Thanks for your care, Mas...
Thursday, November 30, 2006
Thank You, Mas
So you come all the way from Cikarang just to walk me home from my office? It’s a very very very nice of you.
Thanks for your care, Mas...
Thanks for your care, Mas...
Tuesday, November 28, 2006
Lagu
Aku sukaaa banget sama lagu ini. Sekarang setiap hari dengerin. Nadanya lembut. Liriknya penuh makna pula. *Mas, mau nyanyiin buat aku gaaaa???*
ONLY A WOMAN LIKE YOU
by Michael Bolton
It's beautiful, your honesty
You cry when you need to
You say what you feel
You're never afraid to wear your heart on your sleeve
You're always so open with me
It's in your voice, I can hear it
The sound of a woman in love
CHORUS:
Only a woman can love you so much
Give you her life and give you her trust
Not any woman can do what you do
Only a woman like you
It's magical, your love for me
It's more than a man could ever receive
I'm just a man and it's hard to believe
A woman like you could love me
It's in your eyes, I can see it
The look of a woman in love
REPEAT CHORUS
If only I could find the words to say
But I just can't, so forgive me
Cause you took the words away
You answered every prayer I always prayed
It's in your touch, I can feel it
The feeling of a woman in love
REPEAT CHORUS X
Monday, November 27, 2006
Akhir Pekan
Terlepas dari segala hiruk pikuk dan kepenatan, akhirnya ada juga hal menyenangkan terjadi. Sabtu lalu aku dan Mas Catur pergi ke bazaar buku Depdiknas. Gimana nggak pengen, diskonnya aja 50 %. Aku beli lima buku: satu buku resep masakan, satu novel Leo Tolstoy, dua buku tentang bahasan wanita dan gender, serta satu buku yang sudah sejak lama kucari-cari: Palestina 2-nya Joe Sacco! Semuanya cuma habis 67,5 ribu rupiah. Diskon tenan... Bahkan Mas Catur yang notabene enggak terlalu suka buku, kemarin juga beli tiga buku. Kepincut diskon ya, Mas? :D
Kesenangan kedua: akhirnya sempat juga nonton bioskop setelah sekian lamaaa... Hari Minggu aku menyempatkan nonton di Lippo Cikarang. Ini bioskop favoritku karena murah. Serasa nonton hemat kalau dibandingkan Bandung atau Jakarta. Nonton film Perancis Je Reste! yang dibintangi Sophie Marceau. Nggak terlalu istimewa sih filmnya, tapi cukuplah buat melepas kangen karena lama nggak ke bioskop.
Fiuuhhh, akhirnya ada juga hal menyenangkan terjadi.
*ma kasih karena udah selalu coba menghiburku ya, Mas*
Kesenangan kedua: akhirnya sempat juga nonton bioskop setelah sekian lamaaa... Hari Minggu aku menyempatkan nonton di Lippo Cikarang. Ini bioskop favoritku karena murah. Serasa nonton hemat kalau dibandingkan Bandung atau Jakarta. Nonton film Perancis Je Reste! yang dibintangi Sophie Marceau. Nggak terlalu istimewa sih filmnya, tapi cukuplah buat melepas kangen karena lama nggak ke bioskop.
Fiuuhhh, akhirnya ada juga hal menyenangkan terjadi.
*ma kasih karena udah selalu coba menghiburku ya, Mas*
Saturday, November 25, 2006
Sedih
Seminggu ini aku benar-benar jadi orang yang berbeda. Aku enggak tahu kenapa. Rasanya berattt...
Tumpang tindih antara rasa stress, marah, sedih, enggak puas, kecewa, putus asa, enggak suka, dan enggak mampu. Kenapa aku harus melakukan semua ini, kenapa aku bisa ada di sini. Dan parahnya, semua rupa rasa ini harus kutekan diam-diam dalam dada. Karena tak seorang pun bisa ngerti. Karena aku harus bermuka happy di depan orang-orang.
Benar juga kata Oprah, kemarahan yang dipendam akan jadi kemurkaan. It’s no longer an anger, it becomes a rage. Maka seminggu ini aku susah sekali menemukan senyum, susah sekali menemukan damai. Hal kecil yang enggak sesuai pun cepat sekali bikin aku naik pitam.
