Wednesday, October 31, 2007

Murah = Tidak Berkualitas ??

*sebel banget mode ON*

Pagi tadi aku pergi ke puskesmas Sukadami, puskesmas setempat di Cikarang, dalam rangka mencari Surat Keterangan Sehat. Karena aku baru pertama kali ke situ, aku nggak tahu kalau sedari awal aku harus minta formulir Surat Keterangan Sehat di bagian pendaftaran *biasanya kita mintanya kan sama dokternya, ya meneketehe gitu lohh*. Jadi di situ aku cuma daftar aja.

Nah, pas aku balik ke bagian pendaftaran buat minta formulir itu, beberapa ibu petugas di situ pada ngomel-ngomel. Kenapa tadi nggak bilang, kata mereka. Ya MENEKETEHE!! Nggak berhenti sampai di situ, ketika mereka tahu kalau aku nggak tahu rumahku RT/RW-nya berapa, mereka tambah marah-marah. Mereka bilang, kalau jadi pendatang itu harus lapor ketua RT dulu. Masih ditambah dengan kata-kata kasar "dasar pendatang" yang ditimpali omongan ibu-ibu petugas yang lain. Gimana nggak bikin panas kuping.

FYI, waktu aku pertama kali menetap di Cikarang, aku udah nanya-nanya tetangga tentang siapa ketua RT yang perlu dilapori. Tapi di perumahanku ternyata emang nggak model sistem RT kayak gitu. Semua kebutuhan warga ditangani oleh pihak pengembang, jadi jabatan RT ya jadinya enggak fungsional. Sampai sekarang aku nggak pernah tahu rumahku itu RT/RW berapa.

Makanya aku jadi panas banget diomel-omelin ibu-ibu petugas puskesmas sampai kayak gitu. Bawel dan rese banget sih. Nggak ramah sama sekali, secara mereka tuh berada di bagian yang langsung berhadapan dengan masyarakat gitu lohh. Tiba-tiba aku jadi ingat dengan petugas bagian pendaftaran di Poliklinik ITB. Sama persis. Kalau melayani pelanggan pakai ngomel-ngomel, nggrundel, sambil muka ditekuk. Tapi persis setelah itu langsung bisa ketawa-ketiwi bercanda sama temen-temennya. Giliran menghadap ke pelanggan, muka ditekuk lagi. Kok ya ada orang yang bisa kayak gitu. Amit-amit.

Aku sih bisa maklum ya, kalau waktu udah sore dan mereka mungkin kelelahan hingga sedikit nggak ramah. Tapi ini pagi hari gitu lohh. Emang dari sononya udah niat nggak ramah 'kalee. Kata mamiku, mereka bersikap seperti itu mungkin karena gaji mereka kecil, atau karena kita bayar murah. Iya sih, kalau di Poliklinik ITB, sekali datang cuma bayar 5 ribu (udah termasuk obat) kalau kita masih berstatus sebagai mahasiswa. Sedangkan puskesmas yang hari ini tadi malah gratis.

Tapi nggak bisa gitu juga dong. Mentang-mentang karena gaji mereka sedikit atau kita bayar murah, bukan berarti kita nggak berhak atas pelayanan yang baik. Masa cuma rumah sakit mahal aja yang pelayanannya berkualitas. Kalau kayak gini terus, slogan "pembeli adalah raja" jadi terasa omong kosong belaka. Duh, Indonesia... Contoh dong negara-negara maju yang mengutamakan kualitas dalam pelayanan *jadi inget tulisan Desi di sini*.

Kalau nggak diharuskan dapat Surat Keterangan Sehat dari dokter pemerintah, nggak akan aku pergi ke puskesmas itu lagi. Amit-amit. Mending bayar mahal daripada dilayani setengah hati.

4 comments:

  1. sedih sekali, tapi itu kenyataannya. etos kerja kita masih rendah. kalau fasilitas bagus harga mahal, belum tentu bisa membayar. kalau mau dibenahi, dari sistemnya harus didukung oleh semuanya. semuanya harus baik, nggak cuma menyalahkan pihak2 stakeholder atas pembangunan yang dinilai nggak berhasil.

    ReplyDelete
  2. Lho, aku sih nggak akan menyalahkan kalo mereka nggak patut disalahkan. Emang sih semua pembenahan dimulai dari diri sendiri. Paling tidak aku udah hidup dengan idealismeku untuk jadi warga negara yang baik, sampe2 mas catur aja jengah sama perilakuku yang serba taat aturan. Aku juga fair kok kalo nyalahin orang. Khusus untuk kasus ini, ibu2 puskesmas itu emang nyebelin :(

    *masih sebel mode ON*

    ReplyDelete
  3. Kepada Yth, mba yustika
    Saya atas nama puskesmas sukadami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas perlakuan yang tidak nyaman dari petugas kami. Saya juga mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang mba yustika berikan. Semoga kami dari pihak puskesmas sukadami dapat melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Maaf apabila keluhan ini baru direspon sekarang karena kebetulan saya baru bertugas sebagai kepala puskesmas sukadami pada bulan februari dan baru saat ini juga membaca keluhan yang anda tulis.

    Hormat kami

    dr. M. Zulfikar Abadi
    Ka. Puskesmas Sukadami

    ReplyDelete