Wednesday, April 17, 2024

Tips Hemat Untuk Pelari Rekreasi

Menurut KBBI, rekreasi mengandung arti penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan, piknik. Secara definisi, pelari rekreasi adalah pelari yang melakukan olahraga lari sebagai hobi—bukan atlet—dan mereka adalah masyarakat yang mewakili populasi umum.

Lari adalah olahraga yang paling mudah dan paling murah, katanya. Namun, ternyata setelah kita mendalami olahraga ini—meskipun hanya sebagai pelari rekreasi—kita akan lebih paham bahwa beberapa gear lari memang berharga mahal. Lantas apakah olahraga lari hanya bisa dilakukan oleh kaum berduit? Oh, tentu tidak. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan asal kita tidak larut terbawa gaya hidup pelari kalcer.

Sepatu Lari

Aku pernah menulis tentang pemilihan sepatu bagi pelari rekreasi di sini. Sebelum beranjak lebih jauh, tidak usah khawatir dan jangan berpikir terlalu rumit tentang sepatu lari. Pengetahuan tentang sepatu lari mungkin berarti banyak jika Anda sudah mulai mengejar performa lari. Namun, jika Anda baru mulai berlari atau tidak terlalu mementingkan performa, pakai saja sepatu yang ada.

Sepatu lari memiliki beragam peruntukan. Berdasarkan tujuan pemakaian, ada sepatu lari untuk daily training, easy run, long run, speedwork (tempo run, interval run, fartlek), race, dan trail run. Berdasarkan tipe kaki, ada sepatu lari yang netral, slim, wide, atau stability shoes untuk flat feet, high arch, supination, dan pronation. Anda dapat memilih jenis-jenis sepatu overall atau all rounder, yaitu sepatu yang dapat dipakai untuk semua jenis latihan, meskipun sebenarnya ia juga memiliki kekhasan peruntukan.

Sepatu all rounder yang dipilih sebaiknya memiliki bobot yang cukup ringan agar dapat dipakai untuk latihan speed dan memiliki cushion yang cukup empuk untuk dipakai long run. Usahakan sepatu tersebut memiliki material yang breathable dan cukup durable karena akan sering dipakai untuk kegiatan lari sehari-hari. Jika faktor durability-nya buruk, sol kakinya akan cepat aus meskipun pemakaiannya normal (tidak berlebihan).

Untuk menghemat budget, Anda dapat mengikuti update terbaru mengenai diskon sepatu di situs-situs resmi atau grup-grup jastip terpercaya. Sepatu lari pertamaku aku peroleh dari hasil berburu garage sale. Harga jualnya tidak sampai separuh harga belinya, padahal baru dipakai sekali oleh pemilik lama. Kondisinya pun masih bagus sekali.

Sepatu lari pertama yang kuperoleh dari hasil berburu garage sale

Aku juga pernah membeli sepatu training dari garage sale suatu grup ibu-ibu seharga dua ratus ribu saja. Barangnya orisinal dan pemakaiannya kurang dari lima kali. Anda tidak perlu merasa gengsi membeli barang-barang bekas. Kita bisa tetap sehat dengan biaya seminimal mungkin.

Sepatu training bekas seharga dua ratus ribu

Baju dan Celana Lari

Saat ini, outfit lari di pasaran memiliki kisaran harga yang sangat beragam. Jangan terpukau pada barang-barang branded yang harganya jutaan. Kita sudah dapat berlari dengan celana atau baju training biasa. Namun, yang harus diingat: materialnya sebaiknya dry fit dan cukup breathable untuk menghindari heat stroke dan masuk angin.

Beberapa merek outfit lari terkenal bisa dibilang cukup sering menggelar diskon. Selain itu, berbelanja outfit lari pada tanggal-tanggal cantik Hari Belanja Online Nasional (harbolnas) juga bisa dilakukan untuk menghemat biaya.

Tempat Lari

Di beberapa kota besar di Indonesia, pemerintah daerah, pengelola kawasan, atau pihak swasta setempat sudah mulai peduli dengan gaya hidup sehat. Fasilitas olahraga cukup banyak dibangun dan dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Ketika aku masih tinggal di Bandung, aku sering berolahraga lari di Sasana Olahraga Ganesha (Saraga), fasilitas olahraga yang dimiliki Institut Teknologi Bandung. Track larinya sangat sepadan dengan harga yang ditawarkan. Saat ini harganya sudah mengalami kenaikan, tetapi masih bisa dibilang murah, terutama untuk kocek mahasiswa.

