Menurut KBBI, “kebiasaan” adalah (1) sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya; (2) pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama. Jika seseorang sudah memiliki kebiasaan akan sesuatu, dia akan melakukannya dengan rutin, effortless, dan spontan. Spontan dalam hal ini berarti terjadi otomatis tanpa perlu dipikirkan sebelumnya.
Karena kebiasaan mempengaruhi spontanitas, kita harus sadar diri untuk menjadikan hal-hal baik sebagai kebiasaan. Hal ini mengandung hikmah supaya ketika kita bersikap spontan, hanya hal-hal baik yang mewujud dari lisan dan perbuatan kita. Contoh sederhananya adalah memperbanyak istigfar ketika terkejut sehingga bila suatu saat kita terkaget-kaget karena sesuatu, kita akan spontan berucap “Astaghfirullah” dan bukan “Eh, ayam ayam ayam”, misalnya.
Kebiasaan juga mempengaruhi perasaan dan kecenderungan. Contoh paling gampang adalah soal makanan. Kebanyakan dari kita pasti lebih familiar dengan menu makanan nusantara, maka hal tersebut akan mempengaruhi preferensi kita dalam hal selera. Tentu kita akan memilih rasa yang paling “dekat” dengan menu sehari-hari–bahkan ketika kita sedang bepergian sekalipun–karena hal itu berkaitan dengan kebiasaan.
Rumus mengubah kebiasaan ada dua, yaitu latihan dan repetisi. Kita perlu berlatih supaya kita bisa, sedangkan repetisi diperlukan supaya kita terbiasa. Banyak orang meyakini bahwa waktu yang diperlukan untuk membentuk sebuah kebiasaan baru adalah empat puluh hari, di antaranya Kelly McGonigal yang menulis buku 40 Days to Positive Change atau Tommy Newberry yang menulis buku 40 Days to a Joy-Filled Life. Oleh karena itu, minimal kita berlatih dan melakukan repetisi selama empat puluh hari untuk membentuk sebuah kebiasaan.
Bagaimana dengan waktu yang diperlukan untuk mengubah kebiasaan lama? Memang tidak ada angka yang pasti, tetapi Ustaz Weemar dalam kajiannya menyebutkan bahwa hal tersebut membutuhkan waktu sekitar satu tahun. Hal ini tentu tergantung pada kedalaman tingkat kebiasaannya. Karena meninggalkan kebiasaan lama itu susah, jangan sekali-kali kita membentuk kebiasaan buruk dengan mencoba melakukan hal-hal yang tidak baik. Lebih baik sedari awal kita tidak mencicipinya sedikit pun. Jika kebiasaan buruk sudah terbentuk, dia akan mengalahkan akal.
Selain latihan dan repetisi, hal terpenting dalam membentuk kebiasaan adalah sifat istikamah. Menurut KBBI, “istikamah” adalah sikap teguh pendirian dan selalu konsisten. Dalam hal kebaikan, istikamah dapat diartikan tetap konsisten pada jalan yang benar dengan progres kebiasaan yang terus naik (tidak datar) sehingga hari esok lebih baik daripada hari ini. Hal tersebut tentu sungguh berat karena terkait erat dengan pembiasaan, tetapi sangat diperlukan demi perubahan ke arah yang lebih baik.
Rasulullah Saw. bersabda, "Wahai sekalian manusia. Kerjakanlah amalan-amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kalian bosan. Dan sungguh, amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit." (H.R. Bukhari dan Muslim)
"Maka istikamahlah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Hud: 112)