Di hari ulang tahunku yang ke-25, aku bertengkar dengan Mas Catur. Persoalannya sebenarnya sepele sih: cuma masalah gorden. Seperti biasa, setelah pertengkaran, aku merenung. Kayaknya masalah ini jauh lebih dalam daripada masalah gorden deh.
Yap, betul. Masalahnya lebih dari kegusaranku akibat Mas Catur menganggap gampang membawa beberapa perangkat gorden ke Cikarang. Masalahnya lebih dari kekhawatiranku akan tercecernya tali gorden, atau kayu gorden, atau apa lah. Masalahnya lebih dari itu. Masalahnya adalah ketidakpercayaanku padanya.
Sebagai individu yang selama ini terbiasa bekerja sendiri mengatur apapun, terbiasa dengan what-to-do list, terbiasa terorganisir... rasanya masih susah menyerahkan otoritas pada orang lain. Susah banget membiarkan orang lain melakukan hal-hal untuk kita kalau kita tak terbiasa. Apalagi aku tahu kalau Mas Catur bukan tipe orang yang se-terorganisir aku. Selalu ada kekhawatiran ia akan melupakan sesuatu, merusakkan sesuatu, menjatuhkan sesuatu...
Hmm, aku masih dalam proses ternyata. Proses menjadikan hidupku beririsan dengan hidupnya, proses belajar percaya padanya. Ini hal yang signifikan tentu, karena di masa depan, padanya-lah aku akan melabuhkan harapan.
PS: Met ulang tahun yang ke-25 untukmu juga, Sayang. Semoga usiamu barakah, jadi suami dan imam yang shalih. Amin. *Hihihi, aku lebih tua tiga hari yak.*
segala sesuatu yg diserahkan kepada orang yg bukan ahlinya, ntar malah jadi kehancuran.
ReplyDeleteso, kl menurutku sih, kita harus mengakui sisi positif orang lain (pasangan).
kl ak ama suamiku sih ya, ak yg tiper terorganisir. ya jelas ak ga pernah akan mau nyerahin masalah ngatur2 sesuatu ke dia donk. lha wong ak lebih ahli kok. bukan sombong lho ini. tapi mengakui kemampuan diri sendiri dan kemampuan orang lain.
so... kl km merasa km lebih mampu melakukan A, ya jangan ngasihin A ke orang lain donk. pasangan sekalipun. ini ga ada hubungannya dengan masalah percaya atau tidak percaya
hmm, begitu ya...
ReplyDeletekalau menurutku sih masih ada hubungannya dengan kepercayaan, mbak. memang ada pembagian tugas berdasar kemampuan, tapi itu tidak berarti kita lantas jadi tidak mempercayai pasangan kita melakukan sesuatu kan?
kalau dalam kasus gorden ini, kebetulan memang dia yang punya otoritas mengaturnya karena aku sendiri sedang disibukkan dengan kegiatan lain yang jauh lebih penting *berlainan kota pula!*
kadang-kadang aku merasa, hal-hal yang sudah menjadi "bagian tugas"-nya sekalipun, masih jadi beban pikiranku akibat kekhawatiran kalau-kalau dia tidak melakukannya sesuai keinginanku. nah, ini yang sering jadi masalah.
jadi menurutku, kalau emang kita udah menyerahkan tugas sama dia, kita harus percaya sama dia. karena kemampuan kita kan juga terbatas. bukankah salah satu hal positif tentang pasangan adalah: selalu ada orang yang membantu di saat kita butuh? toh kita juga tidak bisa melakukan semuanya sendirian.