Track lari Saraga semasa aku masih tinggal di Bandung

Rinciannya:

  • parkir mobil: Rp3.000,00 per jam
  • parkir motor: Rp2.000,00 per jam
  • tiket masuk track lari: Rp4.000,00 (weekdays) atau Rp5.000,00 (weekend dan tanggal merah)
  • penitipan tas: Rp2.000,00 (opsional)

Nah, olahraga mencari keringat tidak harus mahal, kan? Kita tidak perlu membayar membership ratusan ribu di klub fitness—apalagi setelah mendaftar, kita jarang datang, hahaha—jika bisa berolahraga dengan cara murah meriah. Sebenarnya olahraga lari juga bisa gratis jika berlari di jalanan, tetapi ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti misalnya faktor keselamatan dan polusi. Kita juga bakal lebih susah menjaga pace tetap stabil karena harus sering berhenti akibat terhalang pengguna jalan yang lain.

Untungnya di tempat tinggalku di Bintaro, pengelola kawasan sudah membangun jogging track sepanjang dua belas kilometer dengan kondisi yang sangat lumayan. Track yang disebut sebagai Bintaro Loop ini sering dipakai untuk event lari dan membuatku sangat terbantu untuk melakukan hobi berlari, mengingat aku cukup kesulitan mencari fasilitas olahraga di Tangerang Selatan.

Mengikuti event lari Binloop Ultra

Penutup

Jadi, menjalani olahraga lari cukup mudah dan murah, bukan? Dengan biaya yang bisa ditekan, kita tetap bisa mendapatkan manfaat yang banyak. Semoga tips yang kutulis dapat bermanfaat. Ingat: yang penting bukan hanya gear larinya, melainkan juga konsistensi latihan larinya, hehehe.

Tunjangan Hari Raya (THR)

Aku membaca status yang ditulis seorang teman di platform Instagram. “Nggak usah pamer soal THR sudah turun. Ingat, orang lain belum tentu dapat THR juga,” demikian tulisnya.

Ada kebenaran dalam kata-katanya. Ramadan ini adalah Ramadan yang berbeda daripada tahun-tahun sebelumnya. Kepedihan-kepedihan yang terjadi seharusnya membuat kita merasa tidak baik-baik saja.

Salah satu contoh adalah Gaza yang masih bergejolak. Adakah kau merasa baik-baik saja menikmati THR-mu sementara mereka berjejalan di tenda pengungsian? Adakah kau merasa gembira membeli hampers lebaran sementara mereka di sana kelaparan? Jangankan baju baru, jaminan ketenangan dan keselamatan saja mereka tidak punya.

Oleh karena itu, dari sebagian THR-mu yang biasanya sebesar satu kali gaji itu, sisihkan bagi mereka yang membutuhkan. Kau bisa berdonasi ke mana pun hatimu ikhlas. Mungkin tak harus ke Palestina, mungkin kau melihat ada yang lebih perlu di dekatmu.

Dari sahabat Abu Hurairah ra., ia bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah sedekah yang paling utama?” Rasul menjawab, “Sedekah orang sedikit harta. Utamakanlah orang yang menjadi tanggung jawabmu.” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud. Ini hadis sahih menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).

Dari Salman bin Amir ra., dari Nabi Muhammad saw., ia bersabda, “Sedekah kepada orang miskin (bernilai) satu sedekah. Tetapi sedekah kepada kerabat (bernilai) dua sedekah, pertama pahala sedekah, kedua pahala (jaga) silaturrahim.” (H.R. An-Nasai dan At-Tirmidzi).

Sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), alhamdulillah aku sangat diuntungkan dengan adanya kebijakan penyaluran THR yang dimulai sejak era pemerintahan Presiden Joko Widodo pada 2016 silam. THR ini dimaksudkan sebagai pengganti tidak adanya kenaikan gaji pokok. Dengan adanya THR, ASN yang memiliki gaji tidak seberapa itu sangat terbantu untuk memenuhi kebutuhan hari raya.

