Gambar diambil dari sini |
“Writing is about making choices.”
Aku mendengar kalimat itu terucap dalam salah satu dialog di film Dawson's Creek belasan tahun silam. Dialog itu terjadi antara seorang dosen dengan mahasiswinya. Sang dosen berusaha menyemangati si mahasiswi agar tidak menyerah dalam melanjutkan tulisan yang telah dibuatnya karena tanpa ia sadari, sebenarnya ia seorang penulis yang–kata sang dosen–bagus. Paling tidak, ia berhasil memukau sang dosen lewat tulisan yang dibuatnya.
Padahal, si mahasiswi tidak suka kenyataan itu. Tulisan itu dibuatnya berdasarkan kisah nyata. Ia tidak suka melanjutkannya karena ia tidak suka pada kenyataan yang terjadi pada dirinya: ditinggalkan oleh cowok yang disukainya.
Sang dosen berkata, “Menulis itu seperti melanjutkan hidupmu.”
Melanjutkan tulisan itu seperti melanjutkan kisah cintanya yang menggantung. Ia pikir kisah cintanya sudah selesai, tetapi sang dosen malah berkata, “Cerita (tulisan) ini berakhir tepat di saat seharusnya ia dimulai.”
Bagi si mahasiswi, melanjutkan tulisan tersebut adalah hal yang sulit karena ia merasa tidak punya kuasa atas hidupnya. Melanjutkan tulisan itu akan berimbas pada kenyataan bahwa ia juga harus menata hatinya dan merumuskan seperti apa ending kisah cintanya. Ia harus mulai membuat pilihan-pilihan. Tidak hanya pilihan-pilihan penokohan, alur, dan ending tulisannya, tetapi juga pilihan-pilihan nyata dalam kisah cintanya.
Menulis memang seperti itu: membuat pilihan-pilihan. Pun buatku, menulis merupakan proses kreatif tersendiri yang melibatkan banyak pilihan. Lalu mengapa sampai saat ini aku memilih untuk senantiasa mengakrabi tulisan? Satu hal yang terpikir adalah kenyataan bahwa lewat tulisan, aku benar-benar menemukan siapa aku sebenarnya. Ini memerlukan penggalian yang cukup dalam terhadap masa laluku, kepribadian dasarku, keinginan-keinginanku, caraku berekspresi, bahkan terhadap caraku bergaul.
Cukup kompleks? Memang. Karena buatku, menulis adalah suatu aktivitas yang lebih dari sekedar merangkai huruf demi huruf menjadi seuntai tulisan bermakna. Buatku menulis memiliki arti lebih dari itu. Aku orang yang cukup pendiam, datar, cenderung menutup diri, dan tidak pernah bersikap vokal, apalagi frontal. Sejak kecil aku mengakrabi tulisan karena lewat tulisan, aku bisa mengekspresikan segala hal yang aku mau tanpa batasan-batasan rasa malu, rendah diri, atau putus asa. Dengan menulis, aku bisa mengemukakan gagasan atau pikiran menurut cara yang aku mau.
Saat remaja, aku menemukan kenyataan menarik bahwa menulis fiksi ternyata juga menyenangkan. Sudah lama aku merasa tidak puas dengan hal-hal yang terjadi di sekitarku, bahkan seringkali aku tidak punya kuasa untuk mengubahnya. Nah, lewat tulisan fiksi, aku bisa menciptakan sebuah kondisi yang aku kehendaki, lengkap dengan penokohan, alur, dan ending-nya. Sedikit demi sedikit, aku mulai mengakui keberadaanku. Ternyata aku juga bisa menguasai dan mengendalikan sesuatu.
Berbicara tentang menulis berarti juga berbicara tentang membuat pilihan-pilihan. Maka ketika aku bebas membuat pilihan kepuasan dan aktualisasi diri, saat itulah aku merdeka.
No comments:
Post a Comment