Sekarang ada tambahan halaman baru di sini. Bisa juga di-link dari sidebar samping. It's about my dreams, books, motivations, bla bla bla...
Friday, December 30, 2005
Thursday, December 22, 2005
Cinta: Sudut Pandang Baru
Selama ini aku menganggap orang yang tidak aku kenal dan orang yang aku benci sebagai orang-orang yang tidak perlu aku pedulikan. Entah mengapa belakangan ini aku tak lagi begitu. Tiap melihat mereka, selalu terpikir: mereka adalah orang-orang yang pasti punya orang-orang terkasih yang sangat menyayangi mereka. Tiap orang pasti punya orang-orang terdekat yang sangat peduli pada mereka.
Lalu berangsur-angsur aku tak lagi memandang mereka hanya sekedar sebagai ’orang’ atau sebuah entri kuantitas belaka, melainkan sebagai human being yang unik, yang perlu dikasihi dan dihargai...
Look what love has done to me.
Lalu berangsur-angsur aku tak lagi memandang mereka hanya sekedar sebagai ’orang’ atau sebuah entri kuantitas belaka, melainkan sebagai human being yang unik, yang perlu dikasihi dan dihargai...
Look what love has done to me.
Beristirahat dari Rutinitas
Satu jam menjelang maghrib. Rintik hujan rapat-rapat turun ke bumi. Aku memilih berjalan kaki pulang dari tempat senam sampai ke rumah. Mencoba untuk mengistirahatkan motor dan menikmati sesuatu yang lain. Itu rute yang biasa, tapi pengalaman melewatinya berbeda. Ada banyak hal terlewat dari perjalananku di atas motor selama ini. Ternyata laju kencang motor membuatku terasing dari realita.
Kubiarkan tetes air hujan yang selama ini tertangkis kaca helm, membasahi jilbab dan wajahku. Kubiarkan diriku memekik saat terciprat kubangan oleh kendaraan yang lewat. Kubiarkan kedua ujung sepatuku berjinjit satu-satu menapaki jalanan basah.
Lalu kubiarkan mata ini menikmati kehidupan orang-orang. Bapak-bapak tukang ojek yang berbincang merapat di bawah atap warung, pemuda berambut basah yang berteriak membantu sopir angkot mendapatkan penumpang, abang-abang penjual kaki lima yang mengukus kue atau menggoreng penganan, ibu penjual bakso yang sedang sibuk berbicara sambil mengelap kaca gerobak bakso, pengendara motor yang tergesa berpacu dengan waktu, abang tukang tambal ban yang mendorong mesinnya di jalan, sampai anak-anak punk beranting-anting yang asyik bernyanyi dan memetik gitar... mereka menuturkan kisah hidupnya padaku. Masih sempat pula kuperhatikan detil-detil arsitektur beberapa bangunan yang selama ini menarik perhatianku, tapi tidak punya cukup waktu untuk kuamati.
Setengah jam berjalan kaki telah membawaku melalui banyak hal. Begitu banyak energi, begitu banyak keindahan. Membuatku malu mengapa aku sering kehilangan energi untuk menjalani hidup.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Sore hari yang mendung dengan sedikit rintik membasahi. Angin bertiup pelan membawa semilir menyejukkan. Kuabaikan kebiasaan untuk bergegas pulang dari kampus, dan kuputuskan untuk sebentar bercengkerama dengan suasana. Di sini, di selasar TU Elektro, dua jam menjelang maghrib.
Di balkon lantai dua ini, lampu-lampu sudah mulai dinyalakan dan aku duduk seorang diri. Kubiarkan angin mempermainkan ujung jilbabku. Kubiarkan pula angin mengibar-ngibarkan ujung lembaran buku di tanganku. Kubiarkan mataku menikmati kolam bundar, jalan beton Plaza Widya, ujung dedaunan yang melambai, orang-orang yang sedang berjalan, dan di kejauhan... kerumunan orang bermain basket dan kumpulan orang duduk-duduk di selasar Campus Center.
Kuhela nafas panjang. Aku tak pernah benar-benar menyadari cintaku pada kampus ini, hingga hari ini. Mereka benar, inilah kampus terbaik yang Allah berikan padaku. Meskipun selama ini aku sering mengeluhkan ganasnya kampus ini, aku harus mengakui bahwa hatiku tertambat di sini. Di sinilah aku bertemu dengan orang-orang hebat, dan di sinilah aku belajar merenda kehidupan. Menikmati waktu-waktu terakhir yang semestinya tak akan lama lagi, membuatku mensyukuri banyak hal. You don’t know what you’ve got until it’s gone.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Fiuuhh... jenak-jenak perenungan itu benar-benar indah. Menginspirasi dan memberi pengingatan. Seperti kataku pada seorang teman: dengan begitu banyak cinta, aku tahu aku pasti bisa. Thanks to Allah atas setiap detik kehidupan yang berharga ini.
We live in a free world
I whistle down the wind
Carry on smiling... and the world will smile with you
Life is a flower
So precious in your hand
Carry on smiling... and the world will smile with you
Kubiarkan tetes air hujan yang selama ini tertangkis kaca helm, membasahi jilbab dan wajahku. Kubiarkan diriku memekik saat terciprat kubangan oleh kendaraan yang lewat. Kubiarkan kedua ujung sepatuku berjinjit satu-satu menapaki jalanan basah.
Lalu kubiarkan mata ini menikmati kehidupan orang-orang. Bapak-bapak tukang ojek yang berbincang merapat di bawah atap warung, pemuda berambut basah yang berteriak membantu sopir angkot mendapatkan penumpang, abang-abang penjual kaki lima yang mengukus kue atau menggoreng penganan, ibu penjual bakso yang sedang sibuk berbicara sambil mengelap kaca gerobak bakso, pengendara motor yang tergesa berpacu dengan waktu, abang tukang tambal ban yang mendorong mesinnya di jalan, sampai anak-anak punk beranting-anting yang asyik bernyanyi dan memetik gitar... mereka menuturkan kisah hidupnya padaku. Masih sempat pula kuperhatikan detil-detil arsitektur beberapa bangunan yang selama ini menarik perhatianku, tapi tidak punya cukup waktu untuk kuamati.
Setengah jam berjalan kaki telah membawaku melalui banyak hal. Begitu banyak energi, begitu banyak keindahan. Membuatku malu mengapa aku sering kehilangan energi untuk menjalani hidup.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Sore hari yang mendung dengan sedikit rintik membasahi. Angin bertiup pelan membawa semilir menyejukkan. Kuabaikan kebiasaan untuk bergegas pulang dari kampus, dan kuputuskan untuk sebentar bercengkerama dengan suasana. Di sini, di selasar TU Elektro, dua jam menjelang maghrib.
