Bicara soal sifat produktif, tentu definisinya berbeda-beda tergantung siapa yang memandangnya. Menurut KBBI, produktif artinya bersifat atau mampu menghasilkan; mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya); atau menguntungkan. Sebagai seorang manusia dan hamba Allah, mari kita mencoba untuk memahami makna produktif dalam bekerja melalui kacamata seorang muslim.
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’” (Q.S. Al Baqarah: 30)
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz Dzariyat: 56)
Dua tugas utama kita sebagai hamba Allah adalah menjadi khalifah di muka bumi dan beribadah kepada-Nya. Jadi, dua hal ini harus menjadi landasan kita dalam berpikir dan bertindak, termasuk dalam hal produktivitas. Kemudian ada juga hadis yang mengatakan bahwa seorang muslim juga dinilai dari aspek kebermanfaatannya. Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda, "Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (H.R. Bukhari).
Setiap insan tentu dikaruniai kelebihan, kemampuan, potensi, dan peran yang berbeda-beda. Ada orang yang berkarir di luar rumah dan ada juga yang bekerja dari dalam rumah. Apapun peran bekerja yang mereka jalankan, aktivitasnya tersebut tentu juga bernilai pahala karena produktif bekerja dan mencari nafkah sesungguhnya juga perintah Allah.
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (Q.S. Al Jumuah: 10)
Ayat di atas mengandung perintah untuk bertebaran di bumi dalam rangka bekerja dan berbisnis; untuk mencari karunia Allah dalam bentuk rezeki yang halal dan berkah. Tentunya perintah tersebut juga diiringi dengan perintah untuk mengingat Allah ketika salat maupun ketika bekerja agar menjadi pribadi yang beruntung.
Selain itu, masih ada beberapa hadis tentang bekerja sebagai berikut.
“Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek (lelah) lantaran pekerjaan kedua tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa baginya.” (H.R. Thabrani).
“Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as. memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.” (H.R. Bukhari)
“Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya (bekerja) sendiri. Dan apa saja yang dinafkahkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya adalah sedekah.” (H.R. Ibnu Majah).
Produktifnya muslim dalam bekerja tidak hanya bernilai ibadah, tetapi juga dapat berpengaruh luas untuk kemaslahatan umat. Hal ini bukan hanya menjadikannya paripurna sebagai khalifah yang menunaikan kewajiban beribadah, melainkan juga meningkatkan nilai kebermanfaatan dirinya bagi umat.
No comments:
Post a Comment