Di masa pandemi seperti sekarang ini, kesehatan menjadi sesuatu yang tak ternilai harganya. Sebagai upaya mencegah sekaligus memutus rantai penularan Covid-19, kami sekeluarga selalu menerapkan perilaku 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Kami juga tak lupa untuk sering-sering menyemprot tangan dengan cairan pembersih tangan dan menyemprot barang belanjaan dengan cairan disinfektan.
Selain beberapa kebiasaan baru tersebut, upaya menjaga kesehatan
keluarga juga kami lakukan dengan memperhatikan asupan. Alhamdulillah selama
ini kami sudah terbiasa mengonsumsi sayur dan buah. Imunitas
keluarga ditingkatkan dengan mengonsumsi vitamin dan suplemen tambahan. Salah
satu hal yang agak susah dilakukan adalah minum air putih secara cukup per
hari. Aku harus selalu mengingatkan suami dan anak-anak untuk rajin minum air
putih karena mereka acap kali terlupa, apalagi jika sudah disibukkan dengan PJJ
atau WFH. Berdasarkan penelitian, kebutuhan air minimal setiap orang adalah 50
ml per kg berat badan. Konsumsi air adalah hal yang sangat penting karena air
merupakan komponen tubuh yang terbesar (60-70% dari berat badan), serta
memiliki fungsi untuk membuang kotoran dari tubuh, menyediakan kelembaban, dan
membawa nutrisi ke sel.
Upaya yang tak kalah penting untuk menjaga
kesehatan fisik adalah dengan melakukan olahraga secara rutin. Jauh sebelum pandemi
muncul, aku dan suami sudah terbiasa berolahraga. Aku rutin melakukan senam
aerobik sejak 2005, beryoga sejak 2013, dan berlari sejak 2015. Setahun yang
lalu ketika wabah Covid-19 mulai melanda Indonesia, perlombaan lari banyak dibatalkan,
menyusul kemudian sarana-sarana olahraga ditutup. Aku sempat kebingungan dan
merasa kehilangan karena sudah terbiasa berlari di track Saraga dan sudah
terbiasa mengikuti perlombaan lari secara berkala. Euforia berolahraga outdoor
benar-benar menjadi sebuah kehilangan yang besar.
Orang bijak mengatakan bahwa bila ada satu pintu tertutup,
bisa jadi pintu yang lain tengah membuka. Begitu pula yang akhirnya aku
rasakan. Aku tetap berlari, tapi beralih ke aktivitas road running: kadang
berlari di jalanan kompleks, kadang berlari di jalan raya. Proses ini juga
membutuhkan adaptasi karena berlari di jalan tentu berbeda dengan berlari di
lintasan. Berlari di jalan membutuhkan fokus dan perhatian lebih karena kita
harus selalu waspada terhadap pengguna jalan lain dan kondisi jalan yang tidak
ideal (tidak ada trotoar, berlubang, dsb.). Berlari di jalan juga membutuhkan
peralatan lari yang lebih lengkap: tas pinggang untuk menyimpan botol minum,
gelang identitas, dan sepatu lari yang lebih empuk.
Aku juga mulai mengikuti kelas-kelas olahraga secara daring, seperti kelas yoga dan kelas pound fit. Bahkan dengan adanya sistem WFH yang fleksibel, aku bisa mengatur waktu olahraga sesuai kebutuhan dan mengikuti kelas-kelas yang selama ini belum pernah aku ikuti, seperti kelas dance cover dan kelas privat dengan pelatih pribadi di tempat gym. Keleluasaan waktu seperti ini benar-benar aku syukuri karena aku dapat dengan mudah mengatur jadwal kerja, jadwal olahraga, sekaligus mendampingi anak-anak melakukan PJJ.
Tentunya kebiasaan yang bersifat penjagaan kesehatan fisik harus
diikuti dengan kebiasaan untuk menjaga kesehatan mental. Pada awal pandemi aku
sempat terkena serangan panik: hampir tiap malam aku tidur dengan ketakutan
sambil memeluk anak-anak, membayangkan jika kami terkena Covid-19. Kemudian,
ketika akhirnya hal itu benar-benar terjadi pada suamiku, aku sempat terkena
depresi ringan. Covid-19 ini benar-benar meluluhlantakkan jiwa dan raga.
Kami berusaha menguatkan mental dan iman keluarga dengan
lebih sering mengikuti kajian keislaman. Alhamdulillah dengan adanya pandemi,
banyak sekali kajian yang diadakan secara daring, baik untuk orang dewasa maupun
anak-anak. Setiap akhir pekan, jadwal kajian padat merayap. Kemudahan ini
sungguh kami syukuri karena bila kajian-kajian tersebut diadakan secara luring,
belum tentu kami bisa menghadiri karena terhalang jarak dan waktu.
Allah tidak menurunkan ujian di luar kesanggupan hamba-Nya.
Bersama kesulitan pandemi yang datang, sesungguhnya Allah juga tengah menurunkan
kemudahan-kemudahan.
No comments:
Post a Comment