Di balkon lantai dua ini, lampu-lampu sudah mulai dinyalakan dan aku duduk seorang diri. Kubiarkan angin mempermainkan ujung jilbabku. Kubiarkan pula angin mengibar-ngibarkan ujung lembaran buku di tanganku. Kubiarkan mataku menikmati kolam bundar, jalan beton Plaza Widya, ujung dedaunan yang melambai, orang-orang yang sedang berjalan, dan di kejauhan... kerumunan orang bermain basket dan kumpulan orang duduk-duduk di selasar Campus Center.
Kuhela nafas panjang. Aku tak pernah benar-benar menyadari cintaku pada kampus ini, hingga hari ini. Mereka benar, inilah kampus terbaik yang Allah berikan padaku. Meskipun selama ini aku sering mengeluhkan ganasnya kampus ini, aku harus mengakui bahwa hatiku tertambat di sini. Di sinilah aku bertemu dengan orang-orang hebat, dan di sinilah aku belajar merenda kehidupan. Menikmati waktu-waktu terakhir yang semestinya tak akan lama lagi, membuatku mensyukuri banyak hal. You don’t know what you’ve got until it’s gone.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Fiuuhh... jenak-jenak perenungan itu benar-benar indah. Menginspirasi dan memberi pengingatan. Seperti kataku pada seorang teman: dengan begitu banyak cinta, aku tahu aku pasti bisa. Thanks to Allah atas setiap detik kehidupan yang berharga ini.
We live in a free world
I whistle down the wind
Carry on smiling... and the world will smile with you
Life is a flower
So precious in your hand
Carry on smiling... and the world will smile with you
Tentang Orang-Orang Terkasih
Yakinilah, Yus...
Bahwa sejatinya mereka punya cinta yang berlimpah-limpah untukmu.
Mereka hanya tidak punya cukup waktu untuk menunjukkannya.
Bahwa sejatinya mereka punya cinta yang berlimpah-limpah untukmu.
Mereka hanya tidak punya cukup waktu untuk menunjukkannya.
Aku Ingin Menangis
Salah satu kebiasaan yang hampir tidak pernah aku lewatkan adalah menonton berita Metro TV setiap jam enam petang. Biasanya aku duduk menyimak berita di depan TV sambil menyantap makan malam. Belakangan ini aku merasa sangat ironis...
Kelaparan di Yahukimo, busung lapar dan malnutrisi di Indramayu, istri-istri nelayan Brebes yang berebut beras gratis dari gubernur, pengungsi Aceh di tenda-tenda yang mulai kekurangan bahan pangan... berkelebatan di depan mata sementara aku memandangi piring di pangkuan.
Tiba-tiba aku ingin menangis... dalam ketakberdayaanku berbuat nyata untuk mereka.
Kelaparan di Yahukimo, busung lapar dan malnutrisi di Indramayu, istri-istri nelayan Brebes yang berebut beras gratis dari gubernur, pengungsi Aceh di tenda-tenda yang mulai kekurangan bahan pangan... berkelebatan di depan mata sementara aku memandangi piring di pangkuan.
Tiba-tiba aku ingin menangis... dalam ketakberdayaanku berbuat nyata untuk mereka.
Do You Know?
Do you know where you're going to?
Do you like the things that life is showing you?
Where are you going to? Do you know?
Do you get what you're hoping for,
When you look behind you there's no open door?
What are you hoping for? Do you know?
Once we were standing still in time,
Chasing the fantasies that filled our minds.
You knew how I loved you, but my spirit was free
Laughing at the questions that you once asked of me.
Do you know where you're going to?
Do you like the things that life is showing you?
Where are you going to? Do you know?
Now looking back at all we've had,
We let so many dreams just slip through our hands.
Why must we wait so long before we see,
How sad the answers to those questions can be?
Do you know where you're going to?
Do you like the things that life is showing you?
Where are you going to? Do you know?
Do you get what you're hoping for,
When you look behind you there's no open door?
What are you hoping for? Do you know?
(Mariah Carey, Do You Know (Where You're Going To))
[Now I know where I’m going to. It took me so long before I finally like the things that life is showing me. This song hit me suddenly, right into my heart. It reminds me over and over again, about how lucky I am to have a very beautiful life with so much love and passion from my beloved ones: my parents, my brother and sister, my friends, and of course... my one-and-only angel.]
Do you like the things that life is showing you?
Where are you going to? Do you know?
Do you get what you're hoping for,
When you look behind you there's no open door?
What are you hoping for? Do you know?
Once we were standing still in time,
Chasing the fantasies that filled our minds.
You knew how I loved you, but my spirit was free
Laughing at the questions that you once asked of me.
Do you know where you're going to?
Do you like the things that life is showing you?
Where are you going to? Do you know?
Now looking back at all we've had,
We let so many dreams just slip through our hands.
Why must we wait so long before we see,
How sad the answers to those questions can be?
Do you know where you're going to?
Do you like the things that life is showing you?
Where are you going to? Do you know?
Do you get what you're hoping for,
When you look behind you there's no open door?
What are you hoping for? Do you know?
(Mariah Carey, Do You Know (Where You're Going To))
[Now I know where I’m going to. It took me so long before I finally like the things that life is showing me. This song hit me suddenly, right into my heart. It reminds me over and over again, about how lucky I am to have a very beautiful life with so much love and passion from my beloved ones: my parents, my brother and sister, my friends, and of course... my one-and-only angel.]
Life Ain’t Just About Money
Belakangan ini aku banyak merenung tentang hidup, dalam kaitannya dengan masa lalu, kini, dan masa depan. Kenangan tentang sebuah keluarga di mana aku tumbuh besar, dan impian tentang sebuah keluarga yang ingin kubangun. Fiuuhh... perenungan yang panjang dan dalam...
Perenungan itu membawaku pada pertanyaan: mengapa orang sering menganggap kebahagiaan identik dengan kekayaan, kesejahteraan identik dengan harta yang melimpah, dan kebanggaan identik dengan kedudukan yang tinggi? Alangkah dangkalnya manusia bila tiap orang berpikir seperti itu.
Aku mengenal sebuah keluarga yang sangat berkecukupan. Dari segi harta, mereka tak kekurangan. Dari segi kedudukan, mereka sangat terhormat. Mereka tampak bahagia. A perfect family. Tapi entahlah... ada sesuatu yang sangat menusuk perasaanku. Ingin rasanya kutanyakan pada anak dalam keluarga itu ketika ia dewasa nanti: adakah yang terlewat dari masa kanak-kanaknya yang berkelimpahan? Ingin rasanya kutatap bening matanya, berharap tak pernah ia akan rasakan duka di sana, seperti duka yang dulu selalu ada dalam hatiku. Ingin kutanyakan padanya: adakah ia rasakan kehilangan akibat kedua orang tua yang jarang berada di rumah?
