Sunday, July 20, 2025

Sehari dalam Hidupku (2)

Tiga tahun lalu aku pernah menulis tentang tema ini di blog. Ternyata setelah tiga tahun berselang, ada banyak hal yang sudah berubah dalam keseharianku. Aku pindah tempat kerja sehingga hal itu cukup membuat rutinitasku berubah juga.

Pagi Penuh Ketergesaan

Hariku masih diawali dengan pagi yang rusuh. Kini aku harus bangun lebih pagi daripada dulu karena aku harus mengejar commuter line ke arah Jakarta. Saat azan subuh berkumandang, biasanya aku sudah selesai mandi. Setelah memastikan anak-anak bangun, mandi, dan sarapan, aku segera berangkat ke stasiun bersama suami. Biasanya aku memilih naik kereta pukul 06.10 supaya tidak terlalu berdesakan. Bila lewat dari itu, siap-siap saja menjadi pindang pepes di dalam gerbong.

Di dalam kereta, biasanya aku membaca zikir pagi dan suamiku mengaji. Waktu di dalam kereta yang acapkali kami lalui dengan berdiri itu sungguh sayang jika dilewatkan dengan bengong begitu saja. Jika dulu aku mencium punggung tangan suami ketika masing-masing dari kami berangkat bekerja, kini rutinitas itu kulakukan di atas commuter line ketika suamiku turun satu stasiun lebih dulu daripada aku.

Pergi Bekerja

Saat ini tempat kerjaku terletak di salah satu gedung pencakar langit di bilangan Thamrin. Setelah naik ke lantai delapan dan menaruh tas di meja kerja, biasanya aku turun lagi untuk menyempatkan jogging di seputaran Monas dua hingga tiga kali dalam seminggu. Jogging pagi selalu membuatku menguap setelah jam sepuluh pagi, tetapi aku tak punya pilihan waktu lain untuk berlari karena sore hari sudah cukup rusuh untuk mengejar kereta kembali ke arah pulang.

Trotoar seputaran Monas yang nyaman buat jogging

Setelah selesai jogging dan mandi, hal wajib yang kulakukan selanjutnya adalah menyeduh kopi di pantry. Sambil menunggu teko air mendidih, aku memandang belantara gedung pencakar langit di depan jendela kaca besar. Pikiranku pun berkelana.

Pemandangan Thamrin dari jendela sebelah pantry

Sembilan belas tahun yang lalu, ketika statusku masih fresh graduate dan tengah berjuang melamar pekerjaan ke sana kemari dengan mengikuti belasan wawancara di ibukota, aku pernah memupuk tekad untuk kelak suatu hari akan menjadi bagian dari para pekerja white collar yang necis, wangi, tampak profesional, dan sibuk berseliweran di bilangan Thamrin-Sudirman. Meskipun tahun-tahun yang berlalu telah membawaku bertualang ke dunia yang berbeda dengan berbagai macam perjalanan, ternyata sampai juga aku di tempat ini.

Saat ini aku bekerja pada suatu direktorat yang mengurusi tentang klirens etik dan perizinan riset. Klirens etik adalah suatu instrumen untuk mengukur keberterimaan secara etik suatu rangkaian proses riset. Klirens etik riset merupakan acuan bagi periset dalam menjunjung tinggi nilai integritas, kejujuran, dan keadilan dalam melakukan riset. Hal ini diperlukan agar periset tidak menemui masalah dalam menjalankan riset dan mempublikasikan hasil risetnya.

Sebagai Ketua Tim pada salah satu bidang klirens etik, tugasku sehari-hari adalah  mengoordinasikan dan memastikan layanan fasilitasi klirens etik berjalan dengan baik. Kami melayani pengajuan usulan klirens etik proposal riset yang dilakukan oleh periset Indonesia dan periset asing yang akan melakukan riset di Indonesia.

Sore dan Malam Hari

Sesampaiku di rumah, biasanya aku beristirahat sebentar sambil bercengkerama dengan anak-anak. Waktu-waktu setelah itu adalah family time. Aku mendampingi anak-anak menyantap makan malam, bermain, belajar, atau menonton televisi.

Peralatan home gym-ku

Waktu selepas petang adalah waktu olahragaku berikutnya, yaitu latihan beban. Alhamdulillah aku memiliki fasilitas home gym yang cukup lengkap untuk ukuran rumah tangga. Supaya terstruktur dan terprogram, aku mengikuti online coaching melalui Lisfit, layanan personal trainer wanita yang sangat memudahkan para perempuan yang susah keluar rumah, untuk tetap sehat dengan berolahraga dari rumah.

Setelah mengantar anak-anak pergi tidur, waktu sebelum tidur kadang kuisi untuk beres-beres, membaca novel, atau menulis. Dengan kegiatan yang melelahkan sepanjang hari, bisa dikatakan kini aku jarang sekali bergadang. Waktu tidur malam menjadi saat yang ditunggu-tunggu karena akhirnya aku bisa meluruskan punggung serta mengistirahatkan fisik dan pikiran.

No comments:

Post a Comment