Beberapa tips pengelolaan THR dariku:

  1. Setelah menyisihkan sebagian untuk sedekah, simpan sebagian yang lain ke dalam tabungan. ASN tidak mendapat komponen bonus sebagai tambahan gaji sehingga THR merupakan kesempatan baik untuk menambah pundi-pundi tabungan.
  2. Sisihkan sebagian THR untuk pos-pos yang perlu mendapat perhatian khusus dalam beberapa bulan ke depan, seperti misalnya biaya ujian sekolah anak pada akhir tahun ajaran, biaya masuk sekolah anak atau uang tahunan sekolah anak untuk tahun ajaran berikutnya, atau biaya membeli hewan kurban.
  3. Setelah beberapa keperluan di atas, akhirnya THR baru dapat digunakan untuk keperluan lebaran. Keperluan ini bisa beragam sekali jenisnya, bergantung pada kebutuhan masing-masing orang. Ada yang butuh biaya mudik, ada yang perlu memberi amplop lebaran untuk keponakan dan saudara, ada yang harus mengeluarkan biaya untuk jamuan perayaan hari raya karena ketiban giliran untuk menjadi tuan rumah open house.

Pada akhirnya, kebijakan pengelolaan THR memang harus disesuaikan dengan kebutuhan. Apa pun itu dan bagaimana pun caranya, ingatlah untuk tetap bersikap sederhana dan tidak menghambur-hamburkan.

“Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Isra': 26-27)

Tuesday, April 02, 2024

Eccedentesiast


“Iya, Bu. Sebentar lagi aku ke rumah sakit. Ini masih rampungin kerjaan dulu.” Aku menutup sambungan telepon dari Ibu, lalu menghela napas.

Ini kali kedua bulan ini Bapak dirawat karena penyakit jantungnya. Biaya rumah sakit yang cukup fantastis memang ditanggung asuransi, sayangnya tidak semuanya. Beberapa jenis obat yang mahal harus ditebus dari kocek sendiri. Aku membuka aplikasi mobile banking dan mengecek saldonya. Seharusnya masih cukup, batinku.

Mataku masih tertumbuk pada layar ponsel ketika notifikasi pesan dari istriku masuk. “Pa, tagihan uang buku Kakak dan Adik sudah ada, nih. Paling lambat dibayar tanggal dua puluh,” tulisnya. Aku menghela napas lagi.

Sebagai kepala keluarga, aku harus berlaku setegar karang. Adakalanya tubuh ini remuk redam dihempas kesibukan dan kebutuhan, tetapi roda kehidupan harus terus kukayuh dengan lancar. Pergi dari rumah saat pagi buta dan kembali ke rumah kala langit gelap, membuatku rindu akan sosok istri dan anak-anakku. Aku sedih tak bisa meluangkan banyak waktu untuk mereka. Namun, aku tentu akan lebih sedih jika tak mampu menghadirkan kehidupan yang layak.

Setiap hari aku pulang dalam keadaan letih, tetapi keluargaku tak perlu tahu segala lelah yang teramat sangat. Tubuh selalu berteriak meminta rehat. Pusing kepala kadang terasa menyengat. Namun, lebih sering kuabaikan saja karena aku lebih memilih tertawa dan bercanda dengan keluarga.

Seolah semua itu belum cukup, sebagai anak tunggal tentu aku harus memikirkan kehidupan orang tuaku. Sandwich generation, mereka bilang. Suatu keadaan yang memaksaku lebih keras bekerja untuk memenuhi tanggung jawab pada keluarga.

Siang itu suasana kantor seperti prahara, tetapi aku tak bisa ambil peduli. Akan kupikirkan itu nanti. Aku harus segera ke rumah sakit untuk menebus obat Bapak. Jika tidak segera diminum, Bapak akan merasakan sakit di dadanya lebih lama. Aku menyetop taksi dengan tergesa-gesa.

Malam telah larut ketika aku tiba di rumah. Penat melanda seluruh tubuh, tetapi kuurungkan niat beristirahat karena istriku meminta waktu untuk bercengkerama berdua. Kukabulkan saja permintaan itu, sambil tak lupa kuhadirkan senyum termanis untuknya. Aku tahu dia juga lelah mengurus rumah, sementara dulu kuminta dia dari ayahnya bukan untuk kuajak hidup susah. Istriku yang bermata pijar itu tak perlu tahu segala kendala. Tak juga berita PHK yang siang tadi kuterima.

Monday, April 01, 2024

Peringatan Hari Bumi: Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April, Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan April mengambil tema tentang “Bumi”. Setelah beberapa waktu lalu menulis tentang harapanku pada tenaga nuklir sebagai Energi Baru Terbarukan, kali ini aku ingin menulis tentang tanggung jawab kita untuk melindungi bumi.