Bagiku, bullshit bila orang tua berdalih melakukan semua itu demi kesejahteraan si anak. Cinta dan perhatian tak bisa diganti dengan uang dan kedudukan tinggi. Love doesn’t cost a thing. Apa artinya berkecukupan bila kita tak punya teman untuk bicara, dengan siapa kita berbagi, bermanja, bermain, atau sekedar minta ditemani mengerjakan tugas sekolah? Apa artinya terpilih dalam pertunjukan atau pertandingan sekolah bila orang-orang terkasih kita tak ada di sana untuk menyaksikannya? Akankah kita temukan kasih sayang orang tua pada pembantu, tukang kebun, guru les, atau guru mengaji yang lebih sering berada di rumah daripada orang tua kita?
Berdasar pengalaman pribadi, menurutku ada dua kemungkinan dampak buruk yang bisa terjadi pada si anak. Dia akan tumbuh menjadi anak yang tertutup, minder, merasa tidak diperhatikan, dan tidak dicintai. Kebutuhan emosionalnya akan kasih sayang orang-orang terdekat tidak terpenuhi secara baik. Kemungkinan kedua lebih buruk lagi: bisa saja dia bahkan menjadi kebas, merasa tidak lagi membutuhkan orang tua. Toh selama ini dia bisa berdiri sendiri dan berusaha sendiri tanpa kedekatan dengan orang tua. Hubungan yang berjarak dengan orang tua membuatnya teralienasi. Bukankah menyedihkan bila seorang anak merasa tidak lagi membutuhkan orang tuanya?
Aku sangat percaya dengan lirik lagu Hero ini:
It's a long road
When you face the world alone
No one reaches out a hand
For you to hold
Orang tua adalah orang-orang terdekat anak yang paling bisa reach out a hand for them to hold, supaya anak tidak merasa sendiri. Apa jadinya jika orang tua tidak memiliki pemahaman ini?
Aku tidak ingin jadi bunda yang seperti itu buat anak-anakku. Aku ingin jadi bunda yang selalu ada untuk mendukung mereka dan memberi mereka nasehat tanpa menggurui. Bunda kepada siapa mereka berbagi keajaiban, kegembiraan, bahkan air mata. Bunda yang mampu membuat mereka merasa lebih baik. Bunda yang jadi sahabat sejati mereka. Bunda yang juga akrab dengan teman-teman mereka. Sungguh... aku bersedia mengambil resiko apa saja untuk menjadi bunda yang seperti ini...
Pada akhirnya, kebahagiaanku adalah ketika anak-anakku dengan bangga berkata, ”Bundaku adalah bunda paling hebat...”
Perenungan itu membawaku pada pertanyaan: mengapa orang sering menganggap kebahagiaan identik dengan kekayaan, kesejahteraan identik dengan harta yang melimpah, dan kebanggaan identik dengan kedudukan yang tinggi? Alangkah dangkalnya manusia bila tiap orang berpikir seperti itu.
Aku mengenal sebuah keluarga yang sangat berkecukupan. Dari segi harta, mereka tak kekurangan. Dari segi kedudukan, mereka sangat terhormat. Mereka tampak bahagia. A perfect family. Tapi entahlah... ada sesuatu yang sangat menusuk perasaanku. Ingin rasanya kutanyakan pada anak dalam keluarga itu ketika ia dewasa nanti: adakah yang terlewat dari masa kanak-kanaknya yang berkelimpahan? Ingin rasanya kutatap bening matanya, berharap tak pernah ia akan rasakan duka di sana, seperti duka yang dulu selalu ada dalam hatiku. Ingin kutanyakan padanya: adakah ia rasakan kehilangan akibat kedua orang tua yang jarang berada di rumah?
Bagiku, bullshit bila orang tua berdalih melakukan semua itu demi kesejahteraan si anak. Cinta dan perhatian tak bisa diganti dengan uang dan kedudukan tinggi. Love doesn’t cost a thing. Apa artinya berkecukupan bila kita tak punya teman untuk bicara, dengan siapa kita berbagi, bermanja, bermain, atau sekedar minta ditemani mengerjakan tugas sekolah? Apa artinya terpilih dalam pertunjukan atau pertandingan sekolah bila orang-orang terkasih kita tak ada di sana untuk menyaksikannya? Akankah kita temukan kasih sayang orang tua pada pembantu, tukang kebun, guru les, atau guru mengaji yang lebih sering berada di rumah daripada orang tua kita?
Berdasar pengalaman pribadi, menurutku ada dua kemungkinan dampak buruk yang bisa terjadi pada si anak. Dia akan tumbuh menjadi anak yang tertutup, minder, merasa tidak diperhatikan, dan tidak dicintai. Kebutuhan emosionalnya akan kasih sayang orang-orang terdekat tidak terpenuhi secara baik. Kemungkinan kedua lebih buruk lagi: bisa saja dia bahkan menjadi kebas, merasa tidak lagi membutuhkan orang tua. Toh selama ini dia bisa berdiri sendiri dan berusaha sendiri tanpa kedekatan dengan orang tua. Hubungan yang berjarak dengan orang tua membuatnya teralienasi. Bukankah menyedihkan bila seorang anak merasa tidak lagi membutuhkan orang tuanya?
Aku sangat percaya dengan lirik lagu Hero ini:
It's a long road
When you face the world alone
No one reaches out a hand
For you to hold
Orang tua adalah orang-orang terdekat anak yang paling bisa reach out a hand for them to hold, supaya anak tidak merasa sendiri. Apa jadinya jika orang tua tidak memiliki pemahaman ini?
Aku tidak ingin jadi bunda yang seperti itu buat anak-anakku. Aku ingin jadi bunda yang selalu ada untuk mendukung mereka dan memberi mereka nasehat tanpa menggurui. Bunda kepada siapa mereka berbagi keajaiban, kegembiraan, bahkan air mata. Bunda yang mampu membuat mereka merasa lebih baik. Bunda yang jadi sahabat sejati mereka. Bunda yang juga akrab dengan teman-teman mereka. Sungguh... aku bersedia mengambil resiko apa saja untuk menjadi bunda yang seperti ini...
Pada akhirnya, kebahagiaanku adalah ketika anak-anakku dengan bangga berkata, ”Bundaku adalah bunda paling hebat...”
Friday I’m in Love
07.15
Katanya warnet 24 jam, kok pake tutup segala sih? Setelah nunggu bentar dan lobi-lobi, akhirnya boleh masuk juga.
09.40
Ha..ah? Udah jam segini? Ayo cepet-cepet. Dua puluh menit lagi kuliah. Download-an belum di-save. Terburu-buru say goodbye dengan beberapa orang teman. Menutup e-mail dan window-window. Cabuuutt...
10.30
Ternyata si bapak nggak dateng. Akhirnya ngobrolin tugas sama Bayu. Pusing juga ya sistem embedded ini. Kemarin udah bikin grand design rancangan hardware, tapi rancangan software-nya belum. Sistem kendali temperatur rumah kaca berbasis mikrokontroller => judulnya sih keren, tapi realisasinya... ke laut ajee... :p
11.15
Ngantri beli lotek dan tempe mendoan di belakang kampus. Katanya sih di sini enak. Lama juga antrinya. Warungnya sampai penuh gitu. Duh, udah ngiler. Lima ribu perak udah dapet lotek sebungkus tanpa lontong, plus tiga biji tempe yang gede-gede. Gimana nggak gede, satunya aja tujuh ratus perak!
