Dua pekan yang lalu, 10 Juni 2010, aku mengambil hasil rontgen di bagian radiologi rumah sakit St. Borromeus. Rontgen ini atas rujukan dokter ortopedi di rumah sakit yang sama ketika aku berkunjung untuk konsultasi dua hari sebelumnya. Setelah membaca hasil rontgen, aku tertegun dan sedikit shock. Mengapa? Ternyata aku menderita skoliosis, Saudara-saudara!
Mengenal Susunan Tulang Belakang Manusia
Sebelum mengenal lebih jauh mengenai skoliosis, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu struktur tulang belakang manusia. Seperti halnya kasus skoliosis dengan segala keunikannya, tulang belakang manusia pun merupakan struktur yang unik dan kompleks. Gambar di bawah ini dapat menjelaskan susunan tulang belakang manusia.
Tulang belakang di bagian leher atau istilah medisnya “Cervical Spine”, terdiri dari 7 ruas yang dalam dunia kedokteran diberi label C1 sampai dengan C7 (Cervical 1 sampai dengan Cervical 7). Seperti terlihat di gambar, C1 jaraknya terdekat dengan tengkorak, sementara C7 terdekat dengan dada. Dokter biasanya menyebut “servikal”.
Tulang belakang di bagian punggung atau istilah medisnya “Thoracic Spine”, terdiri dari 12 ruas yang dalam dunia kedokteran diberi label T1 sampai dengan T12. Sering mendengar dokter menyebutnya dengan istilah “Torakal”. Torakal ini terhubung ke tulang rusuk sehingga bagian tulang belakang ini relatif kaku dan stabil. Pergerakan Torakal tidak sedinamis pergerakan di bagian lain dari tulang belakang manusia.
Tulang belakang di bagian pinggang atau istilah medisnya “Lumbar Spine”. Terdiri dari 5 ruas yang dalam dunia kedokteran diberi label L1 sampai dengan L5 (Lumbar 1 sampai dengan Lumbar 5). Lumbar merupakan bagian tulang belakang yang memiliki penampang terluas dan terkuat sehingga mampu menumpu berat badan manusia.
Selanjutnya adalah Sacrum dan Coccyx. Sakrum yang merupakan bagian dari panggul (pinggul) terdiri dari 5 ruas tulang dan biasanya menyatu pada usia dewasa untuk membentuk satu tulang, sedangkan Coccyx atau yang dikenal dengan tulang ekor memiliki 4 ruas tulang (terkadang 5 ruas) yang juga menyatu membentuk satu tulang.
Pada dasarnya, tulang belakang yang normal memiliki kurva (kelengkungan pada tulang belakang) - seperti gambar di atas, bagian tengah. Jika dilihat dari sisi (tampak samping), akan terlihat bahwa ada kurva keluar (cekung) di bagian tulang belakang leher (cervical spine), kemudian turun ke torakal akan terdapat kembali kurva yang melengkung ke dalam (cembung), dan kurva yang keluar lagi di bagian lumbar.
Pada susunan tulang belakang yang normal, jika dilihat dari depan atau dari belakang kelengkungan kurva tersebut seharusnya tidak tampak dan hanya tegak lurus saja seperti gambar pada sisi kiri dan kanan di atas.
Nah, pada kasus skoliosis kemiringan kurva yang terjadi, melengkung ke arah yang tidak seharusnya (salah), sehingga terjadilah Skoliosis (bisa membentuk kelengkungan tulang belakang yang menyerupai huruf “S” atau huruf “C”).
Apa Itu Skoliosis?
Skoliosis adalah kelainan bentuk tulang belakang yang ditandai melengkungnya tulang belakang ke arah samping (lateral curvature of the spine). Kata skoliosis berasal dari bahasa Yunani scolios yang artinya bengkok atau berputar. Kelainan tulang punggung ini tampak jika dilihat dari belakang.
Jika dilihat dari belakang, tulang punggung yang normal berbentuk garis lurus dari leher sampai ke tulang ekor. Sedangkan pada penderita skoliosis, akan tampak adanya satu atau lebih lengkungan ke samping yang tidak wajar pada punggung.
Seseorang didiagnosa skoliosis jika ditemukan dua macam kelainan pada tulang belakangnya, yaitu:
Apa Penyebab Skoliosis?
dr. Michael Cornish, chiropractor lulusan RMIT, Melbourne, Australia, yang berpraktik di klinik chiropractic di Indonesia, mengatakan, “Secara keilmuan, penyebab skoliosis tidak diketahui. Namun, secara spekulatif, saya menduga salah satu penyebabnya adalah pola makan yang salah dan postur tubuh yang kurang baik.”
