Aku pernah menulis di sini tentang bagaimana gawai dapat membuat seseorang menjadi antisosial dan teralienasi dari orang-orang terdekat. Nilai positifnya tentu ada, dalam kaitannya dengan kepraktisan dan kemudahan. Memang gawai ini bagaikan dua sisi mata pisau, tinggal bagaimana kita menggunakannya. Lantas bagaimana hubungan antara gawai dengan produktivitas seseorang?
Dalam era kapitalisme seperti sekarang ini, dunia dikuasai oleh kaum pemodal. Dengan tatanan dunia baru yang mereka ciptakan, tujuan mereka adalah menguasai sumber daya demi mendapatkan keuntungan (materi) sebanyak-banyaknya. Dunia digital dan media adalah salah satu alat yang mereka gunakan untuk mencapai tujuan itu.
Oleh karena itu, tak mengherankan jika banyak komoditas yang mereka ciptakan sedemikian rupa sehingga menimbulkan ketergantungan masyarakat dengan harapan supaya orang mau melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Sebut saja gawai jenis terbaru, aplikasi-aplikasi terkini, media sosial, game, atau produk-produk dunia digital lainnya, yang membuat generasi zaman sekarang begitu takut tertinggal dari lingkungannya jika tidak ikut serta memiliki atau menggandrungi (fear of missing out atau FOMO).
Jika dihubungkan dengan tugas utama kita sebagai hamba Allah, yaitu untuk menjadi khalifah di muka bumi dan untuk beribadah kepada-Nya, keriuhan dunia ini bisa jadi sangat melenakan. Alih-alih memikirkan kebermanfaatan kita untuk umat, kita malah sibuk memikirkan konten yang laku, sibuk scrolling media sosial, sibuk berjoget Tik-Tok, atau yang lainnya. Bahkan kadang-kadang kita jadi melalaikan waktu salat karena terlalu lama melihat-lihat feed Instagram atau Facebook. Astaghfirullah.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus menghindari gawai sama sekali? Tentu bukan begitu kesimpulannya. Kemajuan teknologi harus didudukkan sesuai porsinya, sesuai dengan makna produktivitas menurut kacamata seorang muslim. Jika tidak demikian, kemajuan teknologi–termasuk gawai–justru dapat menimbulkan kehancuran. Kita produktif bekerja bukan sekadar untuk menjadi kaya, tetapi juga untuk beribadah karena Allah perintahkan demikian. Begitu juga halnya dengan gawai. Jika kita gunakan untuk produktif beribadah, insyaallah gawai akan mendatangkan kemaslahatan.
Beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan:
- Memastikan gawai digunakan untuk hal-hal produktif yang mendukung kebaikan, misalnya: untuk mengikuti kajian, untuk bekerja halal, untuk belajar, dll.
- Memastikan gawai terhindar dari konten negatif, ujaran kebencian, dan hal-hal yang merusak atau mendukung keburukan.
- Memastikan kita tidak menyibukkan diri untuk melakukan hal-hal yang sia-sia dengan gawai, misalnya: scrolling media sosial tanpa tujuan, ngepoin berita artis, dll.
- Meningkatkan kebermanfaatan kita melalui gawai yang kita punya. Ini ada banyak caranya, misalnya: membuat tutorial memasak, tutorial yoga, tutorial berkebun, atau hal-hal lain sesuai kompetensi kita.
Yuk, kita maksimalkan gawai yang kita punya untuk kebaikan. Insyaallah manfaatnya akan kembali ke diri kita. Produktivitas tidak dinilai semata-mata dari hal-hal yang bersifat fisik atau materi yang kita miliki, tetapi juga dari keridaan Allah kepada kita.
No comments:
Post a Comment