Ketika aku mempersiapkan pernikahanku dua tahun silam, beberapa pihak terkait tidak percaya akan usiaku yang menjelang dua puluh lima waktu itu. Mereka pikir usiaku masih di bawah itu (baca ini).
Sekarang pun aku masih sering dikira lebih muda daripada usiaku sebenarnya. Anak-anak PKL di kantor sering memanggilku “Mbak” dan tidak mengira aku sudah punya anak, bahkan ada satu yang mengira aku masih kuliah dan sedang PKL juga ^^
Maka ketika aku mengingat kejadian sore itu, aku bisa terkikik sendiri. Kira-kira begini nih dialog antara aku dan Apriel—teman di tempat senam—waktu itu.
Giliran aku yang ternganga. Memangnya tampangku setua itu ya? *garuk-garuk kepala*
Sekarang pun aku masih sering dikira lebih muda daripada usiaku sebenarnya. Anak-anak PKL di kantor sering memanggilku “Mbak” dan tidak mengira aku sudah punya anak, bahkan ada satu yang mengira aku masih kuliah dan sedang PKL juga ^^
Maka ketika aku mengingat kejadian sore itu, aku bisa terkikik sendiri. Kira-kira begini nih dialog antara aku dan Apriel—teman di tempat senam—waktu itu.
Apriel : “Bu, hari ini aku ulang tahun lho.”
Aku: “Oh ya? Selamat ya. Yang keberapa?”
Apriel: “Dua puluh tiga, Bu.”
Aku: “Wah, masih muda ya. Selisih… umm… empat tahun sama aku nih.”
Apriel: “Ha? Cuma empat tahun? Jadi ibu dua tujuh ya. Aku kira ibu dua sembilan.”
Aku: “Haaaa?? Dua sembilan???”
Giliran aku yang ternganga. Memangnya tampangku setua itu ya? *garuk-garuk kepala*
No comments:
Post a Comment