Allah, di mana Kau sembunyikan kedamaian itu...
*for my beloved one, can’t you see that sorrow in my eyes?*
Tumpang tindih antara rasa stress, marah, sedih, enggak puas, kecewa, putus asa, enggak suka, dan enggak mampu. Kenapa aku harus melakukan semua ini, kenapa aku bisa ada di sini. Dan parahnya, semua rupa rasa ini harus kutekan diam-diam dalam dada. Karena tak seorang pun bisa ngerti. Karena aku harus bermuka happy di depan orang-orang.
Benar juga kata Oprah, kemarahan yang dipendam akan jadi kemurkaan. It’s no longer an anger, it becomes a rage. Maka seminggu ini aku susah sekali menemukan senyum, susah sekali menemukan damai. Hal kecil yang enggak sesuai pun cepat sekali bikin aku naik pitam.
Allah, di mana Kau sembunyikan kedamaian itu...
*for my beloved one, can’t you see that sorrow in my eyes?*
Jakarta
Yup, sejak pertengahan November lalu, aku officially pindah ke Jakarta, meninggalkan Solo-ku tercinta *hiks hiks*. Sempat mampir ke Bandung buat ngambil baju, akhirnya aku menemukan kost yang lumayan nyaman di bilangan Setiabudi.
Jakarta... Kota yang selama ini jadi urutan terbawah dalam daftar kota yang ingin kujadikan tempat tinggal. Kota yang bikin aku ketakutan kala harus ke mana-mana sendirian. Kota yang bikin aku stress *ini sih lebih karena masalah kerjaan :p*. Kota di mana aku benar-benar ngerasa sendirian *ayo, Yus... mandiriiiii*. Kota yang bikin aku enggak betah.
Fiuuhhh, moga-moga Jakarta ramah sama aku, buat saat ini sampai akhir zaman. Allah, please put a smile upon my face. Moga semuanya semakin membaik.
Thursday, November 09, 2006
Aku dan Tas Tangan
Foto di samping adalah fotoku dengan tas tangan punya Mami. Seumur hidup aku belum pernah punya tas tangan. Selama ini aku cukup nyaman ke mana-mana menyandang ransel. Alasannya cuma satu: segala barang bisa masuk ke situ. Jadi aku nggak perlu repot-repot mikir gimana telepon genggam, dua flash disk, botol air, mukena, buku-buku, agenda, Al-Qur’an, tempat pensil, dan baju ganti, bisa masuk. Hehehe, khas anak ITB banget, ke mana-mana menyandang ransel. Tapi aku masih mending. Anak-anak lab malah masih nambahin sandal jepit, sikat dan pasta gigi, sabun, serta handuk, dalam daftar isi ranselnya.
Kehidupan jadi mahasiswa yang seharian mangkal di kampus emang bikin aku akrab banget sama tas ransel. Waktu udah jadi mahasiswa tingkat akhir sampai akhirnya lulus, aku masih kerap membawa tas ransel meski buku-buku yang harus dibawa udah jauh berkurang. Teguran Mami yang nyindir aku sebagai anak-cewek-dengan-ransel bikin aku beli tas kecil model selempang. Tapi tetep nyari model yang rada besar di kelasnya, buat naruh barang-barangku yang seabrek itu.
Nah, setelah cukup akrab sama model selempang *meski sering merindukan ransel karena tas selempang itu nggak selalu bisa nampung semua barang yang pengen kubawa* akhir-akhir ini Mami nyaranin aku untuk beli tas tangan, secara aku belum pernah punya. Gunanya banyak, kata Mami. Selain untuk pergi kondangan, jalan-jalan, juga biar bisa bikin aku lebih ”cewek”. Aiihhhh... emang selama ini aku kurang ”cewek” yach? *padahal aku udah nuker sepatu sneakers-ku dengan sandal tali* Pas acara reuni atau kondangan, aku sering tertegun-tegun ngeliat temen-temen putri pada pakai tas tangan. Emang aku pantes yach pakai tas tangan? Kayaknya tipe tas kecilku masih tetep tas selempang deh. *jadi inget, aku pernah disindir Mas Catur gara-gara pergi kondangan --dan difoto bersama pengantin-- pakai tas selempang Eiger, padahal berbaju gamis dan bersepatu hak tinggi, huehehehehe*
Suatu saat aku mau pergi ke suatu acara, trus pinjem tas tangan Mami. Sebelum pergi, aku mematut diri di depan cermin, pantes enggak pakai tas tangan. Eh, adik kecilku bilang, ”Nggak pantes pakai kayak gitu. Kamu itu pantesnya pakai tas ransel.” Huahahahaha...
