Ketika kita berbicara tentang permasalahan lingkungan dan isu pemanasan global, apa yang terbayang di benak seringkali adalah hal-hal besar yang tampak di luar jangkauan. Kadang-kadang rasanya hopeless sekali melihat es di kutub mencair, lapisan ozon menipis, hewan-hewan langka punah, atau penebangan hutan yang menyebabkan hilangnya paru-paru dunia, sementara kita di sini rasanya begitu powerless. Eh, tunggu. Benarkah kita tidak dapat berbuat apa-apa?
Seperti yang disinggung dalam tulisanku minggu lalu:
sejatinya permasalahan lingkungan adalah tanggung jawab seluruh umat manusia. Apa yang kita lakukan ternyata bisa membawa impact demi penyelamatan
lingkungan, meskipun hal itu tampak sepele. Dalam prinsip zero waste, ada tiga
hal dasar yang menjadi poin penting: cegah, pilah, dan olah.
CEGAH. Langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah
mencegah barang-barang yang berpotensi menjadi sampah supaya tidak masuk
ke dalam rumah. Langkah pertama ini sangat penting karena akan memudahkan
langkah-langkah selanjutnya. Upaya pencegahan yang dilakukan sejak awal mengakibatkan
upaya memilah dan mengolah sampah menjadi makin mudah.
PILAH. Langkah memilah dilakukan apabila sampah sudah telanjur
dihasilkan. Sampah ini dipilah sesuai kategorinya untuk memudahkan pengelolaan
ke tahap selanjutnya, yaitu mengolah sampah.
OLAH. Langkah terakhir yang bisa kita lakukan terhadap
sampah adalah mengolahnya menjadi barang-barang yang berguna. Misalnya: mengolah
sampah organik yang masih segar atau belum terkena minyak—seperti potongan sayur
dan buah—menjadi kompos, mengolah sampah plastik menjadi ecobrick, atau
mengolah sampah organik yang kotor—seperti nasi basi, sisa makan, dan sisa
tulang—dengan memasukkannya ke lubang biopori.
Tulisan tentang memilah dan mengolah sampah akan aku kupas
dua minggu lagi insyaallah. Kali ini aku ingin membahas mengenai upaya CEGAH
sebagai langkah awal kepedulian kita terhadap permasalahan lingkungan.
Sesungguhnya upaya pencegahan bisa kita lakukan dalam keseharian mulai dari
hal-hal yang kecil. Banyak ikhtiar ramah lingkungan yang dapat diwujudkan,
apalagi sekarang ini kesadaran masyarakat tentang hal itu sudah mulai digaungkan.
Beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan:
- Menggunakan handuk alih-alih tisu
- Menggunakan kantong kain sebagai tas belanja alih-alih kantong plastik
- Membawa wadah sendiri ketika berbelanja atau jajan sebagai pengganti plastik
- Membawa cutlery (sendok, garpu, sedotan) yang ready-to-go untuk mencegah penggunaan cutlery sekali pakai
- Menggunakan menstrual pad atau menstrual cup sebagai pengganti pembalut sekali pakai
- Menggunakan popok kain alih-alih popok sekali pakai
Dengan adanya pandemi seperti sekarang ini, penggunaan
kemasan plastik atau kemasan sekali pakai makin meningkat karena masyarakat
banyak membeli barang atau makanan secara online. Upaya yang dapat kita lakukan
untuk meminimalkan hal itu misalnya dengan memilih vendor yang memakai bahan
ramah lingkungan sebagai pembungkus, atau memilih toko yang menyediakan wadah
isi ulang. Memang agak sedikit merepotkan, tetapi kerepotan kita itu tidak ada
apa-apanya dibanding dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh
sampah-sampah plastik.
Satu hal lagi yang juga bisa kita lakukan untuk
menyelamatkan bumi adalah dengan bijak memilih barang ketika berbelanja. Usahakan
sebisa mungkin memilih bahan yang berasal dari produk-produk daur ulang.
Merek-merek outfit ternama sekarang mulai memilih material daur ulang untuk
membuat baju, sebut saja Primegreen atau Repreve yang serat kainnya dibuat dari
plastik daur ulang—termasuk botol plastik air mineral. Yang membuatku takjub:
kainnya tetap terasa lembut dan nyaman, tidak gerah, dan cocok untuk aktivitas
olahraga outdoor. Ternyata tampil kece pun bisa tetap ramah lingkungan.
Jadi, jangan pernah berpikir hal-hal kecil yang kita lakukan
itu tidak ada gunanya. Justru dengan hal-hal sederhana yang dimulai dari
keluarga kita, insyaallah kesadaran tentang ramah lingkungan bisa bergulir ke
masyarakat laksana bola salju apabila dilakukan oleh banyak keluarga.
Noted, mencegah itu paling utama. Agak dilema sebenarnya dengan kebiasaan membeli barang online dan ojol yang sebenarnya kurang ramah lingkungan
ReplyDeleteNah iya bener, Teh. Apalagi aku budak belanja online dan gofood 😅
Delete