Post a Comment