Monday, October 11, 2004

Ada Apa Dengan Pernikahan?

Benarkah menikah didasari oleh kecocokan? Kalau dua-duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa langgeng. Kalau sama-sama suka sop buntut berarti masa depan cerah... (that simple?)

Berbeda dengan sepasang sandal yang hanya punya aspek kiri dan kanan, menikah adalah persatuan dua manusia, pria dan wanita. Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya. Kecocokan, minat, dan latar belakang keluarga bukan jaminan segalanya akan lancar. Lalu apa?

MENIKAH adalah proses pendewasaan. Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku yang kuat dan berani. Berani menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan untuk menemukan jalan keluarnya. Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya? Harus ada komunikasi dua arah, ada kerelaan mendengar kritik, ada keikhlasan meminta maaf, ada ketulusan melupakan kesalahan, dan keberanian untuk mengemukakan pendapat.

Sekali lagi, MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta, bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil undangan yang memacetkan jalan.

MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuh, ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil.

MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam satu ruangan dimana kemesraan, ciuman, dan pelukan yang berkepanjangan hanyalah bunga.

Masalahnya bukanlah menikah dengan anak siapa, yang hartanya berapa, bukanlah rangkaian bunga mawar yang jumlahnya ratusan, bukanlah perencanaan berbulan-bulan yang akhirnya membuat keluarga saling tersinggung, apalagi kegemaran minum kopi yang sama...

MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan anda. Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana anda bisa memahami orang lain? Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana anda bisa memperhatikan pasangan hidup?

MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi dalam samudra, serta jiwa besar untuk menerima dan memaafkan.
Teori? (^_^) Fuuh, kapan ya saya menikah?

1 comment:

  1. Dari survay para anak kost. Nikah itu gak bisa dianalogikan ama sendal jepit. Buktinya anak2 di kost2an + tetangga itu, klo ke mesjid kadang pake sendal yg gak bagus. dan satu lagi, mereka cuex-cuex aja pake sendal yg beda warna dan anatominya. Jadi klo nikah dengan sistem sendal jepit kayaknya ...... . Ada yg mo mempraktekkannya ?

    ReplyDelete