Kayaknya aku mulai mikir-mikir pengen beli tas tangan deh. Masa kalau ada acara, aku harus pinjem koleksi tas tangan Mami terus? Beli sendiri ahh...
Adik Kecilku
Foto di atas adalah salah satu foto favoritku bersama adik kecilku. Kenalkan, namanya Yesti. Dia satu-satunya adikku, berjarak sepuluh tahun denganku. Hampir separuh usianya kulewatkan dengan bolak balik Solo-Bandung. Sayang memang, bikin kebersamaan terasa kurang.
Tapi aku cukup dekat sama adik kecilku ini. Sejak awal dia SD, setiap pulang ke Solo selalu kubawakan sesuatu, juga setiap kali dia ulang tahun. Hampir selalu kubawakan buku. Nggak heran sekarang dia hobi banget membaca. Senang juga kita punya hobi yang sama, makanya jalan-jalan ke Gramedia kerap jadi agenda berdua. Wah, kalau ke Gramedia, kita berdua bisa berjam-jam sampai kaki pegal karena muter-muter.
Adik kecilku yang pipinya tembem ini lebih pinter dandan daripada aku. Suka padu padan baju, cari warna senada mulai dari rambut sampai celana atau rok. Dulu waktu kecil, rambut panjangnya suka ditata macem-macem: dikuncir, dikepang kecil-kecil, diikat ke atas, dll. Habisin waktu paling lama sebelum berangkat sekolah buat ngurusin rambut. Sekarang sih gaya-rambut-ke-sekolah-nya lebih simpel, karena nggak ada lagi sodara sepupu yang suka dandanin rambutnya kayak waktu dia kecil :p
Adik kecilku ini sekarang udah remaja. Nggak kerasa banget. Kayaknya baru kemarin aku mandiin dia buat pergi sekolah, padahal itu udah hampir delapan tahun lalu. Udah punya telepon genggam yang lebih canggih daripada punyaku, udah mulai rahasia-rahasiaan sama aku. Wekekekek, udah mulai ngomongin cowok sama temen-temen yach? *jadi ingat aku dulu waktu seusianya*
Adik kecilku suka minta ajarin pelajaran sekolah sama aku, juga suka curhat sama aku. *tapi kok nggak pernah curhat soal kecengan ya, hehehe* Trus dia itu nurut banget sama ortu, tipe anak baik yang rajin. Suka bantuin Mami masak di dapur, suka bantuin Papi beresin sesuatu. Tapi paling males disuruh nyapu rumah.
Adik kecilku kini udah nggak kecil lagi, tapi buatku dia tetap adik kecilku selamanya. Masih tetap adik kecil yang sering kupeluk-peluk dan kucium pipi tembemnya. Really love you, my little sister...
Dongeng #3
Masih ada hubungannya sama kisah dongeng dan romantisme, ini hasilku ikut kuis iseng-iseng di sini.
You Are A Romantic |
You live your life like a fairy tale... or at least you try to. Living for magical moments, you believe there's only one true love for you. Love is the most important thing in your life, and you don't take it for granted. Your perfect match loves to be in love as much as you do! |
Dongeng #2
Berkaitan dengan postinganku ini, beberapa hari lalu ada orang gebleg nanya sambil sewot: apa hubungannya isi postinganku itu dengan pangeran berkuda putih. Setelah aku kasih clue hubungan soal isi postingan dengan dongeng, kisah romantis, dan pangeran berkuda putih, orang gebleg itu masih ngeyel bahwa semua itu nggak ada hubungannya. Aduh, gebleg banget sih. Ini orang nggak jalan sisi romantisnya apa yach?
So, postingan ini kubuat spesial buat dia deh. Ini saking aku yang emosi atau saking dianya yang gebleg ya? Hehehe...
