Selama ini bisa dibilang aku tidak pernah benar-benar membuat resolusi awal tahun yang jelas. Kalau sekedar target global sih sering ya, tapi tidak untuk target-target yang spesifik harus begini atau begitu. Alih-alih membuat resolusi awal tahun, aku lebih suka melakukan evaluasi akhir tahun dan membuat daftar pencapaian atau milestone tahun yang sudah (atau akan) berlalu.
Minggu lalu, tepat dua pekan menjelang pergantian tahun, aku sakit cukup parah. Mungkin kelihatannya tidak begitu buat orang lain, tapi bagiku sakit itu sungguh menyiksa. Aku tak tahu sebenarnya aku sakit apa, sepertinya terkena infeksi virus—entah virus apa (orang sunda menyebutnya “tampak”). Gejalanya mirip campak jerman, didahului dengan demam tinggi lalu muncul bercak merah sekujur tubuh yang gatalnya minta ampun. Selama lima hari aku tak bisa tidur karena gatalnya benar-benar parah. Mana bisa tidur kalau seluruh kulit terasa gatal menyengat. Setelah gatal mereda, bercak merah menjadi bintil-bintil timbul yang membuat tangan, kaki, dan mukaku bengkak. Untungnya ada tanggal merah tahun baru hijriah dan natal, jadi aku sedikit tertolong tak perlu absen lama dari kantor, meskipun faktanya aku sakit hampir sepuluh hari.
Sampai saat aku menulis ini, kesehatanku belum pulih benar. Gatal dan virus memang sudah menyingkir. Namun seluruh kulit yang kemarin gatal-gatal itu, kini mengelupas dengan suksesnya, membuat kulitku keriput dan tampak putih-putih kelupasan di mana-mana. Aku juga masih sedikit lemas, jadi untuk sementara belum senam dulu—padahal sudah rinduuu dengan lantai senam itu hehehe…
Lalu apa kaitannya sakitku dengan resolusi awal tahun? Jadi begini, malam-malam yang kulalui dengan gelisah dan sedih karena tak bisa tidur saat sakit kemarin, membawaku pada dialog batin dengan-Nya. Betapa rasanya diri ini sedang dicubit-Nya, sedang diingatkan atas segala kenikmatan dan betapa diri ini tak pernah cukup bersyukur. Lalu dalam dialog itu aku membuat semacam janji pada-Nya dan pada diriku sendiri, untuk berusaha menjadi insan yang lebih baik… to be a better person. Apa dan bagaimana detil resolusi yang kunyatakan pada-Nya tak bisa kuceritakan di sini karena rasanya terlalu personal untuk diungkapkan. Yah, semacam dialog spiritual yang menghantam ego dan bermuara pada kesadaran untuk menjadi lebih baik, dalam segala aspek insya Allah.
Pergantian tahun sudah di depan mata. Kini aku siap dengan beberapa resolusi dalam catatanku, baik dalam peranku sebagai istri, bunda, maupun perempuan bekerja.
Minggu lalu, tepat dua pekan menjelang pergantian tahun, aku sakit cukup parah. Mungkin kelihatannya tidak begitu buat orang lain, tapi bagiku sakit itu sungguh menyiksa. Aku tak tahu sebenarnya aku sakit apa, sepertinya terkena infeksi virus—entah virus apa (orang sunda menyebutnya “tampak”). Gejalanya mirip campak jerman, didahului dengan demam tinggi lalu muncul bercak merah sekujur tubuh yang gatalnya minta ampun. Selama lima hari aku tak bisa tidur karena gatalnya benar-benar parah. Mana bisa tidur kalau seluruh kulit terasa gatal menyengat. Setelah gatal mereda, bercak merah menjadi bintil-bintil timbul yang membuat tangan, kaki, dan mukaku bengkak. Untungnya ada tanggal merah tahun baru hijriah dan natal, jadi aku sedikit tertolong tak perlu absen lama dari kantor, meskipun faktanya aku sakit hampir sepuluh hari.
Sampai saat aku menulis ini, kesehatanku belum pulih benar. Gatal dan virus memang sudah menyingkir. Namun seluruh kulit yang kemarin gatal-gatal itu, kini mengelupas dengan suksesnya, membuat kulitku keriput dan tampak putih-putih kelupasan di mana-mana. Aku juga masih sedikit lemas, jadi untuk sementara belum senam dulu—padahal sudah rinduuu dengan lantai senam itu hehehe…
Lalu apa kaitannya sakitku dengan resolusi awal tahun? Jadi begini, malam-malam yang kulalui dengan gelisah dan sedih karena tak bisa tidur saat sakit kemarin, membawaku pada dialog batin dengan-Nya. Betapa rasanya diri ini sedang dicubit-Nya, sedang diingatkan atas segala kenikmatan dan betapa diri ini tak pernah cukup bersyukur. Lalu dalam dialog itu aku membuat semacam janji pada-Nya dan pada diriku sendiri, untuk berusaha menjadi insan yang lebih baik… to be a better person. Apa dan bagaimana detil resolusi yang kunyatakan pada-Nya tak bisa kuceritakan di sini karena rasanya terlalu personal untuk diungkapkan. Yah, semacam dialog spiritual yang menghantam ego dan bermuara pada kesadaran untuk menjadi lebih baik, dalam segala aspek insya Allah.
Pergantian tahun sudah di depan mata. Kini aku siap dengan beberapa resolusi dalam catatanku, baik dalam peranku sebagai istri, bunda, maupun perempuan bekerja.
Tahun baru dah dimulai. Moga tcapai semua harapan2 mbak.. <3
ReplyDelete