Senada dengan pernyataan tersebut, dr. Tinah Tan, chiropractor dari Citylife Chiropractic, mengatakan bahwa kekurangan asam folat pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko sambungan spina tulang belakang pada bayi yang dikandung menjadi tidak sempurna (cacat spina bifida). Keadaan ini dapat memicu skoliosis.
Sedangkan menurut dr. Luthfi Gatam, SpOT., spesialis ortopedi & traumatologi dari RS Fatmawati, bahwa 80% skoliosis tidak diketahui penyebabnya. Ini disebut idiopathic scoliosis. Kata idiopathic menunjukkan bahwa penyebabnya tidak diketahui. Usia penderita bisa di bawah 3 tahun sampai di atas 19 tahun. Literatur terbaru sekalipun masih mengatakan bahwa penyebab patofisiologi terjadinya skoliosis idiopatik belum diketahui. Sekitar tahun 1998 terdapat teori yang mengaitkan patofisiologi ini dengan hormon melatonin. Terdapat dugaan yang kuat bahwa skoliosis ini banyak dipengaruhi oleh sistem hormonal reproduksi (adrenal, hipofisis, ovarium, dsb.) dengan melihat kenyataan bahwa penderita memang pada umumnya wanita dan organ reproduksi yang dimiliki wanita tidak dimiliki oleh kaum pria (demikian sebaliknya).
Banyak literatur tidak menyebutkan skoliosis idiopatik sebagai penyakit keturunan. Namun, seorang wanita yang memiliki saudara yang menderita skoliosis dikatakan memiliki peluang yang besar untuk mengalami skoliosis.
Ada juga skoliosis yang diketahui penyebabnya, yaitu dikategorikan sebagai congenital scoliosis atau kelainan bawaan. Ini disebabkan oleh perkembangan tulang belakang yang tumbuh abnormal. Termasuk kelompok ini adalah sindrom kerdil (osteochondrodystrophy). Contoh-contoh tersebut termasuk kategori skoliosis struktural.
Ada pula skoliosis non-struktural yang disebabkan adanya masalah dengan bagian tubuh lain. Misalnya kaki yang tidak sama panjang, sehingga terjadi lengkungan abnormal pada tulang belakang. Kejang otot dan radang otot juga bisa menimbulkan kelainan tulang belakang. Jika penyebab skoliosis didiagnosa non-struktural, penanganannya bukan reposisi tulang belakang melainkan reposisi bagian tubuh yang menyebabkan skoliosis tersebut.
Akibat dari Skoliosis
Kasus skoliosis memerlukan pemeriksaan atau check-up pada waktu-waktu tertentu secara reguler. Kondisi tulang belakang yang tidak sempurna akan menyebabkan fungsi organ yang ada di dalam tubuh menjadi terganggu. Contohnya, skoliosis bisa menghambat pergerakan rusuk dan volume paru-paru (pulmonary hipertention) sehingga penderita sering sulit bernapas (sesak napas).
Penderita skoliosis juga lebih mudah terkena osteoartritis akibat pergerakan sendi yang terhambat pada satu sisi. Selain itu, skoliosis juga menyebabkan kelelahan tulang dan sendi, sehingga penderitanya sering merasakan nyeri, sakit kepala, kaku otot, atau pegal punggung.
Beberapa penderita bisa mengalami gejala kesemutan dan kejang kaki ketika hamil. Ada indikasi bahwa skoliosis yang parah bisa menyulitkan proses persalinan. Namun, tulis dr. Rahyussalim, SpOT. dalam blog-nya, sejauh ini skoliosis tidak mempengaruhi kehamilan dan melahirkan, justru sebaliknya kehamilan akan memperburuk kondisi skoliosis (kurva makin besar, progresnya juga bertambah).
Skoliosis bisa diderita setiap orang, namun lebih banyak diderita wanita. “Di klinik saya perbandingannya 10:1,” ujar dr. Michael Cornish. Sedangkan di RS Fatmawati rasionya 9:1. “Sampai sekarang masih merupakan misteri, kenapa wanita lebih banyak menderita skoliosis dibanding pria,” kata dr. Luthfi Gatam, SpOT.