Manusia Sebagai Khalifah

Di dalam kitab Bidayah Wa Nihayah, Ibnu Katsir menulis bahwa jauh sebelum Allah menciptakan manusia, Ia telah menciptakan bangsa jin dan mengutus mereka menjadi penghuni bumi. Namun, mereka malah berbuat kerusakan sehingga Allah mengutus Azazil (jin paling kuat) beserta bala tentara malaikat untuk memberantas bangsa jin dan mengusir mereka ke pulau-pulau di tengah laut.

Setelah itu, Allah menciptakan Adam dan memberikan mandat kepada Adam dan keturunannya untuk menjadi khalifah di muka bumi. Secara etimologi, kata “khalifah” memiliki makna “pengganti”. Manusia diamanahi menjadi pengganti bangsa jin untuk menjalankan misi menjaga bumi dan untuk beribadah kepada-Nya.

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’” (Q.S. Al Baqarah: 30)

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz Dzariyat: 56)

Secara umum, manusia memiliki dua tugas utama dalam menjalankan misi kekhalifahan di muka bumi. Tugas yang pertama adalah melestarikan bumi, tidak berbuat kerusakan, dan menyejahterakan lingkungan. Tugas yang kedua adalah menjalankan perintah agama atau syariat Allah.

Oleh karena itu, jika kita mau berpikir, sebenarnya manusia memiliki peran teramat besar untuk menjaga keberlangsungan kehidupan di muka bumi ini. Sayangnya karena ketamakan dan ketidakpedulian manusia, bumi di masa kini menjadi carut-marut oleh banyak permasalahan lingkungan.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar Ruum: 41)

Banyaknya bencana alam seperti banjir dan longsor, sampah yang memadati bumi, atau ekosistem yang rusak adalah karena ulah tangan manusia itu sendiri. Mother earth yang memberikan manusia kehidupan justru bertepuk sebelah tangan karena manusia tidak ambil peduli dengan kerusakan yang dibuatnya.

Bahkan teknologi modern hasil pemikiran manusia juga memberi andil dalam kerusakan lingkungan, seperti pesawat supersonik yang dapat merusak atmosfer, zat dari refrigeran dan air conditioner yang berakibat pada penipisan ozon, atau kemasan plastik yang tidak dapat terurai selama ratusan tahun.

Berbuat sesuatu demi lingkungan dan menyebarkan kesadaran untuk kembali peduli pada lingkungan adalah tugas kita semua. Bukan hanya karena bumi sudah terlampau rusak, melainkan juga karena kelak kita akan ditanya oleh Allah: sudah sejauh mana upaya yang kita lakukan dalam menjalankan misi kita sebagai khalifah penjaga bumi?

Mulai Dari yang Kecil

Ketika kita berbicara tentang permasalahan lingkungan dan isu pemanasan global, apa yang terbayang di benak seringkali adalah hal-hal besar yang tampak di luar jangkauan. Kadang-kadang rasanya hopeless sekali melihat es di kutub mencair, lapisan ozon menipis, hewan-hewan langka punah, atau penebangan hutan yang menyebabkan hilangnya paru-paru dunia, sementara kita di sini rasanya begitu powerless.

Eh, tunggu. Benarkah kita tidak dapat berbuat apa-apa? Apa yang kita lakukan ternyata bisa membawa impak demi penyelamatan lingkungan, meskipun hal itu tampak sepele. Dalam prinsip zero waste, ada tiga hal dasar yang menjadi poin penting: cegah, pilah, dan olah.

Gambar dari sini

CEGAH. Langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah mencegah barang-barang yang berpotensi menjadi sampah supaya tidak masuk ke dalam rumah. Langkah pertama ini sangat penting karena akan memudahkan langkah-langkah selanjutnya. Upaya pencegahan yang dilakukan sejak awal mengakibatkan upaya memilah dan mengolah sampah menjadi makin mudah.

PILAH. Langkah memilah dilakukan apabila sampah sudah telanjur dihasilkan. Sampah ini dipilah sesuai kategorinya untuk memudahkan pengelolaan ke tahap selanjutnya, yaitu mengolah sampah.

OLAH. Langkah terakhir yang bisa kita lakukan terhadap sampah adalah mengolahnya menjadi barang-barang yang berguna. Misalnya: mengolah sampah organik yang masih segar atau belum terkena minyak—seperti potongan sayur dan buah—menjadi kompos, mengolah sampah plastik menjadi ecobrick, atau mengolah sampah organik yang kotor—seperti nasi basi, sisa makan, dan sisa tulang—dengan memasukkannya ke lubang biopori.

