[to my one-and-only angel...]
Malam yang dingin, langit yang pekat, dan rintik yang tak henti mengguyur. Aku menatap keluar, memesrai cuaca yang membuat kita kuyub. Kau tahu, aku selalu nyaman bercengkerama denganmu. Seperti memanjakan diri sendiri, meski di tengah malam yang dingin sekalipun.
Pagi yang berkabut di tepi kolam ikan. Duduk di pinggir beton sambil memandangimu datang dengan senyuman, meski sambil terus merapatkan jaket kesayanganmu. Kau tak ubahnya seperti pahlawan yang datang ke dalam hidupku. Menghangatkan, menceriakan hari, membagi binar kehidupan, tak peduli di tengah pagi yang menggigil sekalipun.
Dalam diam, kita berbincang. Selalu kutemukan harap yang tak pernah padam pada sinar matamu. Air mata yang mengalir pelan di pipimu ketika teringat pada orang-orang tersayang, membuatku menyadari halusnya rasamu. Dalam benakmu, mimpi-mimpi yang kaubangun untuk mereka senantiasa terpatri. Aku tahu. Aku paham. Kau begitu istimewa, seistimewa mimpi dan harapanmu. Aku selalu ada untukmu, menemanimu dalam senang dan sedih, mendukungmu meraih segala yang kauinginkan. Karena begitulah adanya bila jiwa kita satu.
Kaulihatkah ikan-ikan yang kita beri makan? Mereka riang melahap butir-butir kecil yang kita lempar ke permukaan kolam. Seperti itu pulalah hatiku. Riang melahap setiap detik kehidupan bersamamu, karena berkat kaulah, aku mampu mencintai secara utuh. Kau selalu di sana untukku, meski kadang terpisah ruang dan waktu, membantuku bangkit untuk menemukan sisi kemanusiaanku yang telah lama raib. Membuatku yakin bahwa aku disayangi dan diterima sebagaimana aku apa adanya. Membuatku menikmati hidup karena ia terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja, apalagi dengan adanya kau di sisiku.
Kau, aku, dan mimpi-mimpi kita masing-masing kini telah menyublim menjadi kau, aku, dan mimpi-mimpi kita berdua. Hidup kita adalah padu. Hidup kita adalah satu.
Malam yang dingin, langit yang pekat, dan rintik yang tak henti mengguyur. Aku menatap keluar, memesrai cuaca yang membuat kita kuyub. Kau tahu, aku selalu nyaman bercengkerama denganmu. Seperti memanjakan diri sendiri, meski di tengah malam yang dingin sekalipun.
Pagi yang berkabut di tepi kolam ikan. Duduk di pinggir beton sambil memandangimu datang dengan senyuman, meski sambil terus merapatkan jaket kesayanganmu. Kau tak ubahnya seperti pahlawan yang datang ke dalam hidupku. Menghangatkan, menceriakan hari, membagi binar kehidupan, tak peduli di tengah pagi yang menggigil sekalipun.
Dalam diam, kita berbincang. Selalu kutemukan harap yang tak pernah padam pada sinar matamu. Air mata yang mengalir pelan di pipimu ketika teringat pada orang-orang tersayang, membuatku menyadari halusnya rasamu. Dalam benakmu, mimpi-mimpi yang kaubangun untuk mereka senantiasa terpatri. Aku tahu. Aku paham. Kau begitu istimewa, seistimewa mimpi dan harapanmu. Aku selalu ada untukmu, menemanimu dalam senang dan sedih, mendukungmu meraih segala yang kauinginkan. Karena begitulah adanya bila jiwa kita satu.
Kaulihatkah ikan-ikan yang kita beri makan? Mereka riang melahap butir-butir kecil yang kita lempar ke permukaan kolam. Seperti itu pulalah hatiku. Riang melahap setiap detik kehidupan bersamamu, karena berkat kaulah, aku mampu mencintai secara utuh. Kau selalu di sana untukku, meski kadang terpisah ruang dan waktu, membantuku bangkit untuk menemukan sisi kemanusiaanku yang telah lama raib. Membuatku yakin bahwa aku disayangi dan diterima sebagaimana aku apa adanya. Membuatku menikmati hidup karena ia terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja, apalagi dengan adanya kau di sisiku.
Kau, aku, dan mimpi-mimpi kita masing-masing kini telah menyublim menjadi kau, aku, dan mimpi-mimpi kita berdua. Hidup kita adalah padu. Hidup kita adalah satu.
No comments:
Post a Comment