14.40
Terkantuk-kantuk bangun dari tidur sambil ngucek-ngucek mata. Kayaknya tadi ada yang janji mau ngebangunin deh. Ah, mungkin terlalu sibuk sampai lupa...
16.15
Berangkat... enggak... berangkat... enggak... Ujan jadi alesan. Jadinya nggak berangkat senam. Ujan sih :p Senam yang terakhir Kamis kemarin lumayan berat. Angkat barbel bo! Sesi angkat barbelnya lama pula. Lumayan keringetan. Sehat... sehat...
17.15
Yippi... ketemu sama anak-anak SIAware 8 di Campus Center. Bagi-bagi foto hasil foto bareng di Jonas. Trus ngobrol ngalor ngidul sambil ketawa ketiwi. Ah, hangatnya. Anak-anak emang gilee... maunya tiap hari ketemu terus. Seminggu ini cuma hari Kamis aja yang nggak ada kumpul-kumpul. Ck ck ck...
Pauline ngajak ke pameran origami FSRD. Kata Edes, ”Buruan. Ini hari terakhir.” Di pintu pameran tertulis bahwa pameran dibuka pukul 10.00-17.00. Sambil celingak-celinguk, Pauline nekat ngajak masuk. Wah, untung masih bisa. Keren-keren banget origaminya. Ada beberapa yang menurutku dalem banget, kayak Tenggelam, Spiral of Hope, Satu Jendela Dua Senja, dan satu lagi: lupa judulnya, soalnya pake bahasa Jepang sih :p
Udah lama juga aku nggak lihat pameran seni kayak gini. Dulu waktu masih di Solo, hampir tiap bulan aku lihat pameran lukisan, pameran fotografi, atau nongkrongin teater -–meski cuma sebatas teater sekolah. Aku emang bukan pelaku seni, tapi aku suka banget mengapresiasi seni. Buatku, itu salah satu cara untuk menyeimbangkan hidup. Ada suatu sisi dalam diriku yang terasa nikmat banget ketika mengapresiasi seni: zona bebas interpretasi, zona merdeka, zona ekspresif, pokoknya jadi diri sendiri deh.
18.10
Keluar dari ruang pameran tadi, aku ngelanjutin ngobrol sama anak-anak SIAware 8 yang masih duduk-duduk di tangga Campus Center. Udah ah, mau pulang. Belum sholat maghrib. Pelukan, salam, dan lambaian mengakhiri kebersamaan. Sebelum pulang, Randi sempet bilang, ”Besok jam lima kumpul lagi di sini ya. Kita makan-makan, tapi bayar sendiri-sendiri. Pokoknya dateng aja.” Aduhh, kumpul lagi?! Udah taraf addicted ya :D
21.09
Dapet telpon dari Cikarang. Ngobrol lamaaaaa... -–hampir satu jam-- tapi kok masih tetep kurang ya :p
24.00
Habis nonton Desperate Housewives. Kedinginan. Pake sweater, bikin secangkir kopi panas. Sambil mengaduk-aduk kopi, aku duduk di kasur. Duh, kopinya masih terlalu panas. Jadi sementara harus merasa cukup hanya dengan menghirup-hirup wangi sedapnya. Malam masih panjang. Masih nunggu telpon dini hari dari Cikarang.
Friday... what a perfect day to live.
Katanya warnet 24 jam, kok pake tutup segala sih? Setelah nunggu bentar dan lobi-lobi, akhirnya boleh masuk juga.
09.40
Ha..ah? Udah jam segini? Ayo cepet-cepet. Dua puluh menit lagi kuliah. Download-an belum di-save. Terburu-buru say goodbye dengan beberapa orang teman. Menutup e-mail dan window-window. Cabuuutt...
10.30
Ternyata si bapak nggak dateng. Akhirnya ngobrolin tugas sama Bayu. Pusing juga ya sistem embedded ini. Kemarin udah bikin grand design rancangan hardware, tapi rancangan software-nya belum. Sistem kendali temperatur rumah kaca berbasis mikrokontroller => judulnya sih keren, tapi realisasinya... ke laut ajee... :p
11.15
Ngantri beli lotek dan tempe mendoan di belakang kampus. Katanya sih di sini enak. Lama juga antrinya. Warungnya sampai penuh gitu. Duh, udah ngiler. Lima ribu perak udah dapet lotek sebungkus tanpa lontong, plus tiga biji tempe yang gede-gede. Gimana nggak gede, satunya aja tujuh ratus perak!
14.40
Terkantuk-kantuk bangun dari tidur sambil ngucek-ngucek mata. Kayaknya tadi ada yang janji mau ngebangunin deh. Ah, mungkin terlalu sibuk sampai lupa...
16.15
Berangkat... enggak... berangkat... enggak... Ujan jadi alesan. Jadinya nggak berangkat senam. Ujan sih :p Senam yang terakhir Kamis kemarin lumayan berat. Angkat barbel bo! Sesi angkat barbelnya lama pula. Lumayan keringetan. Sehat... sehat...
17.15
Yippi... ketemu sama anak-anak SIAware 8 di Campus Center. Bagi-bagi foto hasil foto bareng di Jonas. Trus ngobrol ngalor ngidul sambil ketawa ketiwi. Ah, hangatnya. Anak-anak emang gilee... maunya tiap hari ketemu terus. Seminggu ini cuma hari Kamis aja yang nggak ada kumpul-kumpul. Ck ck ck...
Pauline ngajak ke pameran origami FSRD. Kata Edes, ”Buruan. Ini hari terakhir.” Di pintu pameran tertulis bahwa pameran dibuka pukul 10.00-17.00. Sambil celingak-celinguk, Pauline nekat ngajak masuk. Wah, untung masih bisa. Keren-keren banget origaminya. Ada beberapa yang menurutku dalem banget, kayak Tenggelam, Spiral of Hope, Satu Jendela Dua Senja, dan satu lagi: lupa judulnya, soalnya pake bahasa Jepang sih :p
Udah lama juga aku nggak lihat pameran seni kayak gini. Dulu waktu masih di Solo, hampir tiap bulan aku lihat pameran lukisan, pameran fotografi, atau nongkrongin teater -–meski cuma sebatas teater sekolah. Aku emang bukan pelaku seni, tapi aku suka banget mengapresiasi seni. Buatku, itu salah satu cara untuk menyeimbangkan hidup. Ada suatu sisi dalam diriku yang terasa nikmat banget ketika mengapresiasi seni: zona bebas interpretasi, zona merdeka, zona ekspresif, pokoknya jadi diri sendiri deh.