Sesungguhnya upaya pencegahan bisa kita lakukan dalam keseharian mulai dari hal-hal yang kecil. Banyak ikhtiar ramah lingkungan yang dapat diwujudkan, apalagi sekarang ini kesadaran masyarakat tentang hal itu sudah mulai digaungkan.

Beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan dalam upaya CEGAH:

  • menggunakan handuk alih-alih tisu
  • menggunakan kantong kain sebagai tas belanja alih-alih kantong plastik
  • membawa wadah sendiri ketika berbelanja sebagai pengganti plastik
  • membawa cutlery (sendok, garpu, sedotan) yang ready-to-go untuk mencegah penggunaan cutlery sekali pakai
  • menggunakan menstrual pad atau menstrual cup sebagai pengganti pembalut sekali pakai
  • menggunakan popok kain alih-alih popok sekali pakai

Dengan maraknya jual beli online seperti sekarang ini, penggunaan kemasan plastik atau kemasan sekali pakai makin meningkat. Upaya yang dapat kita lakukan untuk meminimalkan hal itu misalnya dengan memilih vendor yang memakai bahan ramah lingkungan sebagai pembungkus, atau memilih toko yang menyediakan wadah isi ulang. Memang agak sedikit merepotkan, tetapi kerepotan kita itu tidak ada apa-apanya dibanding dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah-sampah plastik.

Satu hal lagi yang juga bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi adalah dengan bijak memilih barang ketika berbelanja. Usahakan sebisa mungkin memilih bahan yang berasal dari produk-produk daur ulang. Merek-merek outfit ternama sekarang mulai memilih material daur ulang untuk membuat baju, sebut saja Primegreen atau Repreve yang serat kainnya dibuat dari plastik daur ulang—termasuk botol plastik air mineral. Yang membuatku takjub: kainnya tetap terasa lembut dan nyaman, tidak gerah, dan cocok untuk aktivitas olahraga outdoor. Ternyata tampil kece pun bisa tetap ramah lingkungan.

Dengan hal-hal sederhana yang dimulai dari keluarga kita, insyaallah kesadaran tentang ramah lingkungan bisa bergulir ke masyarakat laksana bola salju apabila dilakukan oleh banyak keluarga.

Nilai Manfaat Sampah

Setelah upaya CEGAH, hal yang bisa kita lakukan dari rumah adalah PILAH. Salah satu kegiatanku dalam upaya PILAH adalah menjadi anggota bank sampah. Bahkan ketika di Bandung dulu, aku aktif menjadi pengurus bank sampah.

Semasa aktif menjadi pengurus bank sampah di Bandung

Perjalananku menjadi pengurus bank sampah dimulai sejak 2015. Awal inisiasinya dimulai dari pertemuan beberapa ibu di kompleks yang peduli terhadap masalah sampah. Dari obrolan-obrolan santai, kepedulian ini berlanjut dengan mengundang narasumber dari LSM Hijau Lestari untuk memberikan insight terhadap ibu-ibu kompleks mengenai pentingnya zero waste.

Usaha ini tidak mudah, mengingat kebanyakan dari mereka masih sangat awam mengenai pemilahan sampah. Oleh karena itu, pada masa awal bank sampah kompleks kami terbentuk, pengurus sangat getol untuk melakukan edukasi. Dari pemahamanlah semua bermula.

Edukasi yang kami sampaikan intinya adalah bahwa sampah merupakan tanggung jawab kita bersama. Pertanyaan yang paling sering kami dapatkan adalah mengenai seberapa banyak nilai rupiah yang nasabah bisa dapatkan ketika menyetor sampah. Satu hal yang selalu kami tekankan: jadikan usaha memilah dan menyetor sampah ini sebagai bentuk ibadah dan bentuk kepedulian kita terhadap lingkungan.

Jika kita bicara soal uang, nilainya tentu sedikit sekali yang bisa kita dapatkan. Belum kalau kita bicara soal lelah dan jatuh bangunnya. Jika hanya berharap nilai uang, kita bisa jadi kecewa. Namun, bila usaha ini diniatkan sebagai ibadah dan kontribusi kita dalam memperbaiki lingkungan, insyaallah hati kita lebih tenang dan lebih legawa.

Pada masa awal bank sampah ini berjalan, para pengurus masih sering mendapati adanya setoran sampah yang dicampur-campur. Usaha edukasi ternyata harus terus dilakukan. Selain merepotkan pengurus, setoran sampah yang masih tercampur dan belum dibersihkan ini nilai ekonominya lebih rendah. Sebagai contoh: botol air mineral yang sudah dicopot labelnya dan sudah dipisahkan tutupnya bernilai Rp 2.000,00 per kg, sedangkan yang belum hanya bernilai Rp 1.500,00 per kg.

