Bahasan tentang hidup kali ini sedikit mengerucut pada karir. Lewat blog-nya, Ilma rajin sekali meng-update visi karir.
Hmm, lagi-lagi merujuk ke Ilma. Nggak apa-apa ya. Soalnya temanku yang satu ini orangnya memang terencana sekali *hehehe, apa nggak capek ya kejar-kejaran sama target*
Kembali ke soal karir. Berbicara tentang visi karir, di lembaga litbang seperti kantorku ini, banyak karyawan yang punya target dalam berkarir. Sebagai tempatnya para peneliti, banyak yang berharap bisa disekolahkan lagi ataupun mematok target tertentu dalam jabatan fungsional. Bagaimana denganku? S2? Nggak ah. Masuk ke fungsional? Sepertinya rada nggak berminat.
Lho bagaimana ini, apa nggak malu dengan para peneliti lain yang pada punya integritas? Nggak tuh. Karena untuk sekarang ini, prioritas utamaku adalah Hanif. S2 atau jabatan fungsional mah lewattt.
Dan karena prioritas utamaku adalah Hanif, maka aku nggak iri melihat pencapaian teman-teman lain dalam hal kerjaan ini. Anis Rohanda, temanku di BATAN Serpong, minggu lalu udah berhasil menampilkan poster hasil penelitiannya di Seminar Nasional TKPFN-14. Arum, temanku di BATAN Jogja, sebelumnya juga udah jadi peserta di seminar internasional MIPA di ITB. Tapi... bener-bener nggak iri tuh.
Aku baru iri sama Mbak Dini yang meskipun anaknya kembar dan ditinggal kerja, masih bisa mencukupi ASI-nya. Juga iri sama Bu Sinta, kolega dari BATAN Serpong, yang sampai sekarang *anaknya 1 tahun lebih* masih bisa ASI eksklusif. Trus ngerasa kecewa banget waktu kelewat momennya Hanif tengkurep untuk pertama kalinya.
Dan aku rasa bakal jadi my greatest achievement adalah kalau aku bisa jadi bunda terbaik buat Hanif *dan adik-adiknya kalau ada hehehe*. Visi karir menjadi stay-at-home mom? Teuteupp...
”Purpose of life akan ia perjelas setiap kali penulis menuliskan sesuatu pada jurnalnya, setiap kali langkah si penulis semakin mendekatkan ia pada purpose of life-nya... ini bisa menginspirasi orang-orang di sekitarnya untuk memiliki purpose of life yang jelas dan terus melangkah untuk mencapainya.”
(tulis Ilma di sini)
Hmm, lagi-lagi merujuk ke Ilma. Nggak apa-apa ya. Soalnya temanku yang satu ini orangnya memang terencana sekali *hehehe, apa nggak capek ya kejar-kejaran sama target*
Kembali ke soal karir. Berbicara tentang visi karir, di lembaga litbang seperti kantorku ini, banyak karyawan yang punya target dalam berkarir. Sebagai tempatnya para peneliti, banyak yang berharap bisa disekolahkan lagi ataupun mematok target tertentu dalam jabatan fungsional. Bagaimana denganku? S2? Nggak ah. Masuk ke fungsional? Sepertinya rada nggak berminat.
Lho bagaimana ini, apa nggak malu dengan para peneliti lain yang pada punya integritas? Nggak tuh. Karena untuk sekarang ini, prioritas utamaku adalah Hanif. S2 atau jabatan fungsional mah lewattt.
Dan karena prioritas utamaku adalah Hanif, maka aku nggak iri melihat pencapaian teman-teman lain dalam hal kerjaan ini. Anis Rohanda, temanku di BATAN Serpong, minggu lalu udah berhasil menampilkan poster hasil penelitiannya di Seminar Nasional TKPFN-14. Arum, temanku di BATAN Jogja, sebelumnya juga udah jadi peserta di seminar internasional MIPA di ITB. Tapi... bener-bener nggak iri tuh.
Aku baru iri sama Mbak Dini yang meskipun anaknya kembar dan ditinggal kerja, masih bisa mencukupi ASI-nya. Juga iri sama Bu Sinta, kolega dari BATAN Serpong, yang sampai sekarang *anaknya 1 tahun lebih* masih bisa ASI eksklusif. Trus ngerasa kecewa banget waktu kelewat momennya Hanif tengkurep untuk pertama kalinya.
Dan aku rasa bakal jadi my greatest achievement adalah kalau aku bisa jadi bunda terbaik buat Hanif *dan adik-adiknya kalau ada hehehe*. Visi karir menjadi stay-at-home mom? Teuteupp...
hehehehe..sharing ya yus :D
ReplyDeleteaku yakin cepat atau lambat kamu juga akan jadi stay at home mom kok..
(misalnya: ketika kamu punya anak lagi :D, misalnya loh..)
ada baiknya suami kamu itu.. jalani aja dengan sebaik2nya..sebaik yang kamu bisa.. dengan ikhlas..kalo itu udah jadi takdirmu..
aku pernah tidak nyaman lalu berusaha melawan takdir..waktu aku pindah ke uns itu karena merasa tidak cocok dengan kuliahku..hasilnya malah tambah kacau semua :D kemudian aku putuskan, untuk berdamai dengan apa yang jadi takdirku. ada memang hal2 yang bisa diubah, ada pula hal2 yang lebih baik kita terima dan kita jalani sebaik2nya.
smg kita semua bahagia.
luv,
ilma
to Ilma:
ReplyDeleteNo no no, don't get me wrong. I'm not complaining. In fact, I'm enjoying my life. I really am.
My life is already perfect. I have a wonderful husband, a gorgeous son, and a loving-care family. Well, what else could it be?
Maybe things don't seem like the way I want them to be. But I'm sure they seem like the way they should be. That's the way it is.
My destiny is in Allah's hand. I have to deal with it and do my best. I'm really grateful to be alive and to live this life everyday :)