Novel Critival Eleven adalah novel Ika Natassa pertama yang
aku baca, dan hingga saat ini masih menjadi novelnya yang paling aku suka. Novel
ini menceritakan tentang konflik yang dialami oleh sepasang suami istri, Ale
dan Anya, ketika rumah tangga mereka ditimpa badai besar.
Pada bagian awal dikisahkan perkenalan Anya dan Ale di atas
pesawat, di mana istilah Critical Eleven sendiri merupakan istilah dalam dunia
penerbangan, yaitu sebelas menit waktu kritis di dalam pesawat. Tiga menit
sebelum take off dan delapan menit sebelum landing adalah waktu yang krusial karena
secara statistik: 8% kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu
sebelas menit itu. Istilah ini kemudian menjadi pengibaratan masa-masa
kehidupan pernikahan Anya dan Ale.
Di bab-bab awal, kejadian dilukiskan bergantian dengan cepat.
Pembaca dibawa ke dalam potongan-potongan adegan yang tampak membingungkan,
tapi sebenarnya ini merupakan gaya cerdas Ika Natassa dalam memperkenalkan
konflik. Kemudian alur melambat hingga nanti ketika hampir di akhir
buku, konflik agak berlarut-larut. Tapi tak apa, karena kalau tidak…
mungkin nanti cerita di buku ini akan terasa singkat. Bagi sebagian orang ini
menarik, tapi bagi sebagian lainnya mungkin akan memantik sedikit kebosanan.
Alur disajikan secara maju mundur sehingga terasa begitu
dinamis. Sudut pandang yang digunakan juga unik karena menggunakan dua POV yang berbeda:
sebagai Ale dan sebagai Anya. Hal ini membuat perasaan kedua tokoh utama
tergambar jelas, dan apa yang ada di benak mereka sampai dengan lugas kepada
pembaca.
Ika Natassa sangat pandai menggarap penokohan. Karakter dua
tokoh utama sangat kuat. Keduanya adalah sosok sukses dan profesional dalam hal
karir, tapi ternyata secara alamiah mengalami kebingungan dalam mengatasi permasalahan
rumah tangga. Ale yang cool namun sangat menyayangi istrinya, begitu clueless
seperti kebanyakan laki-laki. Tapi dia sebenarnya lelaki baik yang rela
melakukan apa saja demi keluarganya, dan berhasil membuatku terpesona pada sosoknya.
Sementara Anya, yang kata Ale memiliki mata yang bisa “tersenyum”, merupakan
sosok yang mandiri meski sering ditinggal-tinggal suaminya karena pekerjaan,
tidak pernah mengeluh ketika harus terpisah jauh, tapi memiliki kepribadian
yang kurang terbuka pada suaminya.
Fakta bahwa buku yang ada di tanganku merupakan cetakan kedua puluh hanya dalam kurun waktu dua tahun setelah cetakan pertama diterbitkan, memberi indikasi kuat bahwa novel metropop ini sangat disukai pembaca. Narasinya memang mengalir dengan nyaman, dan tanpa terasa kita sudah dibawa ke akhir cerita. Hal inti yang bisa kita tarik sebagai hikmah dari novel ini: bahwa pernikahan tidak melulu soal cinta. Ada komitmen, ada komunikasi yang harus dibangun, ada pemakluman, ada pengertian… dan yang jelas: ada keharusan untuk saling menghargai.
Penulis: Ika Natassa
Cetakan kedua puluh, Mei 2017
Diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 340 halaman
Sama teh, ini juga buku Ika Natassa yg paling aku suka 😍😍 Udah nonton filmny blm teh? Aku ga berani nonton filmny waktu itu, krna pas keluar lg hamil. Takut mewek tak terkendali di bioskop 🤣🤣
ReplyDelete