Seumur hidupku, aku belum pernah menjajal arena seluncur es. Jangankan sepatu luncur, sepatu roda saja, baik yang roda empat maupun yang in-line-skate, aku belum pernah. Jadi coba bayangkan saja penampilan perdanaku masuk ke arena seluncur es pada libur natal yang lalu.
Tiket masuk ke Gardenice, Paris Van Java ini 75 ribu rupiah per orang. Aku masuk berdua adikku, sementara anggota keluarga yang lain duduk-duduk di pinggir arena. Hanif kutitip ke ayahnya, bundanya mau main dulu :)
Karena belum bisa sama sekali, kami memilih menyewa coach dengan tarif 60 ribu per setengah jam. Sayangnya jumlah coach ini terbatas, baru ada yang bebas sejam setelah kami masuk. Bermain di arena ini tidak dibatasi waktu, kami mencoba berlatih sendiri sambil menunggu para coach datang. Yaa gitu deh, pakai acara jatuh-jatuh hihihi.
Ketika akhirnya sesi latihan dengan coach dimulai, aku sudah berhasil belajar berdiri stabil. Sudah bisa berjalan sedikit-sedikit. Sesi latihan awal adalah berjalan melangkah sambil mengangkat kaki. Lalu dilanjutkan dengan menggeser sepatu luncur satu-satu. Baru kemudian belajar meluncur dengan jarak luncur agak jauh. Tentu pakai acara jatuh-jatuh dan berkali-kali dibantu berdiri sama si coach ini.
Jangan dibayangkan sesi latihannya romantis seperti di film-film. Kita kan sering lihat tuh, ada adegan romantis ketika pacaran di arena seluncur es *wah, kebanyakan nonton dorama nih*. Pas jatuh pegangan tangan, pandang-pandangan, lalu ada lagu romantis. Boro-boro, yang ada juga si coach ini nyolot banget. Ngajarinnya pakai komentar bernada meremehkan, “gitu aja nggak bisa”, bla bla bla. Damn, I wanted to slam his face ketika dia ngetawain aku jatuh :(
Pada akhirnya, aku lega banget ketika sesi latihan berakhir. Baru bisa sedikit. Meluncur saja belum lancar. Tapi lega karena akhirnya berpisah dengan si coach nyolot. Sayangnya ketika akan mencoba berlatih sendiri, pengunjung disuruh keluar karena arena akan di-resurface. Yah, kecewa deh.
Kesimpulannya, belajar seluncur es itu mengasyikkan. Meskipun badan dan tangan sakit semua karena kebanyakan jatuh, well... it’s worth trying. Ada semacam perasaan tertantang kalau aku harus bisa. Ketakutan dan kekhawatiran yang sempat ada di awal, sedikit tergantikan dengan perasaan puas ketika aku sudah sedikit bisa. Cukuplah sebagai stretching untuk menantang diri sendiri.
Lain kali aku akan coba lagi :)
Foto: Aku sedang belajar seluncur es, diajari coach yang nyebelin.
Tiket masuk ke Gardenice, Paris Van Java ini 75 ribu rupiah per orang. Aku masuk berdua adikku, sementara anggota keluarga yang lain duduk-duduk di pinggir arena. Hanif kutitip ke ayahnya, bundanya mau main dulu :)
Karena belum bisa sama sekali, kami memilih menyewa coach dengan tarif 60 ribu per setengah jam. Sayangnya jumlah coach ini terbatas, baru ada yang bebas sejam setelah kami masuk. Bermain di arena ini tidak dibatasi waktu, kami mencoba berlatih sendiri sambil menunggu para coach datang. Yaa gitu deh, pakai acara jatuh-jatuh hihihi.
Ketika akhirnya sesi latihan dengan coach dimulai, aku sudah berhasil belajar berdiri stabil. Sudah bisa berjalan sedikit-sedikit. Sesi latihan awal adalah berjalan melangkah sambil mengangkat kaki. Lalu dilanjutkan dengan menggeser sepatu luncur satu-satu. Baru kemudian belajar meluncur dengan jarak luncur agak jauh. Tentu pakai acara jatuh-jatuh dan berkali-kali dibantu berdiri sama si coach ini.
Jangan dibayangkan sesi latihannya romantis seperti di film-film. Kita kan sering lihat tuh, ada adegan romantis ketika pacaran di arena seluncur es *wah, kebanyakan nonton dorama nih*. Pas jatuh pegangan tangan, pandang-pandangan, lalu ada lagu romantis. Boro-boro, yang ada juga si coach ini nyolot banget. Ngajarinnya pakai komentar bernada meremehkan, “gitu aja nggak bisa”, bla bla bla. Damn, I wanted to slam his face ketika dia ngetawain aku jatuh :(
Pada akhirnya, aku lega banget ketika sesi latihan berakhir. Baru bisa sedikit. Meluncur saja belum lancar. Tapi lega karena akhirnya berpisah dengan si coach nyolot. Sayangnya ketika akan mencoba berlatih sendiri, pengunjung disuruh keluar karena arena akan di-resurface. Yah, kecewa deh.
Kesimpulannya, belajar seluncur es itu mengasyikkan. Meskipun badan dan tangan sakit semua karena kebanyakan jatuh, well... it’s worth trying. Ada semacam perasaan tertantang kalau aku harus bisa. Ketakutan dan kekhawatiran yang sempat ada di awal, sedikit tergantikan dengan perasaan puas ketika aku sudah sedikit bisa. Cukuplah sebagai stretching untuk menantang diri sendiri.
Lain kali aku akan coba lagi :)
Foto: Aku sedang belajar seluncur es, diajari coach yang nyebelin.
No comments:
Post a Comment