18.10
Keluar dari ruang pameran tadi, aku ngelanjutin ngobrol sama anak-anak SIAware 8 yang masih duduk-duduk di tangga Campus Center. Udah ah, mau pulang. Belum sholat maghrib. Pelukan, salam, dan lambaian mengakhiri kebersamaan. Sebelum pulang, Randi sempet bilang, ”Besok jam lima kumpul lagi di sini ya. Kita makan-makan, tapi bayar sendiri-sendiri. Pokoknya dateng aja.” Aduhh, kumpul lagi?! Udah taraf addicted ya :D
21.09
Dapet telpon dari Cikarang. Ngobrol lamaaaaa... -–hampir satu jam-- tapi kok masih tetep kurang ya :p
24.00
Habis nonton Desperate Housewives. Kedinginan. Pake sweater, bikin secangkir kopi panas. Sambil mengaduk-aduk kopi, aku duduk di kasur. Duh, kopinya masih terlalu panas. Jadi sementara harus merasa cukup hanya dengan menghirup-hirup wangi sedapnya. Malam masih panjang. Masih nunggu telpon dini hari dari Cikarang.
Friday... what a perfect day to live.
Wednesday, December 07, 2005
SMS Sayang
”:) Alhamdulillah. Dijaga ya smangat barunya. Ciptakan perubahan dlm hidup shari2, beranilah utk mwujudkan suara nurani. Snantiasa jujur dan ikhlas dlm pilihan2.”
”...temen itu spt bintang, tdk slalu terlihat tp pasti ada...”
”Perasaan yang tumbuh dlm hati gw..tulus menyayangi kalian sebagai teman,sahabat, dan saudara.. Sampai kapanpun kalian selalu ada dlm hati gw :) klo batre gw low gw butuh kalian utk ngecharge ya? Hehe ;) louthe you so much..”
”Mbak,makasih banyak kmarin udah percaya denganku. It means so much:> nice 2 have u as my friend.”
”For he/she who,yesterday,sheds his/her blood with me shall be my brother/sister. Luv u all guyz.. Bravo Pendekar Cinta!!”
”From now on,it’s the time 4 us testing our commitment,courage,and contribution.Let’s prove we can do it,whatever it takes.I always support U my friend;)”
”...temen itu spt bintang, tdk slalu terlihat tp pasti ada...”
”Perasaan yang tumbuh dlm hati gw..tulus menyayangi kalian sebagai teman,sahabat, dan saudara.. Sampai kapanpun kalian selalu ada dlm hati gw :) klo batre gw low gw butuh kalian utk ngecharge ya? Hehe ;) louthe you so much..”
”Mbak,makasih banyak kmarin udah percaya denganku. It means so much:> nice 2 have u as my friend.”
”For he/she who,yesterday,sheds his/her blood with me shall be my brother/sister. Luv u all guyz.. Bravo Pendekar Cinta!!”
”From now on,it’s the time 4 us testing our commitment,courage,and contribution.Let’s prove we can do it,whatever it takes.I always support U my friend;)”
Berdamai Dengan Diri Sendiri
”telah kulepaskan engkau...”
Ada suatu masa dalam hidupku ketika aku menyadari bahwa aku tidak mencintai diriku sendiri. Lembar demi lembar perjalanan meninggalkan luka yang begitu dalam, digoreskan oleh orang-orang terkasih. Telah lama aku menutup hatiku, karena begitu takut dilukai kembali. Menutup rapat... hingga akhirnya aku bahkan tak bisa merasakannya.
”ada danau warnanya hitam... ada pohon warnanya hitam... ada bunga warnanya hitam...”
Hari-hari yang berlalu seolah tak berarti. Dunia tak lagi indah karena aku merasa tidak dicintai. Entahlah, kadang pikiran seolah mengunci mati hatiku. Membuat asumsi-asumsi sendiri, hingga berujung pada prasangka.
”lembah yang dingin dan sunyi...”
Aku selalu menyukai kesendirian. Kadang aku berpikir, aku menemukan rumah dalam kesendirian. Atau... kesendirian yang menemukan rumah dalam diriku? Pikiranku salah. Zona nyaman itu tak selamanya nyaman. Hatiku masih bisa berteriak, tentang sebuah keinginan untuk didengarkan, dicintai, dan didukung. Memang benar aku menyukai kesendirian, tapi kesendirian mengajarkanku tentang kesepian dan keterasingan. Sungguh aku takut karenanya.
”karena hati adalah hati...”
Ya, Kawan. Kau benar. Hati adalah hati. Hati butuh untuk memberi dan diberi. Berbagi itu indah rasanya. Aku menemukan semangat luar biasa dalam tepukan pelan di punggung, genggaman nyaman, dan senyum hangatmu. Aku menemukan arti mencintai dan dicintai. Hingga akhirnya aku mampu berdamai dengan diriku sendiri.
[Buat buddy-ku di SIAware 8: you’re such an amazing person. Kamu bener-bener orang yang hebat, kamu tahu itu? Kamu dalem banget. Thanks udah ngajarin aku sesuatu.]
Ada suatu masa dalam hidupku ketika aku menyadari bahwa aku tidak mencintai diriku sendiri. Lembar demi lembar perjalanan meninggalkan luka yang begitu dalam, digoreskan oleh orang-orang terkasih. Telah lama aku menutup hatiku, karena begitu takut dilukai kembali. Menutup rapat... hingga akhirnya aku bahkan tak bisa merasakannya.
”ada danau warnanya hitam... ada pohon warnanya hitam... ada bunga warnanya hitam...”
Hari-hari yang berlalu seolah tak berarti. Dunia tak lagi indah karena aku merasa tidak dicintai. Entahlah, kadang pikiran seolah mengunci mati hatiku. Membuat asumsi-asumsi sendiri, hingga berujung pada prasangka.
”lembah yang dingin dan sunyi...”
Aku selalu menyukai kesendirian. Kadang aku berpikir, aku menemukan rumah dalam kesendirian. Atau... kesendirian yang menemukan rumah dalam diriku? Pikiranku salah. Zona nyaman itu tak selamanya nyaman. Hatiku masih bisa berteriak, tentang sebuah keinginan untuk didengarkan, dicintai, dan didukung. Memang benar aku menyukai kesendirian, tapi kesendirian mengajarkanku tentang kesepian dan keterasingan. Sungguh aku takut karenanya.
”karena hati adalah hati...”
Ya, Kawan. Kau benar. Hati adalah hati. Hati butuh untuk memberi dan diberi. Berbagi itu indah rasanya. Aku menemukan semangat luar biasa dalam tepukan pelan di punggung, genggaman nyaman, dan senyum hangatmu. Aku menemukan arti mencintai dan dicintai. Hingga akhirnya aku mampu berdamai dengan diriku sendiri.
