Sembilan bulan itu hampir berakhir. Pas aku nulis ini, usia kehamilanku 37 minggu jalan ke 38 minggu. Berarti kira-kira dua sampai tiga minggu lagi aku akan menyandang status sebagai bunda. Jadi perempuan, lalu istri, dan akhirnya bunda.
Fiuhhh, benar-benar nggak kerasa lho perjalanan sembilan bulan ini. Rasanya baru kemarin aku mewek karena nggak kunjung-kunjung hamil. Rasanya juga baru kemarin aku tersenyum-senyum melihat hasil testpack yang positif. Pengen flashback sebentar ah.
Kehamilan bulan pertama dan kedua kujalani dengan sembarangan. Hehehe, habis waktu itu nggak tahu kalau udah hamil. Bulan-bulan itu ada flek-flek yang keluar, jadi kukira aku masih haid aja. Tapi kok mual dan muntahnya nggak karu-karuan. Dan sebelumnya udah testpack juga, hasilnya negatif.
Mual dan muntah semakin berlanjut. Testpack kedua dijalani. Positif! Langsung bangunin suami untuk kasih tahu. Aku nggak akan pernah lupa ekspresinya waktu itu. Lebih kepada ekspresi tertegun daripada ekspresi bahagia. Maklum, waktu itu suami pengen aku punya pekerjaan dulu baru punya anak. Mungkin dia agak kecewa *sigh*.
Akhirnya pada 26 November 2007, aku periksa ke dokter untuk pertama kalinya. Ketemu sama dokter kandungan yang baik dan sabar banget, enak plus perhatian, namanya dr. Piliansjah Thomas, SpOG. Kaget juga waktu dikasih tahu kehamilanku udah 10 minggu. Fiuhh, ke mana aja, Buuuu. Untung bayiku sehat. Padahal dua bulan pertama itu aku pontang-panting cari kerjaan ke Jakarta, naik bus pagi-pagi, kadang nggak sarapan, dan sering makan sembarangan. Masya Allah.
Bulan-bulan selanjutnya aku masih periksa ke dr. Piliansjah Thomas, SpOG... tapi pindah ke tempat prakteknya di R.S. Siloam International, Lippo Cikarang. Deket rumah banget tuh. Layanan dan fasilitas rumah sakitnya oke. Aku dulu selalu mengira akan melahirkan di sini. Ternyata Allah berkehendak lain.
2 Februari 2008 (kehamilan 20 minggu), aku pindahan ke Bandung. Meninggalkan segala kenangan di Cikarang dengan perasaan campur aduk. Waktu itu aku nggak bisa dibilang bahagia, meskipun keterima kerja sebagai pegawai negeri, karena aku nggak bisa ngebayangin bakal hidup sendirian di Bandung, tanpa keluarga dan tanpa suami, dalam keadaan hamil pula. Maka bulan-bulan awal di Bandung hampir tiap hari kulalui dengan menangis... kangen suami, merasa kesepian, tak berdaya, dan butuh dukungan.
Lambat laun aku nggak lagi gloomy. Meskipun sampai detik ini aku masih berjuang menemukan jawaban dari pertanyaan ”kenapa aku musti bekerja?”, meskipun sampai sekarang kantor dan pekerjaan belum juga berhasil menarik minatku... alhamdulillah aku udah bisa tersenyum. Yah, mungkin ada hikmah di balik ”dipisahkannya” aku dari suami. Hikmah itu yang sampai sekarang masih berusaha kukais terus *tapi belum ketemuuuu*.
Trimester kedua adalah masa kehamilan yang paling menyenangkan. Mual dan muntah udah jauh berkurang dan kandungan belum terlalu berat. Meskipun kondisi psikologis carut marut, sesungguhnya semua serba dimudahkan oleh-Nya. Semua hal berjalan sebagaimana mestinya. 5 April 2008 (kehamilan 29 minggu), aku mulai periksa ke dr. Eddy Haswidi, SpOG di R.S. St. Borromeus, Bandung. Dokternya sebenarnya baik, tapi sayang kalau meriksa cepet banget karena pasiennya banyak.
Memasuki trimester ketiga, aku ikut Diklat Prajabatan. Baca kisahnya di sini. Aku mulai ikut senam hamil di R.S. St. Borromeus. Aku udah menjatuhkan pilihan, insya Allah akan melahirkan di sini. Nah, trimester ketiga ini yang paling berat. Jalannya udah berat karena kandungan makin berat. Mau cari posisi tidur yang enak pun sulit karena perut udah gede.
24 Mei 2008 (kehamilan 35 minggu), aku periksa lagi. Dokter bikin reaksi yang sedikit mengejutkan, mukanya tampak kuatir karena posisi bayiku masih juga belum bener. Bukan sungsang, agak melintang tepatnya. Kepala sih udah di bawah, tapi masih miring ke kiri. Padahal *katanya* usia segitu kepala udah harus masuk ke rongga panggul. Sama suster aku dibilangin supaya nungging dua kali sehari, masing-masing 15 menit. Orang-orang pada nuduh aku nggak banyak jalan, padahal aku suka jalan pagi dari rumah ke kantor lho. Aku juga dirujuk ke bagian USG untuk USG lengkap.
5 Juni 2008 (kehamilan 37 minggu), bayiku di-USG lengkap, mulai dari kepala, spinal, thorax, abdomen, jantung, bla bla bla, dan banyak lagi (nggak ngerti aku istilah medisnya). Alhamdulillah semua baik, senangnya. Posisi kepala udah pas. Detak jantungnya bagus. Aliran darah dari plasenta ke bayi dan sebaliknya juga lancar. Beratnya 2,8 kg. Pokoknya semua baik. Alhamdulillah. Jadi pas kontrol ke dr. Eddy Haswidi, SpOG tanggal 7 Juni kemarin, tinggal cek-cek sebentar terus pulang deh. Lega.
Masuk kerja tinggal seminggu lagi. Perlengkapan bayi udah dibeli semua. Sekarang tinggal nunggu lahiran. Kemarin aku sempat beli buku soal persalinan dan menyusui, juga soal serba-serbi bayi baru lahir. Hihihihi, habis baca itu kok malah jadi takut. Ngeri aja ngebayangin sakitnya. Allah, mudahkanlah dan lancarkanlah segalanya.
Satu hal yang masih jadi ganjalan di pikiranku, ke mana ya aku harus cari babysitter buat bayiku nanti? Aku nggak mau cari sembarangan, secara sekarang ini banyak cerita serem soal pengasuh. Yang menganiaya anak lah, yang bawa kabur anak lah, yang ngurung anak sementara dia pacaran di luar lah... bikin paranoid aja.
Minta doa dari semuanya yaaaa... Semoga persalinan dan pasca-nya bisa berjalan mudah dan lancar. Aminnn.
Foto diambil dari sini.