Jadi gini, sejak aku kecil, aku sukaaaa banget sama kisah dongeng. Jadi cerita favoritku nggak jauh dari cerita tentang putri-putrian macam Cinderella, Sleeping Beauty, Snow White, Nut Crackers, Rapunzel, dll. Pokoknya yang kayak-kayak gitu deh.
Nah, jadi aku tumbuh besar dengan mindset dongeng di kepalaku. Stereotip dongeng tentang putri cantik yang jatuh cinta dengan pangeran tampan berkuda putih, bersarung pedang, yang dengan gagah berani menyelamatkan sang putri dari nenek sihir atau ibu tiri jahat. Lalu sang putri dan sang pangeran menikah *setelah sang pangeran menanyakan those magic words: will you marry me?* di istana megah dengan pernikahan meriah, dengan kue pesta setinggi beberapa tingkat, gaun cantik yang menjuntai-juntai, taburan bunga mawar, dengan raja, ratu, dan dayang-dayang yang mengiringi. Haduhh, dongeng banget ya... So sweet, romantis banget...
Mungkin itu sebabnya kenapa aku suka banget sama boneka Barbie dan Ken, karena mereka kayak putri dan pangeran. Mungkin itu sebabnya kenapa aku sukaaa banget sama bunga mawar. Dan mungkin itu pula sebabnya kenapa blog-ku ini kunamai fairytale, karena berharap hidupku seindah dongeng. Ya dongeng versiku sendiri belum tentu sama kayak versi orang lain kan?
Nah, sampai di sini Anda *dan orang gebleg itu* jadi ngerti kan hubungan antara dongeng, kisah romantis, dan pangeran berkuda putih? Begitulah. Nah, buatku... dongeng nggak melulu cuma kisah. Dongeng juga bisa terjadi di dunia nyata. Banyak kok kisah-kisah nyata yang seindah dongeng.
Hmmm, kurasa pada diri setiap orang selalu ada sebagian sisi kanak-kanak yang tak pernah hilang.
So, postingan ini kubuat spesial buat dia deh. Ini saking aku yang emosi atau saking dianya yang gebleg ya? Hehehe...
Jadi gini, sejak aku kecil, aku sukaaaa banget sama kisah dongeng. Jadi cerita favoritku nggak jauh dari cerita tentang putri-putrian macam Cinderella, Sleeping Beauty, Snow White, Nut Crackers, Rapunzel, dll. Pokoknya yang kayak-kayak gitu deh.
Nah, jadi aku tumbuh besar dengan mindset dongeng di kepalaku. Stereotip dongeng tentang putri cantik yang jatuh cinta dengan pangeran tampan berkuda putih, bersarung pedang, yang dengan gagah berani menyelamatkan sang putri dari nenek sihir atau ibu tiri jahat. Lalu sang putri dan sang pangeran menikah *setelah sang pangeran menanyakan those magic words: will you marry me?* di istana megah dengan pernikahan meriah, dengan kue pesta setinggi beberapa tingkat, gaun cantik yang menjuntai-juntai, taburan bunga mawar, dengan raja, ratu, dan dayang-dayang yang mengiringi. Haduhh, dongeng banget ya... So sweet, romantis banget...
Mungkin itu sebabnya kenapa aku suka banget sama boneka Barbie dan Ken, karena mereka kayak putri dan pangeran. Mungkin itu sebabnya kenapa aku sukaaa banget sama bunga mawar. Dan mungkin itu pula sebabnya kenapa blog-ku ini kunamai fairytale, karena berharap hidupku seindah dongeng. Ya dongeng versiku sendiri belum tentu sama kayak versi orang lain kan?
Nah, sampai di sini Anda *dan orang gebleg itu* jadi ngerti kan hubungan antara dongeng, kisah romantis, dan pangeran berkuda putih? Begitulah. Nah, buatku... dongeng nggak melulu cuma kisah. Dongeng juga bisa terjadi di dunia nyata. Banyak kok kisah-kisah nyata yang seindah dongeng.
Hmmm, kurasa pada diri setiap orang selalu ada sebagian sisi kanak-kanak yang tak pernah hilang.
Subscribe to:
Posts (Atom)