[Buat buddy-ku di SIAware 8: you’re such an amazing person. Kamu bener-bener orang yang hebat, kamu tahu itu? Kamu dalem banget. Thanks udah ngajarin aku sesuatu.]
SIAware 8
some dreams are live on in time forever
those dreams you want with all your heart
and I'll do whatever it takes
follow through with the promise I've made
put it all on the line
what I hope for at last would be mine
if I could reach higher
just for one moment touch the sky
from that one moment in my life
I'm gonna be stronger
know that I've tried my very best
I'd put my spirit to the test
if I could reach
some days are meant to be remember
those days we rise above the stars
so I'll go the distance this time
seeing more the higher I climb
that the more I believe
all the more that this dream will be mine
if I could reach higher
just for one moment touch the sky
from that one moment in my life
I'm gonna be stronger
know that I've tried my very best
I'd put my spirit to the test
if I could reach
(Gloria Estefan, Reach)
[Buat temen-temen gw di SIAware 8: kalian orang-orang yang luar biasa. Gile, ternyata gw dicintai dan disayangi...]
those dreams you want with all your heart
and I'll do whatever it takes
follow through with the promise I've made
put it all on the line
what I hope for at last would be mine
if I could reach higher
just for one moment touch the sky
from that one moment in my life
I'm gonna be stronger
know that I've tried my very best
I'd put my spirit to the test
if I could reach
some days are meant to be remember
those days we rise above the stars
so I'll go the distance this time
seeing more the higher I climb
that the more I believe
all the more that this dream will be mine
if I could reach higher
just for one moment touch the sky
from that one moment in my life
I'm gonna be stronger
know that I've tried my very best
I'd put my spirit to the test
if I could reach
(Gloria Estefan, Reach)
[Buat temen-temen gw di SIAware 8: kalian orang-orang yang luar biasa. Gile, ternyata gw dicintai dan disayangi...]
Kau dan Aku
[to my one-and-only angel...]
Malam yang dingin, langit yang pekat, dan rintik yang tak henti mengguyur. Aku menatap keluar, memesrai cuaca yang membuat kita kuyub. Kau tahu, aku selalu nyaman bercengkerama denganmu. Seperti memanjakan diri sendiri, meski di tengah malam yang dingin sekalipun.
Pagi yang berkabut di tepi kolam ikan. Duduk di pinggir beton sambil memandangimu datang dengan senyuman, meski sambil terus merapatkan jaket kesayanganmu. Kau tak ubahnya seperti pahlawan yang datang ke dalam hidupku. Menghangatkan, menceriakan hari, membagi binar kehidupan, tak peduli di tengah pagi yang menggigil sekalipun.
Dalam diam, kita berbincang. Selalu kutemukan harap yang tak pernah padam pada sinar matamu. Air mata yang mengalir pelan di pipimu ketika teringat pada orang-orang tersayang, membuatku menyadari halusnya rasamu. Dalam benakmu, mimpi-mimpi yang kaubangun untuk mereka senantiasa terpatri. Aku tahu. Aku paham. Kau begitu istimewa, seistimewa mimpi dan harapanmu. Aku selalu ada untukmu, menemanimu dalam senang dan sedih, mendukungmu meraih segala yang kauinginkan. Karena begitulah adanya bila jiwa kita satu.
Kaulihatkah ikan-ikan yang kita beri makan? Mereka riang melahap butir-butir kecil yang kita lempar ke permukaan kolam. Seperti itu pulalah hatiku. Riang melahap setiap detik kehidupan bersamamu, karena berkat kaulah, aku mampu mencintai secara utuh. Kau selalu di sana untukku, meski kadang terpisah ruang dan waktu, membantuku bangkit untuk menemukan sisi kemanusiaanku yang telah lama raib. Membuatku yakin bahwa aku disayangi dan diterima sebagaimana aku apa adanya. Membuatku menikmati hidup karena ia terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja, apalagi dengan adanya kau di sisiku.
Kau, aku, dan mimpi-mimpi kita masing-masing kini telah menyublim menjadi kau, aku, dan mimpi-mimpi kita berdua. Hidup kita adalah padu. Hidup kita adalah satu.
Malam yang dingin, langit yang pekat, dan rintik yang tak henti mengguyur. Aku menatap keluar, memesrai cuaca yang membuat kita kuyub. Kau tahu, aku selalu nyaman bercengkerama denganmu. Seperti memanjakan diri sendiri, meski di tengah malam yang dingin sekalipun.
Pagi yang berkabut di tepi kolam ikan. Duduk di pinggir beton sambil memandangimu datang dengan senyuman, meski sambil terus merapatkan jaket kesayanganmu. Kau tak ubahnya seperti pahlawan yang datang ke dalam hidupku. Menghangatkan, menceriakan hari, membagi binar kehidupan, tak peduli di tengah pagi yang menggigil sekalipun.
Dalam diam, kita berbincang. Selalu kutemukan harap yang tak pernah padam pada sinar matamu. Air mata yang mengalir pelan di pipimu ketika teringat pada orang-orang tersayang, membuatku menyadari halusnya rasamu. Dalam benakmu, mimpi-mimpi yang kaubangun untuk mereka senantiasa terpatri. Aku tahu. Aku paham. Kau begitu istimewa, seistimewa mimpi dan harapanmu. Aku selalu ada untukmu, menemanimu dalam senang dan sedih, mendukungmu meraih segala yang kauinginkan. Karena begitulah adanya bila jiwa kita satu.
Kaulihatkah ikan-ikan yang kita beri makan? Mereka riang melahap butir-butir kecil yang kita lempar ke permukaan kolam. Seperti itu pulalah hatiku. Riang melahap setiap detik kehidupan bersamamu, karena berkat kaulah, aku mampu mencintai secara utuh. Kau selalu di sana untukku, meski kadang terpisah ruang dan waktu, membantuku bangkit untuk menemukan sisi kemanusiaanku yang telah lama raib. Membuatku yakin bahwa aku disayangi dan diterima sebagaimana aku apa adanya. Membuatku menikmati hidup karena ia terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja, apalagi dengan adanya kau di sisiku.
Kau, aku, dan mimpi-mimpi kita masing-masing kini telah menyublim menjadi kau, aku, dan mimpi-mimpi kita berdua. Hidup kita adalah padu. Hidup kita adalah satu.
Intrapreneur
Jumat malam lalu ketika aku bertandang ke Sangkuriang, anak-anak sedang sibuk bermain kartu di kamar Husnu. Ribut banget. Penasaran dengan jenis permainan baru mereka, aku turut mengamati jalannya permainan. Karena bosan dan nggak ngerti-ngerti, aku mengambil sebuah buku dari rak Husnu. Hmmm, tentang intrapreneur... Kira-kira tentang apa ya?
