Thursday, October 12, 2006

Jalan-Jalan

KA Argodwipangga, Sabtu 1 Oktober 2006, 02.40 WIB

”Silakan,” kata pramugari kereta sambil menyodorkan sepiring nasi goreng dan segelas teh manis hangat ke hadapanku. Aku cuma menguap sambil mengucek-ucek mata. Jam segini udah dibangunin sahur, pikirku. Mana AC-nya dingin banget. Tengok kanan-kiri, penumpang lain udah mulai bersantap sahur. Ya sudahlah, dimakan aja.

Yup, guys. Pekan lalu aku kembali jalan-jalan. Kali ini ke Jakarta (lagi) dan Depok. Dari Solo naik KA eksekutif. Berhubung jarang banget naik KA eksekutif, aku jadi terbengong-bengong sendiri. Mulai dari tengok kanan-kiri untuk tahu gimana orang-orang nyetel sandaran kursi, kedinginan, sampai terheran-heran dengan cepatnya KA ini berjalan *tau-tau udah sampai Gambir aja*. Tiba di Gambir sesaat setelah subuh. Habis subuh langsung menembus udara pagi Jakarta menuju stasiun Jakarta Kota via busway untuk naik KRL menuju Depok. *Ma kasih buat Mas Catur yang udah jemput dan nganterin*

Siangnya, setelah meletakkan barang di rumah paman di Depok, aku dan Mas Catur jalan-jalan ke UI. Baru pertama kali nih ceritanya. Jadi tampangnya sama-sama kayak anak ilang. Celingak-celinguk ke sana ke sini, tanya-tanya, lalu ber-ooo ria. Ternyata UI panas ya. Serasa berada di dunia lain, secara masih banyak yang kayak hutan *hehe*.

Di tepi danau antara FIB dan FE UI, Selasa 3 Oktober 2006, satu jam menjelang buka

Di depanku, beberapa orang sibuk memancing. Di sampingku, Mas Catur sedang bercanda-canda nggak jelas. Duduk-duduk di tepi danau merasai angin sore yang sepoi emang terasa damai. Kulepaskan pandangan menuju bangunan-bangunan UI di kejauhan, lalu kutatap beberapa orang yang tengah memancing di atas jembatan penghubung di tengah danau.

Indah. Damai. Lalu senja merayap dengan temaram.

Senang banget rasanya melalui hari dengan damai. Menjelang buka, aku dan Mas Catur beli tiga gelas jus di stasiun KRL UI. Sambil nunggu KRL yang akan membawa Mas Catur pulang ke Jakarta, kami memesan nasi goreng dan mie goreng di salah satu warung di situ.

Nasi gorengku belum lagi habis ketika KRL Bogor-Jakarta datang. Mas Catur buru-buru berpamitan dan sosoknya tenggelam dalam kerumunan orang petang itu.

And one by one the nights between our separated cities are joined to the night that unites us.

(Pablo Neruda)


Sore terakhirku di Depok kuhabiskan dengan puter-puter UI naik sepeda motor. Keliling sambil liat-liat fakultas-fakultas di UI. Ngikutin angkot nomor 04 sampai Srengseng Sawah, perbatasan Depok-Jakarta. Lalu ngikutin arah baliknya sampai Margonda Raya, Depok. Kurang kerjaan? Nggak juga. Ini namanya eksplorasi *hehe* secara belum pernah ke Depok sebelumnya. Pernah sih, tapi itu pas aku TK *sama aja boong kan*.

Jalanan Jakarta, Jumat 6 Oktober 2006, dua jam menjelang buka

So here I am. Paman nganterin aku ke Gambir naik mobil. Tadinya aku mau naik KRL ekspres Depok-Gambir, tapi ternyata malah dianterin langsung. Ya sudah, alhamdulillah. Itung-itung sambil jalan-jalan liat Jakarta.

Jalanan emang sedikit macet, tapi tentu nggak separah ketika pagi hari. Di sampingku, Arif --sepupuku yang masih TK-- sibuk nyanyi ngikutin kaset Radja sambil pake kacamata item milik ayahnya. Oalahh, dasar zaman sekarang. Anak kecil aja udah hapal lagunya Radja. Ikutan pake kacamata item pula... duh duh duh...

Sempat ketemu Mas Catur sebelum kereta berangkat. *Ma kasih ya, Mas... udah nyempatin datang* Aku naik KA eksekutif lagi, tapi kali ini KA Argolawu. Celingak-celinguk lagi, bengong-bengong lagi *oalahh, dasar ndeso, hehe*. Lumayan menyenangkan jalan-jalan kali ini. Jadi ngerasain naik KRL, jadi tau Depok dan UI. It was a whole new experience.

UPDATE:
Oh ya, aku sempet lewat beberapa kali di depan kosnya Nicholas Saputra *hihihi* yang letaknya di seberang pagar FT UI. Sempet pula liat mobilnya *nggak penting banget sih*. Untung aku bukan fans dia. Jadi nggak perlu tercengang-cengang *huahahaha*.

No comments:

Post a Comment