Monday, May 08, 2006

Horcrux dan Belahan Jiwa


”Horcrux adalah sebutan bagi benda yang digunakan orang untuk menyembunyikan sebagian jiwanya. ... kau membelah jiwamu dan menyembunyikan belahannya dalam benda di luar tubuh. Kemudian, bahkan jika tubuh orang itu diserang atau dihancurkan, orang itu tak bisa mati, karena sebagian jiwanya tetap terikat kepada bumi dan utuh.” (Horace Slughorn, Harry Potter dan Pangeran Berdarah-Campuran)

Aku memikirkan kutipan di atas dengan cara yang tak bisa kupahami. Serasa jadi de ja vu, ketika tiba-tiba aku berpikir tentang belahan jiwa. Oh ya, bahkan kupikir belahan jiwa itu hampir mirip dengan asosiasi horcrux dalam pikiranku. Mungkin tidak sama persis, tapi ada kemiripannya.

Bukankah ketika kau memiliki seseorang yang kauanggap belahan jiwa, kau menyerahkan sebagian jiwamu padanya? Mendadak hari-harimu tak lagi terasa lengkap tanpanya. Kau telah kehilangan sebagian jiwamu dengan cara yang --ajaibnya-- justru lebih melengkapi hidupmu.

Seperti Voldemort yang lebih sakti karena horcrux-nya, kau juga menjadi lebih kuat karena belahan jiwamu. Kau seperti punya lebih dari satu kekuatan yang tak letih-letih menyanggamu. Padanya kausembunyikan sebagian jiwamu, suka dukamu, kisah kasihmu. Padanya kaubagi tawamu, tangismu, mimpi-mimpimu.

Lalu seperti Voldemort yang lebih mudah dibunuh setelah horcrux-nya dihancurkan, kau juga menyemai kerapuhan bila belahan jiwamu tiada. Kau akan limbung, tak tahu bagaimana harus berbuat. Kau bahkan tak bisa melakukan hal-hal sederhana tanpa kekuatan darinya.

Dan ketika kau hancur dalam kefanaan dunia, mungkin kau telah mati dalam konteks kehidupan. Tapi bukankah sejatinya kau tak pernah mati dalam kenangan hati belahan jiwamu yang telah kaudahului? Sebagian jiwamu tetap terikat padanya, membuat kau selamanya hidup dalam sanubarinya.

”Saya rasa yang paling menakjubkan dari orang-orang yang kita kasihi adalah, sebagian dari diri mereka sebenarnya terus hidup dalam diri kita meskipun mereka telah tiada. Itulah persembahan cinta mereka yang terdalam.” (Salim, 19 Oktober 2004, 23.34)

[Teruntuk belahan jiwaku, di manapun kau berada...]

No comments:

Post a Comment