Dari pengamatan pribadi dan hasil ngobrol sana-sini, aku menyimpulkan kalau sekarang ini ada satu parameter tambahan yang menjadi tolok ukur dikatakannya seseorang sebagai makhluk gaul dan eksis, yaitu: akun Facebook. Di mana-mana, tiap kali ada kenalan baru, kalimat yang terlontar adalah, ”Punya Facebook nggak?” :D
Jadiii... entah karena nggak mau ketinggalan arus lingkungan, atau entah karena sekedar penasaran, berbondong-bondonglah orang mendaftar akun Facebook. Seperti kalimat yang terlontar dari kalimat suamiku minggu lalu, ”Yang, bikinin Facebook dongg...” Hahaha, akhirnya ketularan juga.
Situs ini lebih beracun daripada situs jejaring sosial yang pernah populer sebelumnya, seperti Friendster dan Multiply. Di Facebook, orang akan kecanduan narsisme akut karena keranjingan update status, upload foto, kirim comment, dll. Meskipun harus diakui, sistemnya memang lebih canggih dan bisa membuat jaringan pertemanan menjadi lebih ”hidup”.
Buat aku pribadi, ada kisah tersendiri mengenai Facebook ini. Awalnya aku daftar Facebook demi mengintip status orang-orang tertentu. Biasaaa... buat dijadikan bahan bergosip. Ahahahahaii... Lalu tiba-tiba ada kisah lain lagi, terjadi beberapa waktu yang lalu.
Saat itu, di tempat parkir motor, seorang peneliti senior di kantorku tiba-tiba menghampiriku sambil bilang, ”Eh, kamu yang di Facebook itu ya?”
Alamak jangg... Udah setahun aku bekerja di kantor ini, si bapak itu mengenaliku... dari Facebook!! Tuing tuing... Baru ngeh kalau ada makhluk bernama Yustika ya, Pak? Jadiii... si bapak itu tergolong gaul atau malah nggak gaul ya? Hehehehe.
Ah, dasar teknologi. Ramainya orang punya jejaring sosial maya malah kadang bisa membuat mereka teralienasi dari jejaring sosial yang sesungguhnya. Bukan hal yang susah ditemui sekarang, orang saling mengirim pesan dengan Yahoo Messenger padahal mereka duduk di ruangan yang sama. Atau sibuk ber-HP ria dan mengabaikan kehadiran orang lain di sampingnya.
Hmm, kalau sudah begini, tatap muka dan kopi darat memang harus digalakkan juga, biar seimbang. Beda lah rasanya, mengenal kepribadian seseorang lewat dunia digital dengan mengenal kepribadian mereka lewat rangkulan hangat dan senyum mentari. Kuatir juga, kalau sibuk dengan jejaring sosial yang bejibun lewat komputer... nanti malah jadi autis sama sekeliling. Hiiiii...
No comments:
Post a Comment