Perjalananku menjadi pengurus bank sampah dimulai sejak 2015. Awal inisiasinya dimulai dari pertemuan beberapa ibu di kompleks yang concern terhadap masalah sampah. Dari obrolan-obrolan santai, kepedulian ini berlanjut dengan mengundang narasumber dari LSM Hijau Lestari untuk memberikan insight terhadap ibu-ibu kompleks mengenai pentingnya zero waste. Usaha ini tidak mudah, mengingat kebanyakan dari mereka masih sangat awam mengenai pemilahan sampah. Oleh karena itu, pada masa awal bank sampah kompleks kami terbentuk, pengurus sangat getol untuk melakukan edukasi. Dari pemahamanlah semua bermula.
Edukasi yang kami sampaikan sama intinya
dengan tulisanku di sini, bahwa sampah ini adalah tanggung jawab kita bersama.
Menjaga bumi adalah kewajiban setiap insan sebagai bentuk pertanggungjawaban
kita terhadap Yang Mahakuasa. Pertanyaan yang paling sering kami dapatkan
adalah mengenai seberapa banyak nilai rupiah yang nasabah bisa dapatkan ketika
menyetor sampah. Satu hal yang selalu kami tekankan: jadikan usaha memilah dan
menyetor sampah ini sebagai bentuk ibadah dan bentuk kepedulian kita terhadap
lingkungan, karena jika kita bicara soal uang, nilainya tentu sedikit sekali
yang bisa kita dapatkan. Belum kalau kita bicara soal lelah dan jatuh bangunnya.
Jika hanya berharap nilai uang, kita bisa jadi kecewa. Namun, bila usaha ini
diniatkan sebagai ibadah dan kontribusi kita dalam memperbaiki lingkungan,
insyaallah hati kita lebih tenang dan lebih legawa.
Pengurus bank sampah di kompleks kami |
Menyetor sampah dengan mobil :)) |
Mobil bank sampah Hijau Lestari, bantuan dari BJB |
Pada masa awal bank sampah ini berjalan, para pengurus masih sering mendapati adanya setoran sampah yang dicampur-campur. Usaha edukasi ternyata harus terus dilakukan. Selain merepotkan pengurus, setoran sampah yang masih tercampur dan belum dibersihkan ini nilai ekonominya lebih rendah. Sebagai contoh: botol air mineral yang sudah dicopot labelnya dan sudah dipisahkan tutupnya bernilai Rp2.000,00 per kg, sedangkan yang belum hanya bernilai Rp1.500,00 per kg. Berikut ini adalah daftar kategori sampah yang diterima oleh bank sampah kami beserta daftar harganya.
Selain sebagai tabungan, sampah yang dikumpulkan oleh nasabah juga bisa ditukarkan dengan barang-barang yang dijual di HL Ecomart, mini market yang dikelola oleh Hijau Lestari. Sampah ini dibanderol sesuai harga yang ditetapkan oleh Hijau Lestari, kemudian ditukar dengan voucher. Voucher tersebut digunakan sebagai diskon untuk berbelanja. Hijau Lestari juga pernah bekerja sama dengan Twin Tulipware untuk mengurangi sampah plastik akibat penggunaan plastik sekali pakai. Beberapa item sampah dapat ditukarkan dengan diskon hingga 50% untuk mendapatkan produk-produk tertentu dari Twin Tulipware.
Dengan sistem ini, masyarakat akan lebih termotivasi untuk
memilah sampah, mengumpulkan, lalu memanfaatkannya untuk ditukar dengan diskon
belanja. Bahkan dengan inovasi sistem online yang sempat dikembangkan oleh
Hijau Lestari bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Bandung waktu itu, tabungan sampah ini juga bisa digunakan untuk membayar biaya
listrik PLN. Ternyata dari sampah yang sering kita pandang sebelah mata, banyak
manfaat bisa kita dapatkan. Namun, yang perlu kita ingat: pemilahan sampah ini
hanyalah satu dari sekian banyak ikhtiar yang bisa dilakukan jika kita sudah
telanjur menghasilkan sampah. Tentu akan lebih bijak jika kita memulai usaha
zero waste dari pangkalnya, yaitu mencegah dan mengurangi jumlah sampah itu
sendiri.
Tautan terkait:
- Tentang Hijau Lestari
- Unit Bank Sampah Hijau Lestari
- Pemkot Bandung Apresiasi Gerakan Bank Sampah Hijau Lestari
Menarik Yus, kebayang di sini banyak sepuh, berasa dapat panggilan sebagai yang muda #eaaa
ReplyDeleteHahaha gpp kali, Teh.
Delete