Sumber:
Mengenal Susunan Tulang Belakang Manusia
Sebelum mengenal lebih jauh mengenai skoliosis, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu struktur tulang belakang manusia. Seperti halnya kasus skoliosis dengan segala keunikannya, tulang belakang manusia pun merupakan struktur yang unik dan kompleks. Gambar di bawah ini dapat menjelaskan susunan tulang belakang manusia.
Tulang belakang di bagian leher atau istilah medisnya “Cervical Spine”, terdiri dari 7 ruas yang dalam dunia kedokteran diberi label C1 sampai dengan C7 (Cervical 1 sampai dengan Cervical 7). Seperti terlihat di gambar, C1 jaraknya terdekat dengan tengkorak, sementara C7 terdekat dengan dada. Dokter biasanya menyebut “servikal”.
Tulang belakang di bagian punggung atau istilah medisnya “Thoracic Spine”, terdiri dari 12 ruas yang dalam dunia kedokteran diberi label T1 sampai dengan T12. Sering mendengar dokter menyebutnya dengan istilah “Torakal”. Torakal ini terhubung ke tulang rusuk sehingga bagian tulang belakang ini relatif kaku dan stabil. Pergerakan Torakal tidak sedinamis pergerakan di bagian lain dari tulang belakang manusia.
Tulang belakang di bagian pinggang atau istilah medisnya “Lumbar Spine”. Terdiri dari 5 ruas yang dalam dunia kedokteran diberi label L1 sampai dengan L5 (Lumbar 1 sampai dengan Lumbar 5). Lumbar merupakan bagian tulang belakang yang memiliki penampang terluas dan terkuat sehingga mampu menumpu berat badan manusia.
Selanjutnya adalah Sacrum dan Coccyx. Sakrum yang merupakan bagian dari panggul (pinggul) terdiri dari 5 ruas tulang dan biasanya menyatu pada usia dewasa untuk membentuk satu tulang, sedangkan Coccyx atau yang dikenal dengan tulang ekor memiliki 4 ruas tulang (terkadang 5 ruas) yang juga menyatu membentuk satu tulang.
Pada dasarnya, tulang belakang yang normal memiliki kurva (kelengkungan pada tulang belakang) - seperti gambar di atas, bagian tengah. Jika dilihat dari sisi (tampak samping), akan terlihat bahwa ada kurva keluar (cekung) di bagian tulang belakang leher (cervical spine), kemudian turun ke torakal akan terdapat kembali kurva yang melengkung ke dalam (cembung), dan kurva yang keluar lagi di bagian lumbar.
Pada susunan tulang belakang yang normal, jika dilihat dari depan atau dari belakang kelengkungan kurva tersebut seharusnya tidak tampak dan hanya tegak lurus saja seperti gambar pada sisi kiri dan kanan di atas.
Nah, pada kasus skoliosis kemiringan kurva yang terjadi, melengkung ke arah yang tidak seharusnya (salah), sehingga terjadilah Skoliosis (bisa membentuk kelengkungan tulang belakang yang menyerupai huruf “S” atau huruf “C”).
Apa Itu Skoliosis?
Skoliosis adalah kelainan bentuk tulang belakang yang ditandai melengkungnya tulang belakang ke arah samping (lateral curvature of the spine). Kata skoliosis berasal dari bahasa Yunani scolios yang artinya bengkok atau berputar. Kelainan tulang punggung ini tampak jika dilihat dari belakang.
Jika dilihat dari belakang, tulang punggung yang normal berbentuk garis lurus dari leher sampai ke tulang ekor. Sedangkan pada penderita skoliosis, akan tampak adanya satu atau lebih lengkungan ke samping yang tidak wajar pada punggung.
Seseorang didiagnosa skoliosis jika ditemukan dua macam kelainan pada tulang belakangnya, yaitu:
- Lateral curvature: terjadi jika tulang belakang bengkok. Ini bisa dilihat dari belakang ketika penderita pada posisi berdiri dengan tubuh dibungkukkan 90 derajat ke depan. Jika tulang tampak seperti huruf S, bentuknya menyimpang, punggung tidak sama tinggi atau ada tonjolan, berarti skoliosis.
- Rotation: terjadi jika ada sendi tulang belakang yang terputar. Kadarnya hanya sedikit, namun selalu ada pada setiap gejala skoliosis. Aspek ini menyebabkan tulang belakang berbentuk berliku. Penyimpangan kurang dari 10 derajat dianggap masih normal.
