Selama dua bulan menjalani cuti melahirkan, aku selalu di rumah ngurusin Hanif. Hampir nggak pernah aku keluar rumah karena selalu was-was dan nggak tega ninggalin Hanif. Maklum, dia masih ASI eksklusif. Asupan tubuhnya cuma dari ASI. Jadi tiap kali keluar rumah, aku harus memastikan stok ASI di kulkas cukup. Nah, bagaimana kalau pas ditinggal dia kehabisan stok ASI? Nah, itu yang selalu bikin aku deg-degan tiap kali keluar rumah.
Minggu pertama aku kembali kerja, ada semacam euforia yang melegitimasi perasaan bebas dari keterkungkunganku di rumah. Akhirnya bisa juga aku jalan sendiri, begitu pikirku. Don’t get me wrong. Aku amat sangat menikmati hari-hari di rumah. Aku masih tetap pengen jadi ibu rumah tangga. Tapi ngurus anak bisa sangat melelahkan. Setiap hari aku capek dan kurang tidur karena Hanif bangun dan pipis sesuka hati, bahkan tengah malam sekalipun. Belum lagi kalau dia nggak mau tidur-tidur dan minta gendong terus. Makanya ketika akhirnya aku bisa keluar rumah, sejenak lepas dari Hanif, nggak bisa kupungkiri... ada sedikit kelegaan karena bisa ”beristirahat dari rutinitas”.
Minggu pertama aku kembali kerja itu pula, aku jalan sendiri ke Gramedia, Merdeka Arcade Factory Outlet, dan Hypermart BIP. Ceritanya aku lagi pengen punya me-time, meski sebenarnya ke Hypermart buat belanja kebutuhan Hanif juga. Pas di Gramedia sih masih asyik cari dan baca buku lama-lama. Tapi pas di Merdeka Arcade Factory Outlet dan Hypermart BIP, nggak sadar aku udah makin gelisah. Sebentar-sebentar lihat jam. Milih-milih dan nyoba baju jadi nggak fun lagi. Malah pas di Hypermart, aku hampir lari-larian ambil barang yang dibutuhkan aja. Nggak sempat lagi window shopping.
Ternyata me-time-nya nggak berhasil. Setelah punya anak, jarang-jarang aku jalan sendiri seperti ini. Niatnya pengen memanjakan diri sendiri, yang ada malah perasaan gelisah. Inget Hanif di rumah, bertanya-tanya apakah stok ASI masih cukup, dan sedikit merasa bersalah karena ninggalin dia. Huhuhu, jadi emak-emak gini emang susah ya ke mana-mana sendiri, udah punya ekor sih.
Hanif... cepetan gede, biar bisa ikut jalan-jalan sama Bunda :p
Minggu pertama aku kembali kerja, ada semacam euforia yang melegitimasi perasaan bebas dari keterkungkunganku di rumah. Akhirnya bisa juga aku jalan sendiri, begitu pikirku. Don’t get me wrong. Aku amat sangat menikmati hari-hari di rumah. Aku masih tetap pengen jadi ibu rumah tangga. Tapi ngurus anak bisa sangat melelahkan. Setiap hari aku capek dan kurang tidur karena Hanif bangun dan pipis sesuka hati, bahkan tengah malam sekalipun. Belum lagi kalau dia nggak mau tidur-tidur dan minta gendong terus. Makanya ketika akhirnya aku bisa keluar rumah, sejenak lepas dari Hanif, nggak bisa kupungkiri... ada sedikit kelegaan karena bisa ”beristirahat dari rutinitas”.
Minggu pertama aku kembali kerja itu pula, aku jalan sendiri ke Gramedia, Merdeka Arcade Factory Outlet, dan Hypermart BIP. Ceritanya aku lagi pengen punya me-time, meski sebenarnya ke Hypermart buat belanja kebutuhan Hanif juga. Pas di Gramedia sih masih asyik cari dan baca buku lama-lama. Tapi pas di Merdeka Arcade Factory Outlet dan Hypermart BIP, nggak sadar aku udah makin gelisah. Sebentar-sebentar lihat jam. Milih-milih dan nyoba baju jadi nggak fun lagi. Malah pas di Hypermart, aku hampir lari-larian ambil barang yang dibutuhkan aja. Nggak sempat lagi window shopping.
Ternyata me-time-nya nggak berhasil. Setelah punya anak, jarang-jarang aku jalan sendiri seperti ini. Niatnya pengen memanjakan diri sendiri, yang ada malah perasaan gelisah. Inget Hanif di rumah, bertanya-tanya apakah stok ASI masih cukup, dan sedikit merasa bersalah karena ninggalin dia. Huhuhu, jadi emak-emak gini emang susah ya ke mana-mana sendiri, udah punya ekor sih.
Hanif... cepetan gede, biar bisa ikut jalan-jalan sama Bunda :p
No comments:
Post a Comment