Friday, April 18, 2008

"Gw Bisa Sendiri Tanpa Elo!"

”Yang, besok aku ke Makassar...”

Begitu kata suamiku kemarin siang mengabarkan bahwa dia ditugaskan keluar kota sampai Ahad. Kenapa sih mesti weekend? Aku merutuk dalam hati, sedikit tidak terima. Pupus sudah rencana yang dari kemarin sudah terbayang. Sedianya akhir pekan ini dia akan menemaniku senam hamil, lalu jalan-jalan ke Kids Expo di Sabuga untuk melihat-lihat pameran perlengkapan anak (alangkah menyenangkannya kegiatan ini bila dilakukan bersama suami). Dan yang lebih krusial lagi, akhir pekan ini kami akan merayakan hari ulang tahun pernikahan yang pertama.

Ya, our 1st anniversary. Salahkah aku bila minta waktu lebih banyak untuk momen yang satu ini? Sudah sejak sepekan yang lalu aku menanti-nanti. Bahkan sejak Senin aku sudah berangkat kerja dengan menghitung hari. Lalu tiba-tiba aku harus melewati Jumat dan Sabtu seorang diri. Antusiasme yang biasanya menyertai Jumat pagi kini menguap sudah, sadar malam nanti nggak ada yang akan dibukakan pintu.

Dalam hati aku berkata, ”Gw bisa sendiri tanpa elo!”. Tapi kenapa di sudut hati ada rasa perih ya? Apa ini perasaan sedih lagi? Ah, bukan. Bukan perasaan sedih. Lalu apa? Kesadaran yang perlahan merembesi hati berkata bahwa itu lebih pada rasa marah dan kesal. Mau marah pada suami? Jelas tak mungkin, dia kan hanya menjalankan tugas. Mau marah pada bos atau kantor suami? Eh, emang gw siapa?? Yah, akhirnya cuma bisa pasrah saja, cuma bisa terima saja. Memangnya bisa apa lagi?

Rupanya ada juga sedikit rasa marah itu yang jadi bagian dari flashback tentang komentar Amorita yang lalu, tentang kemandirian dan ketergantungan. Rupanya aku belum bisa sepenuhnya lupa tentang itu. Padahal niatku sih mau forgotten, siapa tahu belum bisa forgiven. Eh, ini forgiven belum, forgotten juga belum. Lagi-lagi aku ingin berkata, ”Gw bisa sendiri tanpa elo!” *atau jangan-jangan kalimat ini muncul dari responku terhadap komentar Amorita ya?*

Hmmm, kayaknya aku harus menata ulang rencana weekend ini yang berantakan. Mau bersenang-senang dengan jalan-jalan dan makan-makan untuk menghibur diri... atau mengurung diri di rumah di antara tumpukan buku-buku yang belum sempat terbaca? Belum tahu sih. Yang pasti, aku mau don’t care aja ah sama kepergian suami. Nanti kalau dipikirkan malah jadi tambah marah dan kesal. Why should I care anyway? Kan ”Gw bisa sendiri tanpa elo!”.

1 comment:

  1. :)
    aku tau rasanya..
    udah sering kayak gitu juga :)

    maaf ya kalo saja ada komentar2ku yang kurang berkenan

    ReplyDelete