[heuheu, ternyata asik juga curhat dengan QN ala Tobie]
Kenapa sih di semua kantor di dunia ini, ada yang namanya eksklusivitas? Ya, dalam kasusku, hal itu berbentuk geng-geng gaul yang selalu mojok barengan ketika di kantin, atau ketika pergi jalan pas main sepulang kantor.
Dari dulu, aku tidak pernah suka dengan geng-geng gaul semacam ini. Kenapa sih, nggak membaur saja dengan orang lain? Kenapa sih, musti pilih-pilih pergaulan berdasar status pegawai atau status outsourcing, atau bahkan cuma gara-gara satu bidang pekerjaan?
Well, aku pernah terlibat dalam satu geng gaul ketika SMP, dan berakhir dengan sangat menyedihkan *haha, lebay*. Tentu menyedihkan, lha wong aku didepak dari geng gaul itu karena dianggap tidak bisa "in" dengan dinamika geng. OMG, dinamika apanya... kalau yang dimaksud adalah pergi jalan ke mall sepulang sekolah, bareng-bareng pakai aksesoris yang sama, shopping ke mana-mana. Yah, namanya masih SMP, maka alasan gaulnya juga "secetek" itu. Akibatnya, aku yang sepulang sekolah langsung pulang ke rumah karena musti ngasuh adik dan bantu Mami dengan pekerjaan rumah (di rumah tidak ada pengasuh ataupun pembantu) terpaksa harus rela didepak karena dianggap tidak bisa mengikuti standar gaul mereka.
Itulah kali pertama dan yang terakhir aku terlibat dengan yang namanya geng gaul. Sejak saat itu, aku lebih nyaman pergi ke mana-mana sendiri dan bersikap nonblok terhadap semua geng-geng di sekolah. Dan hasilnya ternyata lebih menyenangkan. Aku jadi bisa ngaclok dan gaul dengan semua geng (karena dianggap tidak memihak geng tertentu), diundang datang ke acara semua geng, dan tentu yang paling menyenangkan: tak ada lagi tuh yang ngatur-ngatur aku musti gaul yang bagaimana.
Hal itu berlanjut sampai sekarang. Waktu kuliah aku juga ke mana-mana sendiri, waktu sekarang sudah bekerja pun demikian. Asyiknya lagi, karena suka ngaclok di mana-mana, aku jadi tahu banyak tentang gosip yang berkembang, hihihi. Tapi tenang saja, aku bukan manusia ember kok.
Hanya saja, masih kerap sebal dengan fenomena eksklusivitas geng-geng gaul ini. Kadang-kadang mereka menganggap gengnya yang paling penting, yang paling sibuk, bla bla bla.
Hmm, eksklusivitas... does it really matter?
Kenapa sih di semua kantor di dunia ini, ada yang namanya eksklusivitas? Ya, dalam kasusku, hal itu berbentuk geng-geng gaul yang selalu mojok barengan ketika di kantin, atau ketika pergi jalan pas main sepulang kantor.
Dari dulu, aku tidak pernah suka dengan geng-geng gaul semacam ini. Kenapa sih, nggak membaur saja dengan orang lain? Kenapa sih, musti pilih-pilih pergaulan berdasar status pegawai atau status outsourcing, atau bahkan cuma gara-gara satu bidang pekerjaan?
Well, aku pernah terlibat dalam satu geng gaul ketika SMP, dan berakhir dengan sangat menyedihkan *haha, lebay*. Tentu menyedihkan, lha wong aku didepak dari geng gaul itu karena dianggap tidak bisa "in" dengan dinamika geng. OMG, dinamika apanya... kalau yang dimaksud adalah pergi jalan ke mall sepulang sekolah, bareng-bareng pakai aksesoris yang sama, shopping ke mana-mana. Yah, namanya masih SMP, maka alasan gaulnya juga "secetek" itu. Akibatnya, aku yang sepulang sekolah langsung pulang ke rumah karena musti ngasuh adik dan bantu Mami dengan pekerjaan rumah (di rumah tidak ada pengasuh ataupun pembantu) terpaksa harus rela didepak karena dianggap tidak bisa mengikuti standar gaul mereka.
Itulah kali pertama dan yang terakhir aku terlibat dengan yang namanya geng gaul. Sejak saat itu, aku lebih nyaman pergi ke mana-mana sendiri dan bersikap nonblok terhadap semua geng-geng di sekolah. Dan hasilnya ternyata lebih menyenangkan. Aku jadi bisa ngaclok dan gaul dengan semua geng (karena dianggap tidak memihak geng tertentu), diundang datang ke acara semua geng, dan tentu yang paling menyenangkan: tak ada lagi tuh yang ngatur-ngatur aku musti gaul yang bagaimana.
Hal itu berlanjut sampai sekarang. Waktu kuliah aku juga ke mana-mana sendiri, waktu sekarang sudah bekerja pun demikian. Asyiknya lagi, karena suka ngaclok di mana-mana, aku jadi tahu banyak tentang gosip yang berkembang, hihihi. Tapi tenang saja, aku bukan manusia ember kok.
Hanya saja, masih kerap sebal dengan fenomena eksklusivitas geng-geng gaul ini. Kadang-kadang mereka menganggap gengnya yang paling penting, yang paling sibuk, bla bla bla.
Hmm, eksklusivitas... does it really matter?