Aku termasuk orang yang jarang bepergian. Bisa dibilang aku adalah anak rumahan. Selain itu, jumlah anggota keluarga yang banyak dan anak yang masih kecil-kecil juga membuatku malas bepergian karena merasa riweuh dengan berbagai hal yang harus diurusi. Kali ini aku ingin berbagi mengenai beberapa hal yang membuatku merasa terbantu dalam menikmati perjalanan bersama keluarga.
Menciptakan Kenangan
Salah satu hal yang membekas dalam ingatanku ketika aku kecil dulu adalah betapa seringnya Bapak dan Ibu mengajak aku dan saudara-saudaraku menempuh perjalanan. Biasanya perjalanan itu mengambil waktu ketika masa liburan karena di luar itu Bapak dan Ibu bekerja. Waktu libur mereka sebagai guru dan dosen lumayan sinkron dengan waktu liburan sekolah kami.
Jika destinasinya tidak terlalu jauh—hanya seputaran Solo dan Jawa Tengah—perjalanan ditempuh dengan mobil kami, Honda Civic krem keluaran tahun 90-an. Bapak duduk di belakang kemudi, di sampingnya kakak sulungku, lalu Ibu, aku, dan adikku di barisan belakang. Dengan mobil Honda Civic kami pernah menjelajahi jalur selatan menuju Bandung ketika mengantarkan kakak sulung pergi kuliah. Mobil second-hand yang dibeli Bapak itu sempat mogok di tanjakan Nagrek, membuat kami sekeluarga harus bermalam di bengkel setempat.
Jika destinasi bepergian berada di luar provinsi, kadang kami memilih moda transportasi kereta atau pesawat—meskipun yang terakhir ini bisa dibilang jarang sekali—misalnya ketika kami jalan-jalan ke Jakarta untuk menjemput Bapak dari Kanada.
Berbagai kisah perjalanan keluarga mengiringiku tumbuh dewasa sebagai kenangan yang mengasyikkan sehingga aku akhirnya memutuskan bahwa kelak kalau aku berkeluarga, kami harus membuat pos pengeluaran untuk jalan-jalan. Meskipun ribet, aku menyadari bahwa momen perjalanan bersama keluarga ini akan menjadi kenangan yang menyenangkan bagi anak-anakku sebagaimana kenangan-kenangan indahku bersama Bapak, Ibu, dan saudara-saudaraku.
Menciptakan Momen Kesadaran
Perjalanan sering memberi kita jenak-jenak untuk perenungan, hal yang acapkali terlewat ketika kita berkejaran dengan rutinitas harian. Perjalanan juga sering memberi kita kesempatan untuk berdialog dengan diri kita sendiri, memberi kita waktu untuk mengenali diri sendiri lewat sodoran pengalaman baru di tempat asing yang belum pernah kita kunjungi. Seperti dulu waktu pertama kali bepergian dengan satu balita dan satu batita untuk menyusul suami ke Batam, dari yang awalnya ragu dan takut, menjadi tahu bahwa diri ini ternyata mampu mengatasi situasi dan kondisi.
Atau ketika pergi jauh ke Italia dengan semua anggota keluarga—termasuk infant 12 bulan yang belum pernah bepergian jauh melebihi Bandung-Solo—yang memaksaku mendobrak banyak kekhawatiran dan kenyamanan, ternyata bisa juga survive. Meskipun saat itu tentu kehadiran suami turut memberi andil. Bersamanya aku merasa mampu menaklukkan dunia karena kehadirannya sangat memberi rasa aman dan nyaman—terutama karena dia yang memegang uang, hahaha.
Dalam sebuah buku antologi fiksi bertema perjalanan, aku pernah menulis: “Traveling is not about the destination, it’s about the journey itself. Traveling is not just about finding new things, it’s also about finding your true self.” Semata-mata karena demikianlah yang aku alami: mendewasa bersama perjalanan.
Menciptakan Pembelajaran
Aku dan suami senantiasa menjadwalkan agenda jalan-jalan karena banyak pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak-anak. Perjalanan membukakan mereka jendela dunia, memberikan mereka kemampuan untuk beradaptasi, memberi mereka kesempatan untuk mengenal hal-hal baru mulai dari makanan, bangunan, moda transportasi, hingga interaksi dengan orang.
Beberapa perjalanan liburan juga memberikan pengalaman berharga untuk anak-anak ketika mereka mencoba beberapa hal untuk pertama kalinya, seperti ketika kami naik perahu mengelilingi beberapa pulau di Lombok dan Belitung lalu menjajal snorkeling. Mereka belajar untuk mengatasi rasa takut dan belajar menguasai keterampilan baru.
Menyusun Rencana Perjalanan
Sebagai orang yang well-planned dan well-prepared, aku suka sekali menyusun rencana perjalanan dengan detail. Hal itu memberi excitement tersendiri bahkan jauh sebelum perjalanannya dimulai. Aku sangat menikmati aktivitas googling tempat-tempat yang ingin dikunjungi, membaca sejarah tentang tempat-tempat itu, lalu melihat peta dan menyusun rutenya.
Menyusun rencana perjalanan membuatku tahu harus ke mana dan melakukan apa saja ketika tiba di tempat tujuan sehingga waktu perjalanan menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan mengetahui banyak informasi mengenai tempat tujuan, aku juga bisa bercerita banyak kepada anak-anak tentang hal-hal yang mereka lihat, misalnya informasi mengenai bangunan bersejarah atau makanan setempat.
No comments:
Post a Comment