Bicara soal hobi, sejak dulu kegemaranku tidak jauh-jauh dari aktivitas olahraga, mulai dari senam aerobik, yoga, hingga lari. Berawal dari coba-coba, kemudian aku merasakan manfaatnya. Kini bahkan olahraga menjadi kebutuhan.
Senam Aerobik
|
Mengajar senam aerobik di kantor |
Senam aerobik adalah kecintaan pertamaku pada olahraga. Semua bermula ketika pada 2005, aku dirawat inap karena DBD. Sepulang dari rumah sakit, nafsu makanku meningkat pesat sehingga badanku menggendut. Seorang teman mengajakku menjajal senam aerobik untuk meredakan kegundahanku. Sejak itulah aku rutin senam aerobik.
April 2007 ketika aku menikah, beratku sudah turun empat belas kilogram sejak aku ikut senam pertama kali. Memang terlihat lama karena cara ini sangat alami. Aku hampir tak mengubah pola makan sama sekali, tetap ngemil seperti biasa, jadi penurunan berat badan ini murni karena senam. Saat itu aku masih senam dua kali seminggu.
Setelah melahirkan, aku mulai senam tiga kali seminggu. Memang tak bisa menurunkan berat badan secara drastis seperti sebelumnya, tapi paling tidak bisa mempertahankan berat badan supaya tidak terlalu melar dan tetap menjaga kebugaran tubuh. Bagiku senam sudah menjadi jauh lebih besar nilainya dari sekedar usaha untuk menurunkan berat badan. Senam sudah menjadi candu.
Dulu sekali, ketika awal aku senam, aku sedang dalam masa menulis skripsi dan hal itu cukup membuat stres. Ternyata kudapati kalau setelah senam, perasaan stres berkurang. Dengan senam, aku bisa bergerak bebas dan beban serasa menguar seiring berdentamnya irama. Pikiran menjadi lebih jernih seiring menetesnya peluh dan keluarnya endorfin. Demikian pula ketika aku sudah mulai bekerja. Beban pikiran sepulang kerja, larut dalam keriangan gerakan senam.
Itulah sebabnya aku selalu konsisten dan disiplin melakukan senam. Karena senam aku merasa lebih berenergi, lebih bahagia, lebih bugar, dan lebih sehat. Siapa sangka yang niat awalnya demi menurunkan berat badan, akhirnya malah menjadi hobi yang membuat ketagihan.
Yoga
Aku pertama kali berkenalan dengan yoga pada 2013. Awalnya sebagai treatment untuk mengatasi keluhan karena skoliosis. Yoga membantuku mengurangi pegal dan backpain, mengoreksi postur, menguatkan otot dan tulang punggung, menstabilkan panggulku yang tinggi sebelah, dan menguatkan sisi tubuh yang tidak balance akibat skoliosis.
Dari situ aku malah jadi jatuh cinta pada yoga karena ternyata lebih dari sekedar treatment skoliosis yang aku dapatkan. Yoga membantuku menyeimbangkan mind, body, and soul. Dalam beberapa hal yoga membuatku tetap waras karena dari situ aku juga belajar untuk terkoneksi dengan diri, mencintai diri, dan menerima diri apa adanya.
Ketika aku hamil anak keempat pada 2015, aku mulai melirik kelas prenatal yoga. Banyak keluhan fisik saat itu (mungkin karena faktor U juga sih, alias uzur, hahaha) dan secara mental kondisi juga babak belur setelah kehilangan bayi pada kehamilan sebelumnya. Jadi kurasa saat itu aku butuh semacam breakthrough, sekaligus karena tak mau kehilangan kesempatan untuk tetap bugar meskipun sedang hamil.
|
Mengajar prenatal yoga bersama komunitas Ngayoga Bandung |
Pada 2018 dan 2019 aku mengikuti Teacher Training Course untuk menjadi instruktur prenatal yoga. Makin dalam visi dan misi untuk membahagiakan para ibu hamil, membantu mereka melalui kehamilan dan persalinan dengan lembut, nyaman, aman, sehat, dan bugar. Aku percaya bahwa ibu yang bahagia akan melahirkan dan membesarkan generasi yang bahagia. Setelah mendapatkan banyak hal positif dari yoga—baik general maupun prenatal, aku juga ingin menularkan semangat dan berbagi manfaat dengan perempuan-perempuan hebat lainnya. Aku pun makin mantap mengajar karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama.
