Monday, May 29, 2006

Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un


Aku baru saja selesai jogging dan senam aerobik di Sabuga ketika kabar itu sampai ke telingaku lewat teman-teman yang sedang istirahat di sekeliling lapangan tenis Sabuga. Mereka bilang, Jogja kena gempa sekitar pukul enam. Lalu mereka bilang, Solo juga kena. Aku panik, nggak tahu seberapa parah gempanya.

Sesampai di kost, aku langsung telepon ke rumah Solo. Nada tersambung tapi nggak ada yang angkat. Lalu coba telepon ke HP Papi. Alhamdulillah, Papi bilang semua baik-baik saja dan udah pada beraktivitas seperti biasa. Masih belum yakin, aku telepon ke HP Bulik. Bulik juga bilang semua baik-baik saja, tapi ada beberapa genteng yang pecah. Baru petangnya aku bisa ber-sms-an dengan Yesti, adik kecilku tersayang.

”Iyo,Alkhamdulillah bgt sini g pa2.Pdhal dibrita TATV da RS disolo yg nrima korban luka2(rmhny runtuh).Solo Square&RS Panti Waluyo retak2...” (Yesti, Solo 27/05/06, 18.06)

”Wedi bgt Mbaak... Alkhamdulillah ra telat.Mau ning skolah yo kon metu skitar jam 10 pas ana gempa susulan&KBM thambat 15 menit ning q ra krasa yen ana gempa.” (Yesti, Solo 27/05/06, 18.18)

Artinya: ”Takut bgt Mbaak... Alhamdulillah nggak telat (sekolah). Tadi di sekolah juga disuruh keluar sekitar jam 10 pas ada gempa susulan dan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) terhambat 15 menit tapi aku nggak ngrasa kalau ada gempa.”

Yesti juga cerita keadaan rumah ketika gempa menguncang Solo.

”Ibu lg nulis2 ning kmr&q lg maem.Q krasa lampune kedip2 trus gempa(rsne munggah midun).Q mlayu sik,trus ibu triak!Bpk ning garasi malah ra krasa.Q wedi bgti mbak!” (Yesti, Solo 27/05/06, 18.33)

Artinya: ”Ibu lagi nulis-nulis di kamar dan aku lagi makan (sarapan). Aku ngrasa lampunya kedip2 lalu gempa (rasanya naik turun). Aku lari duluan, lalu ibu teriak! Bapak di garasi malah nggak ngrasa. Aku takut banget mbak!”

Karena aku punya banyak teman dekat di Jogja, tak urung hatiku ikut ketir-ketir juga. Sudah dua hari aku coba menghubungi Mas Dian tapi nggak bisa-bisa. Mas Dian ini (kalau nggak salah) tinggal di Bantul, daerah yang paling parah kerusakannya. Alhamdulillah, Mas Didik kasih kabar kalau Mas Dian dan Mas Agri beserta keluarga di Jogja baik-baik saja. Berikut ini sms dari teman-teman yang tinggal di Jogja.

”Alhamdl,jogja udh gpp meski listrik msh mati,telp smbngn rusak.Aq ngungsi ke solo,yus...” (Ilma, Solo 29/05/06, 11.40)

”Pas gmpa ak dslo yus.. Alhmdllh tmn2 kos n klrga djgja gpp.Ktny msh da gmpa ssln kcil2... (Ratna, Solo 29/05/06, 11.48)

”Alhamdulillah aku sakkeluarga gpp,omah jg gpp. Tp gempane ncen krasa bgt. Pas iku,kbh sakkeluarga ngumpul,ana mbak+masku. Plsku entek,maaf yo suwi. Solo piye? Keluarga gpp to?” (Mbak Erti, Jogja 30/05/06, 12.04)

Ada pula sms dari teman dekat, seorang mahasiswi co-ass Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Suami temanku ini juga seorang dokter.

”Alhamdulillah ira skeluarga sehat yus..Maaf skali br balas,dari kmrn ira di rumkit terus,korban datang terus sampai sore ini.Mhn doanya ya yus...” (Ira, Jogja 29/05/06, 17.49)

Masya Allah... DepSos mencatat hingga hari Selasa 30/05/06 pukul 07.00 WIB, korban meninggal sebanyak 5.427 jiwa. Korban meninggal terbanyak terdapat di Bantul (3.310 jiwa) dan Klaten (1.668 jiwa). Masya Allah... Klaten cuma berjarak 40 menit dari rumahku. Alhamdulillah banget keluargaku nggak apa-apa.

Lima ribu empat ratus dua puluh tujuh jiwa. Dan bisa jadi masih akan terus bertambah. Guys, it’s not just about numbers. Tiap kali kita mendengar tentang bencana dan tingkat kerusakannya, yang terpikir oleh kita hanyalah angka dan angka. Padahal dukanya jauh lebih dahsyat daripada sekedar angka. Bayangkanlah satu orang yang paling kita cintai meninggal. Udah kebayang seperti apa dukanya? Lalu kalikan duka itu sebanyak 5.427 kali. Sekarang kebayang kan dahsyatnya?

Duka ini, duka kita bersama...

No comments:

Post a Comment