Monday, July 05, 2021

Tentang Lari



Have you ever been running for the sake of running itself?

Perjalananku menyukai olahraga lari dimulai sekira tahun 2015. Awalnya hanya untuk menantang diri sendiri, alias menjajal kemampuan diri. Bertahun-tahun aku memang tidak pernah menyukai lari. Aku masih ingat, sejak masa sekolah dulu, tiap kali guru olahraga menyuruh berlari maka aku akan berkeluh kesah panjang pendek. Biasanya aku termasuk siswa yang tiba paling akhir, dan tentunya lebih banyak berjalan dibanding berlari.

Pada 2015 itu aku bertanya tentang kiat bagaimana mulai berlari pada beberapa teman yang kulihat sudah biasa berlari. Pada awalnya aku cukup skeptis karena selama ini aku selalu megap-megap tiap berlari. Dari yang awalnya cuma kuat 2K, lama kelamaan meningkat menjadi 3K, lalu 5K. Kemudian aku hamil anak ke-4 dan berhentilah semua aktivitas lari 😂

Beberapa waktu pascapersalinan aku kembali mulai berlari. Kukira aku akan mulai dari nol, tetapi level kebugaranku ternyata tidak terlalu menurun—memang sebelumnya aku sudah rutin melakukan senam aerobik dan yoga—jadi aku tinggal “memanaskan mesin” sedikit hingga akhirnya aku biasa menempuh 5K setiap kali berlari. Tiga tahun setelah itu aku kembali hamil anak ke-5 dan aktivitas lari kembali berhenti.

Pascapersalinan I came back stronger. Jarak mulai bisa diperjauh menjadi 7K. Kemudian ketika aku sedang bersiap meningkatkan jarak menjadi 10K, pandemic hit the world. Latihan lari yang tadinya biasa kulakukan di track lari akhirnya kualihkan ke jalanan kompleks. Hikmah pandemi yang mengharuskanku WFH memungkinkan aku mengatur waktu dengan fleksibel dan aku malah jadi semakin sering berlari.

Tahun 2020 aku berhasil menempuh 10K pertamaku, kemudian ikut serta dalam kemeriahan ITB Ultra Marathon sebagai race pertama untuk jarak 10K. Sebagai slow jogger dengan easy run pace berkisar di angka 9-10 karena riwayat heart rate selalu tinggi, aku lebih berminat meningkatkan performa endurance daripada speed. Maka training plan aku tingkatkan untuk mulai melirik Half Marathon. Tepat sebelum Ramadhan 2021, aku berhasil menyelesaikan Half Marathon mandiri sejauh 21,1K mengelilingi Kota Bandung.

Di era medsos seperti sekarang ini, sangat sulit untuk tidak membandingkan kemampuan diri dengan pencapaian orang lain. Seringkali aku iri melihat performa teman-teman yang jauh lebih keren, misalnya: newbie runner yang bisa berlari lebih kencang dengan HR lebih rendah daripada aku 🤣



Namun, kemudian aku ingat: di yoga aku belajar tentang self acceptance, tentang bagaimana menerima diri seutuhnya tanpa membandingkan dengan orang lain. Yang harus dibandingkan dengan diri kita yang sekarang adalah diri kita yang dulu. Dan kalau melihat ke belakang, tentunya aku sudah berprogres. Dulu HR amanku berada di pace 11, kini pace 9 pun masih bisa aman. Dulu aku cuma bisa berlari 2K, sekarang paling jauh sudah bisa HM.

Kalau dulu aku berprinsip yoga is not a competition, it's all about BEING YOU … maka kini aku juga berprinsip running is not a competition, it's all about BEING YOU. Let’s run for the sake of running itself, bukan karena ingin dianggap bisa atau ingin dianggap keren. Just enjoy every step … karena sesungguhnya ketika berlari, kita sedang berkontemplasi untuk mensyukuri nikmat sehat dan berdialog untuk lebih memahami diri sendiri.

📷: Bersama Tim "Mamah Gajah & The Bandito" siap menyongsong ITB 101 Virtual Run periode 4 Juli - 15 Agustus 2021, masing-masing orang berlari sejauh 10,1K (single run).

No comments:

Post a Comment