Apa Penyebab Skoliosis?
dr. Michael Cornish, chiropractor lulusan RMIT, Melbourne, Australia, yang berpraktik di klinik chiropractic di Indonesia, mengatakan, “Secara keilmuan, penyebab skoliosis tidak diketahui. Namun, secara spekulatif, saya menduga salah satu penyebabnya adalah pola makan yang salah dan postur tubuh yang kurang baik.”
Senada dengan pernyataan tersebut, dr. Tinah Tan, chiropractor dari Citylife Chiropractic, mengatakan bahwa kekurangan asam folat pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko sambungan spina tulang belakang pada bayi yang dikandung menjadi tidak sempurna (cacat spina bifida). Keadaan ini dapat memicu skoliosis.
Sedangkan menurut dr. Luthfi Gatam, SpOT., spesialis ortopedi & traumatologi dari RS Fatmawati, bahwa 80% skoliosis tidak diketahui penyebabnya. Ini disebut idiopathic scoliosis. Kata idiopathic menunjukkan bahwa penyebabnya tidak diketahui. Usia penderita bisa di bawah 3 tahun sampai di atas 19 tahun. Literatur terbaru sekalipun masih mengatakan bahwa penyebab patofisiologi terjadinya skoliosis idiopatik belum diketahui. Sekitar tahun 1998 terdapat teori yang mengaitkan patofisiologi ini dengan hormon melatonin. Terdapat dugaan yang kuat bahwa skoliosis ini banyak dipengaruhi oleh sistem hormonal reproduksi (adrenal, hipofisis, ovarium, dsb.) dengan melihat kenyataan bahwa penderita memang pada umumnya wanita dan organ reproduksi yang dimiliki wanita tidak dimiliki oleh kaum pria (demikian sebaliknya).
Banyak literatur tidak menyebutkan skoliosis idiopatik sebagai penyakit keturunan. Namun, seorang wanita yang memiliki saudara yang menderita skoliosis dikatakan memiliki peluang yang besar untuk mengalami skoliosis.
Ada juga skoliosis yang diketahui penyebabnya, yaitu dikategorikan sebagai congenital scoliosis atau kelainan bawaan. Ini disebabkan oleh perkembangan tulang belakang yang tumbuh abnormal. Termasuk kelompok ini adalah sindrom kerdil (osteochondrodystrophy). Contoh-contoh tersebut termasuk kategori skoliosis struktural.
Ada pula skoliosis non-struktural yang disebabkan adanya masalah dengan bagian tubuh lain. Misalnya kaki yang tidak sama panjang, sehingga terjadi lengkungan abnormal pada tulang belakang. Kejang otot dan radang otot juga bisa menimbulkan kelainan tulang belakang. Jika penyebab skoliosis didiagnosa non-struktural, penanganannya bukan reposisi tulang belakang melainkan reposisi bagian tubuh yang menyebabkan skoliosis tersebut.
Akibat dari Skoliosis
Kasus skoliosis memerlukan pemeriksaan atau check-up pada waktu-waktu tertentu secara reguler. Kondisi tulang belakang yang tidak sempurna akan menyebabkan fungsi organ yang ada di dalam tubuh menjadi terganggu. Contohnya, skoliosis bisa menghambat pergerakan rusuk dan volume paru-paru (pulmonary hipertention) sehingga penderita sering sulit bernapas (sesak napas).
Penderita skoliosis juga lebih mudah terkena osteoartritis akibat pergerakan sendi yang terhambat pada satu sisi. Selain itu, skoliosis juga menyebabkan kelelahan tulang dan sendi, sehingga penderitanya sering merasakan nyeri, sakit kepala, kaku otot, atau pegal punggung.
Beberapa penderita bisa mengalami gejala kesemutan dan kejang kaki ketika hamil. Ada indikasi bahwa skoliosis yang parah bisa menyulitkan proses persalinan. Namun, tulis dr. Rahyussalim, SpOT. dalam blog-nya, sejauh ini skoliosis tidak mempengaruhi kehamilan dan melahirkan, justru sebaliknya kehamilan akan memperburuk kondisi skoliosis (kurva makin besar, progresnya juga bertambah).
Skoliosis bisa diderita setiap orang, namun lebih banyak diderita wanita. “Di klinik saya perbandingannya 10:1,” ujar dr. Michael Cornish. Sedangkan di RS Fatmawati rasionya 9:1. “Sampai sekarang masih merupakan misteri, kenapa wanita lebih banyak menderita skoliosis dibanding pria,” kata dr. Luthfi Gatam, SpOT.
Sumber:
No comments:
Post a Comment