Lari
Perjalananku menyukai olahraga lari dimulai pada 2015. Awalnya hanya untuk menantang diri sendiri. Bertahun-tahun aku memang tidak pernah menyukai lari. Sejak masa sekolah dulu, tiap kali guru olahraga menyuruh berlari maka aku akan berkeluh kesah panjang pendek.
Pada 2015 itu aku bertanya tentang kiat bagaimana mulai berlari pada beberapa teman yang kulihat sudah biasa berlari. Pada awalnya aku cukup skeptis karena selama ini aku selalu megap-megap tiap berlari. Dari yang awalnya cuma kuat 2K, lama kelamaan meningkat menjadi 3K, lalu 5K. Kemudian aku hamil anak ke-4 dan berhentilah semua aktivitas lari.
Beberapa waktu pascapersalinan aku kembali mulai berlari. Kukira aku akan mulai dari nol, tetapi level kebugaranku ternyata tidak terlalu menurun—karena sudah rutin melakukan senam aerobik dan yoga—jadi aku tinggal “memanaskan mesin” sedikit hingga akhirnya aku biasa menempuh 5K setiap kali berlari. Tiga tahun setelah itu aku kembali hamil anak ke-5 dan aktivitas lari kembali berhenti.
Pascapersalinan I came back stronger. Jarak mulai bisa diperjauh menjadi 7K. Kemudian ketika aku sedang bersiap meningkatkan jarak menjadi 10K, pandemic hit the world. Latihan lari yang tadinya biasa kulakukan di trek lari akhirnya kualihkan ke jalanan kompleks. Hikmah pandemi yang mengharuskanku WFH memungkinkan aku mengatur waktu dengan fleksibel dan aku malah jadi semakin sering berlari.
Tahun 2020 aku berhasil menempuh 10K pertamaku, kemudian ikut serta dalam kemeriahan ITB Ultra Marathon sebagai race pertama untuk jarak 10K. Tepat sebelum Ramadhan 2021, aku berhasil menyelesaikan Half Marathon mandiri sejauh 21,1K mengelilingi Kota Bandung. Half Marathon yang kedua kujalani saat pergelaran Pocari Sweat Run Indonesia pada bulan Oktober 2021 dengan perolehan waktu yang jauh lebih baik dibanding yang pertama.
|
Capaian podium pada IAE Virtual Runcovery, November-Desember 2021 |
Pencapaian berikutnya adalah keberhasilan menggapai podium. Sungguh, selama enam tahun berlari, baru kali ini aku mendapatkan podium, hahaha. Podium pertama kudapatkan saat pergelaran IAE Virtual Runcovery November-Desember 2021 untuk kategori berikut ini:
- Juara kedua kategori top days accumulative (tim kedua tercepat yang menyelesaikan 42,2 km per orang).
- Juara pertama kategori ultimate furthest team run (jarak 527 km selama sebulan).
- Juara kedua kategori furthest individual run (jarak 155 km selama sebulan).
|
Leaderboard ITB Ultra Marathon 18-19 Desember 2021 |
Podium berikutnya kudapatkan saat ITB Ultra Marathon bulan Desember 2021. Dalam event ini aku tergabung di dalam dua tim yang sama-sama berlaga pada kategori T10 female (jarak 100 km dilarikan oleh 10 pelari dengan jarak tempuh masing-masing 10 km). Tim pertama adalah IAEsthetic Runner dari jurusan Teknik Elektro, tim kedua adalah Hyped Team dari MamahGajahBerlari. Setelah berlatih berminggu-minggu, selama dua hari berturut-turut aku berhasil menorehkan Personel Best melampaui catatan waktu lari sebelumnya. Alhasil dalam leaderboard, IAEsthetic Runner menduduki posisi kedua dan Hyped Team menduduki posisi ketiga.
Hikmah yang kudapat dari menekuni hobi berlari adalah pembuktian bahwa aku bisa mengalahkan diri sendiri. Pada akhirnya, ketika memandangi medali-medali yang didapat, ada rasa haru, bahagia, dan bangga menyeruak. Hobi yang membawa prestasi ini adalah buah dari latihan, komitmen, dan disiplin selama berbulan-bulan. I can't be more proud. Alhamdulillah.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan April yang bertema "hobby atau aktivitas favorit".