“What do you do when you hear that someone is speaking negatively about you? It's easy to try and defend yourself, explain that you're not like that, and get offended or angry at them. It's way harder to turn the other cheek and walk undefended through their murky emotional storm. Try forgiving them, loving them anyway and even maybe concede their points against you (because if you're about to get all worked up about it, then they probably do have a point). Love is the answer, especially when what feels most appropriate is to wage a war. What's the purpose of all these handstands if you can't be strong enough to be nice all day? Yoga has taught me how to bend when I would normally break and how to be strong enough to withstand a few harsh words being thrown my way without fighting back and lashing out.” (Kino MacGregor)
Di tengah kedukaan yang aku alami, aku mendengar selentingan gosip di kantor tentang mengapa aku absen begitu lama. Beberapa orang muncul dengan spekulasinya masing-masing tentang mengapa aku harus bedrest. Sebagian mereka beranggapan bahwa aku mengalami pendarahan gara-gara aku melakukan yoga, atau gara-gara aku melakukan inilah, itulah, dsb. Padahal aku sudah menghentikan semua aktivitas olahraga semenjak aku tahu kalau aku hamil (oh come on, semenit dua menit #strikeapose tentu tidak terhitung sebagai olahraga). Padahal aku sudah meletakkan semua hal sesuai proporsinya, maksudku ketika dokter menyuruhku bedrest, aku pun bedrest. Semua anjuran dokter aku turuti, dan aku selalu minum obat sesuai resep.
Tapi itu toh tak menghentikan apa yang sudah terjadi. Kontraksi tetap berlangsung dan aku tetap kehilangan bayiku. Di saat aku mulai menerima hal ini sebagai takdir-Nya tanpa menyalahkan siapapun, orang-orang malah muncul dengan judgement-nya yang menudingku sebagai biang kesalahan.
Pada mulanya aku marah sekali mendengarnya. Mengapa orang-orang itu tak bersimpati dengan kedukaan yang aku alami? Kemudian aku tersadarkan, bahwa tidak semua hal bisa dimengerti oleh semua orang. Dan seperti kutipan di atas, mungkin aku tidak harus melakukan klarifikasi dan membela diri. Yaaa sah-sah saja sebenarnya kalau aku mau begitu, tapi mungkin itu bukan hal yang tepat, dan bisa jadi malah tidak membawa kebaikan. Aku tidak bisa mengontrol orang lain dengan segala respon, tindak tanduk, dan omongan mereka. Yang aku bisa kontrol adalah diriku sendiri.
So I’ll keep moving on. Biarlah tulisan ini menjadi klarifikasi bagi mereka tentang apa yang sudah terjadi.
“Everything is a gift ... Even on the worst of days and dealing with negative people there is a lesson to be learned and a blessing to be revealed. I can't change other people but I can change how I respond. It took me many years to understand this but it is the one action on my part that has brought peace to my life. Don't try to change them ... Just change you.” (Kerri Verna)
“Make peace with yourself, your whole self, complete with all your complex thoughts, intense emotions, your pleasure, your pain. Accept it all with an open heart and surrendered spirit and you will make peace with the world around. If you're ok with yourself then it's way easier to be ok with everyone else. So often what bothers us about others or our environment is just a trigger for something inside. Unwind the mind, free the body and let the peace of the inner being fill you up from the inside.” (Kino MacGregor)
No comments:
Post a Comment