Dari obrolanku dengan Husnu sehari setelahnya, aku mendapat sedikit gambaran tentang intrapreneur, bahasan yang –-kata Husnu-– masuk dalam lingkup bahasan manajemen inovasi. Sebenarnya aku kurang tertarik dengan ranah manajemen, tapi semenjak kuliah manajemen industri semester lalu, dan semenjak mengamati bahwa perusahaan yang dinaungi oleh klub Manchester United menjadi perusahaan raksasa karena manajemennya yang kuar biasa, aku jadi merasa sedikit ingin tahu.
Intrapreneur merupakan kependekan dari intraorganization entrepreneur. Kalau entrepreneur diartikan sebagai orang yang memiliki daya, upaya, dan usaha secara mandiri, maka intraorganization entrepreneur berarti orang yang memiliki jiwa entrepreneur tetapi berstatus sebagai pegawai di suatu perusahaan. Jadi, seorang intrapreneur tidak memiliki usaha secara mandiri, melainkan bekerja pada suatu perusahaan. Namun, ia memiliki daya dan potensi menjadi entrepreneur karena karakteristik yang dimilikinya.
Dalam suatu perusahaan, seorang yang berjiwa intrapreneur berpotensi menjadi kompetitor perusahaan bila ia keluar dan mendirikan usahanya sendiri. Oleh karena itu, manajemen perusahaan tempatnya bekerja harus memberikan perhatian khusus terhadap para pegawainya yang semacam ini. Biasanya orang seperti ini keluar bila mereka merasa tidak puas, misalnya jika ide-ide briliannya tidak mendapat tempat, atau terlalu dikekang oleh manajemen perusahaan.
Salah satu kunci kesuksesan perusahaan-perusahaan besar di Amerika, misalnya General Motor, adalah dengan memberikan ruang yang luas kepada para pegawai yang berjiwa intrapreneur. Meskipun pimpinan seringkali merasa dilangkahi oleh kebebasan mereka, nyatanya ruang inovasi berlangsung progresif dengan adanya orang-orang seperti ini.
Menjadi seorang intrapreneur pun tidak kalah menariknya. Tidak perlu mendirikan perusahaan sendiri tetapi mampu berkreasi dan berinovasi dengan bebas. Bukan rahasia lagi kalau seorang intrapreneur juga lebih mudah mendapat kedudukan dibanding dengan pegawai yang biasa-biasa saja.
Nah, lalu bagaimana caranya menjadi seorang intrapreneur? Kalau yang ini aku belum tahu, karena aku baru menyelesaikan bab pendahuluan buku Husnu itu. Belum sempat kubuka bab selanjutnya, permainan kartu sudah bubar dan anak-anak dengan riang mengajakku pergi makan-makan ke Cibiuk.
Dari obrolanku dengan Husnu sehari setelahnya, aku mendapat sedikit gambaran tentang intrapreneur, bahasan yang –-kata Husnu-– masuk dalam lingkup bahasan manajemen inovasi. Sebenarnya aku kurang tertarik dengan ranah manajemen, tapi semenjak kuliah manajemen industri semester lalu, dan semenjak mengamati bahwa perusahaan yang dinaungi oleh klub Manchester United menjadi perusahaan raksasa karena manajemennya yang kuar biasa, aku jadi merasa sedikit ingin tahu.
Intrapreneur merupakan kependekan dari intraorganization entrepreneur. Kalau entrepreneur diartikan sebagai orang yang memiliki daya, upaya, dan usaha secara mandiri, maka intraorganization entrepreneur berarti orang yang memiliki jiwa entrepreneur tetapi berstatus sebagai pegawai di suatu perusahaan. Jadi, seorang intrapreneur tidak memiliki usaha secara mandiri, melainkan bekerja pada suatu perusahaan. Namun, ia memiliki daya dan potensi menjadi entrepreneur karena karakteristik yang dimilikinya.
Dalam suatu perusahaan, seorang yang berjiwa intrapreneur berpotensi menjadi kompetitor perusahaan bila ia keluar dan mendirikan usahanya sendiri. Oleh karena itu, manajemen perusahaan tempatnya bekerja harus memberikan perhatian khusus terhadap para pegawainya yang semacam ini. Biasanya orang seperti ini keluar bila mereka merasa tidak puas, misalnya jika ide-ide briliannya tidak mendapat tempat, atau terlalu dikekang oleh manajemen perusahaan.
Salah satu kunci kesuksesan perusahaan-perusahaan besar di Amerika, misalnya General Motor, adalah dengan memberikan ruang yang luas kepada para pegawai yang berjiwa intrapreneur. Meskipun pimpinan seringkali merasa dilangkahi oleh kebebasan mereka, nyatanya ruang inovasi berlangsung progresif dengan adanya orang-orang seperti ini.
Menjadi seorang intrapreneur pun tidak kalah menariknya. Tidak perlu mendirikan perusahaan sendiri tetapi mampu berkreasi dan berinovasi dengan bebas. Bukan rahasia lagi kalau seorang intrapreneur juga lebih mudah mendapat kedudukan dibanding dengan pegawai yang biasa-biasa saja.
Nah, lalu bagaimana caranya menjadi seorang intrapreneur? Kalau yang ini aku belum tahu, karena aku baru menyelesaikan bab pendahuluan buku Husnu itu. Belum sempat kubuka bab selanjutnya, permainan kartu sudah bubar dan anak-anak dengan riang mengajakku pergi makan-makan ke Cibiuk.
MP3
Lho... lho... Kok ada suara orang lagi tilawah Al Quran di tengah-tengah Fairy of Water-nya Kitaro? Emangnya Kitaro bikin musik pake ilustrasi tilawah? Ah, iya ’kali. Kuteruskan mengetik.
Lho... kok ada suara-suara orang sedang bicara? Makin aneh. Makin nggak mungkin. Oalahh... dasar MP3 bajakan...
Lho... kok ada suara-suara orang sedang bicara? Makin aneh. Makin nggak mungkin. Oalahh... dasar MP3 bajakan...
Totto-chan
”Pokoknya aku pengen beliin kamu buku...”
Ah, finally. Buku Totto-chan yang sudah sejak lama ingin kumiliki, kini berada di genggaman. Aku sempat bingung memasukkan buku ini ke dalam daftar buku. Masuk kategori apa ya? Fiksi jelas bukan. Novel, biografi, atau pendidikan anak? Ah, masuk kategori apa tak jadi soal. Yang penting sudah di genggaman.
Sangat berarti? Tentu saja! Sangat berarti dari segi bukunya, dari segi orang yang memberi, juga dari segi waktu membelinya. Berangkat naik motor ke Palasari di tengah rintik hujan dan udara dingin demi sebuah kebahagiaan membelikan aku buku... benar-benar istimewa...
Thanks to you, Mas...
Ah, finally. Buku Totto-chan yang sudah sejak lama ingin kumiliki, kini berada di genggaman. Aku sempat bingung memasukkan buku ini ke dalam daftar buku. Masuk kategori apa ya? Fiksi jelas bukan. Novel, biografi, atau pendidikan anak? Ah, masuk kategori apa tak jadi soal. Yang penting sudah di genggaman.
