Tadi selepas tarawih, aku nyari-nyari episode baru Kiamat Sudah Dekat di televisi. Ternyata nggak ada, yang ada malah Lorong Waktu 6. Yo wis lah. Karena udah terlanjur bawa sebungkus keripik Lay, jadilah aku nongkrong di depan televisi meninggalkan aktivitas packing *aku mau pulaanggg... yuhuuuu*.
Episode kali ini cukup menohokku. Kisahnya tentang pengingatan untuk peduli pada fakir miskin dan anak yatim, karena sebenarnya mereka adalah petunjuk jalan menuju surga. Dikatakan juga bahwa orang-orang lapar yang meminta-minta pada kita, sejatinya adalah perantara salam Rasulullah untuk kita.
Teringat kutipan dari Catatan Seorang Ukhti tentang fakir miskin dan anak yatim ini, ”Seandainya pun uang kita habis untuk memberi sedekah buat mereka, itu tidak jadi masalah. Karena kesempatan kita untuk mencari uang tetap lebih besar daripada mereka.”
Jadi malu. Karena sering menghitung-hitung uang yang akan disedekahkan. Karena sering menggelengkan kepala di perempatan ketika mereka mendatangi. Karena sering pura-pura tidur di bus atau menutup pintu rumah untuk menghindari mereka.
Jadi ingat Mas Catur. Berkaca dari pengalaman, harusnya aku memang malu sama dia, yang hampir selalu mengulurkan uang kecil untuk mereka. *Inget nggak, Mas... Kita sampai masuk ke sebuah plaza di Jakarta untuk membeli sesuatu demi memiliki kembali uang kecil, karena yang tersisa tinggal lembaran uang lima puluh ribuan...*
Ramadhan ini, semoga semuanya berubah menuju arah yang lebih baik!
Episode kali ini cukup menohokku. Kisahnya tentang pengingatan untuk peduli pada fakir miskin dan anak yatim, karena sebenarnya mereka adalah petunjuk jalan menuju surga. Dikatakan juga bahwa orang-orang lapar yang meminta-minta pada kita, sejatinya adalah perantara salam Rasulullah untuk kita.
Teringat kutipan dari Catatan Seorang Ukhti tentang fakir miskin dan anak yatim ini, ”Seandainya pun uang kita habis untuk memberi sedekah buat mereka, itu tidak jadi masalah. Karena kesempatan kita untuk mencari uang tetap lebih besar daripada mereka.”
Jadi malu. Karena sering menghitung-hitung uang yang akan disedekahkan. Karena sering menggelengkan kepala di perempatan ketika mereka mendatangi. Karena sering pura-pura tidur di bus atau menutup pintu rumah untuk menghindari mereka.
Jadi ingat Mas Catur. Berkaca dari pengalaman, harusnya aku memang malu sama dia, yang hampir selalu mengulurkan uang kecil untuk mereka. *Inget nggak, Mas... Kita sampai masuk ke sebuah plaza di Jakarta untuk membeli sesuatu demi memiliki kembali uang kecil, karena yang tersisa tinggal lembaran uang lima puluh ribuan...*
Ramadhan ini, semoga semuanya berubah menuju arah yang lebih baik!
Assm,..
ReplyDeleteGood Idea,..
Sekarang uang receh,.. ntar klo udah gawe yang kertas ya,.. mba ya, ya ya..... hehehe
Apalah arti 1000, 5000, 10000, 50000 etc jika udah di Mall (ngga sampai 5 minutes habis), tapi akan sangat berarti bagi mereka saudara kita yg membutuhkan... (bisa buat makan satu minggu kali... so selama 1 minggu pahala doa dari yg menerima terus mengalir...)
yuk.. cari "beningnya telaga
surgawi"
ingga2x... 2.5% x 100% salary or
2.5%x(salary-live cost/month)
(jika kita lupa... 4JJ akan mengambil hak mereka dari jalan yg ga terduga...)
Smoga sukses... Prend