Sangat berarti? Tentu saja! Sangat berarti dari segi bukunya, dari segi orang yang memberi, juga dari segi waktu membelinya. Berangkat naik motor ke Palasari di tengah rintik hujan dan udara dingin demi sebuah kebahagiaan membelikan aku buku... benar-benar istimewa...
Thanks to you, Mas...
Terima Kasih!
Seruan menyapa, ledekan, canda, tawa, keceriaan, obrolan hangat, persahabatan, dan kesetiakawanan... menghangatkan hari-hari yang dingin dan mencairkan suasana. Ah, indahnya.
[Guys of Sangkuriang –-kost pusat, cabang, maupun ranting :p-– thanks... You really teach me something...]
[Guys of Sangkuriang –-kost pusat, cabang, maupun ranting :p-– thanks... You really teach me something...]
Hangatnya Dukungan
“Tenang dulu..Dalam hdp kdg mmg ada pts asa tp jgn brlarut2.Km g sndr.Msh ad aq.Km msh punya 4JJI.Klo km ktrma d itb,brarti itu yg tbaik u/mu.G ad guna mnyesal.Maju aj.U’re a tough girl,believe me!” (Fatma, Kamis 23 September 2004, 13.54)
”Yus,soal kesendirian kamu itu jgn tlalu dibiasain.Kamu harus mulai bljr pcaya & berbagi sama orang lain.biar gmn pun kita g bs hidup sndrian” (Zaki, Ahad 27 Februari 2005, 15.42)
“Bpkku prnah nulis gede2 d dndg kmrku,’Masa2 sulit tdk prnah berakhir,tp org yg ulet akan brhsil mgtasinya’.Kalo Yus mmg bth apa2,jgn sgan2 mnta ke kami,tman2mu.” (Salim, Selasa 8 Maret 2005, 06.15)
”Insya Allah..yuni percaya yustika bisa..biidznillah..:)” (Teh Yuni, Selasa 26 Juli 2005, 11.27)
”Yo sing sabar Yus,mgkn kt hrs belajar ikhlas,sing penting pantang menyerah!maju trs!ra ketang nabrak he3x :p” (Erti, Selasa 26 Juli 2005, 12.09)
”stiap tman mnunjukan stu dnia kpd kta, stu dnia yg mgkn blum prnah ada dan dciptakn sblum mrka ada, dan hnya krn mreka lah sbuah dnia bru trsbut ada dan trcpta” (Moko, Kamis 6 Oktober 2005, 03.21)
”dlam stiap titik duka niscaya trhubung dlm satu gris bhagia, tdklah 4JJI mguji hmbany mlainkn mberi kmudahn dan jlan kluar, utk mbdakan antra yg loyng dan emas” (Moko, Kamis 6 Oktober 2005, 13.14)
”...manusia yg plg beruntung d dunia adl ia yg mampu mngmpulkn serpihan mutiara yg ada d sekelilingny,lalu ia susun jd pakaian mosaik t’indah. :) uhibbuki.” (Ika, Selasa 15 November 2005, 17.54)
“Smoga usahamu dridloi ALLAH ya...” (Mas Catur, Rabu 16 November 2005, 12.55)
”Hehehe... Maaf. Ya udah yg sabar aja. Aku jg blm bs mndptkn apa yg aku inginkan. Yg pntng usaha & doa. Mslh dpt apa ga itu urusan Allah. Loh, koq ga nymbng :D” (Tommy, Rabu 23 November 2005, 20.47)
”...hmm,gmn yah.kamu msh tlalu bnyk su-uzhon kali ya.atau bpikir trlalu matematis,bnyk phitungan dlm hidup.dah naif aja mikirin hidup” (Zaki, Jumat 25 November 2005, 12.40)
”Apa mau drundingin dulu? Positif-y yustika jd bs nyelesaiin S1 dgn optimal.” (Yuti, Sabtu 26 November 2005, 09.21)
[...lalu air mata itu perlahan mengering... tidak ada alasan untuk bersedih di tengah segala kehangatan ini...]
”Yus,soal kesendirian kamu itu jgn tlalu dibiasain.Kamu harus mulai bljr pcaya & berbagi sama orang lain.biar gmn pun kita g bs hidup sndrian” (Zaki, Ahad 27 Februari 2005, 15.42)
“Bpkku prnah nulis gede2 d dndg kmrku,’Masa2 sulit tdk prnah berakhir,tp org yg ulet akan brhsil mgtasinya’.Kalo Yus mmg bth apa2,jgn sgan2 mnta ke kami,tman2mu.” (Salim, Selasa 8 Maret 2005, 06.15)
”Insya Allah..yuni percaya yustika bisa..biidznillah..:)” (Teh Yuni, Selasa 26 Juli 2005, 11.27)
”Yo sing sabar Yus,mgkn kt hrs belajar ikhlas,sing penting pantang menyerah!maju trs!ra ketang nabrak he3x :p” (Erti, Selasa 26 Juli 2005, 12.09)
”stiap tman mnunjukan stu dnia kpd kta, stu dnia yg mgkn blum prnah ada dan dciptakn sblum mrka ada, dan hnya krn mreka lah sbuah dnia bru trsbut ada dan trcpta” (Moko, Kamis 6 Oktober 2005, 03.21)
”dlam stiap titik duka niscaya trhubung dlm satu gris bhagia, tdklah 4JJI mguji hmbany mlainkn mberi kmudahn dan jlan kluar, utk mbdakan antra yg loyng dan emas” (Moko, Kamis 6 Oktober 2005, 13.14)
”...manusia yg plg beruntung d dunia adl ia yg mampu mngmpulkn serpihan mutiara yg ada d sekelilingny,lalu ia susun jd pakaian mosaik t’indah. :) uhibbuki.” (Ika, Selasa 15 November 2005, 17.54)
“Smoga usahamu dridloi ALLAH ya...” (Mas Catur, Rabu 16 November 2005, 12.55)
”Hehehe... Maaf. Ya udah yg sabar aja. Aku jg blm bs mndptkn apa yg aku inginkan. Yg pntng usaha & doa. Mslh dpt apa ga itu urusan Allah. Loh, koq ga nymbng :D” (Tommy, Rabu 23 November 2005, 20.47)
”...hmm,gmn yah.kamu msh tlalu bnyk su-uzhon kali ya.atau bpikir trlalu matematis,bnyk phitungan dlm hidup.dah naif aja mikirin hidup” (Zaki, Jumat 25 November 2005, 12.40)
”Apa mau drundingin dulu? Positif-y yustika jd bs nyelesaiin S1 dgn optimal.” (Yuti, Sabtu 26 November 2005, 09.21)
[...lalu air mata itu perlahan mengering... tidak ada alasan untuk bersedih di tengah segala kehangatan ini...]
Subscribe to:
Posts (Atom)