Selain sebagai tabungan, sampah yang dikumpulkan oleh nasabah juga bisa ditukarkan dengan barang-barang yang dijual di HL Ecomart, mini market yang dikelola oleh Hijau Lestari. Sampah ini dibanderol sesuai harga yang ditetapkan oleh Hijau Lestari, kemudian ditukar dengan voucher. Voucher tersebut digunakan sebagai diskon untuk berbelanja.

Hijau Lestari juga pernah bekerja sama dengan Twin Tulipware untuk mengurangi sampah plastik akibat penggunaan plastik sekali pakai. Beberapa item sampah dapat ditukarkan dengan diskon hingga 50% untuk mendapatkan produk-produk tertentu dari Twin Tulipware.

Dengan sistem ini, masyarakat akan lebih termotivasi untuk memilah sampah, mengumpulkan, lalu memanfaatkannya untuk ditukar dengan diskon belanja. Bahkan dengan inovasi sistem online yang sempat dikembangkan oleh Hijau Lestari bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung waktu itu, tabungan sampah ini juga bisa digunakan untuk membayar biaya listrik PLN.

Ternyata dari sampah yang sering kita pandang sebelah mata, banyak manfaat bisa kita dapatkan. Namun, yang perlu kita ingat: pemilahan sampah ini hanyalah satu dari sekian banyak ikhtiar yang bisa dilakukan jika kita sudah telanjur menghasilkan sampah. Tentu akan lebih bijak jika kita memulai usaha zero waste dari pangkalnya, yaitu mencegah dan mengurangi jumlah sampah itu sendiri.


Wednesday, March 20, 2024

Aku dan Donat

Siapa, sih, yang tidak kenal dengan donat? Makanan yang terbuat dari tepung dan seringkali berbentuk bolong di tengah ini memang menjadi favorit semua orang dari semua kalangan dan berbagai ragam usia, tak terkecuali aku.

Dulu ketika aku kecil, di Solo belum ada gerai-gerai donat kekinian seperti yang banyak ditemui di mal-mal. Waktu itu, di pusat kota hanya ada satu gerai donat yang lumayan terkenal bertajuk “American Donut”, yang belakangan anak pemiliknya menjadi temanku SMA. Gerai itu sebenarnya tidak hanya menjual donat, tetapi juga pizza dan produk-produk bakery lain. Namun, seperti yang sudah dapat diduga, menu donat menjadi favoritku. Donatnya besar-besar dan dijual dalam berbagai varian seperti keju, coklat, serta beraneka glaze.

Beranjak besar, aku malah jadi lebih menyukai donat kampung. Ukuran donat ini lebih kecil dan varian topping-nya lebih sederhana, biasanya hanya ada taburan gula halus, parutan keju, atau meses coklat. Porsinya cukup untuk sekali makan dibanding donat-donat kekinian yang buatku terlalu besar untuk dijadikan kudapan ringan.

Saking cintanya aku pada donat, saat aku menempuh S2–seolah-olah kurang kerjaan saja waktu itu, kalau kupikir-pikir–aku memutuskan membuka usaha berjualan donat. Aku menjajal peruntungan dengan mengambil franchise Donat Bakar yang pusatnya di Solo. Bahan baku donat dan topping-nya kupesan dari Solo dan dikirim ke Bandung dengan kereta api.

Kios donatku di Cisitu

Awalnya usaha ini cukup menjanjikan. Lokasi yang strategis di sebelah Indomaret Cisitu membuat kios donat lumayan laris dengan para mahasiswa sebagai target market-nya. Bahkan ada cerita ketika aku masih sibuk mempersiapkan kios, beberapa orang sudah menghampiri dan bermaksud membeli. Terpaksa kusampaikan pada mereka untuk sabar menanti saatnya gerai dibuka.

Membongkar kiriman paket donat dari tempat produksi

Kios donatku memiliki konsep yang unik. Donat yang sudah jadi dipanggang di pan seperti layaknya roti bakar, kemudian diberi topping sesuai pilihan pembeli. Hal ini membuat donat disajikan hangat-hangat, memiliki tekstur crunchy di luar dan lembut di dalam. Ada 42 varian rasa dengan beraneka menu, mulai dari yang biasa hingga varian donat yang dibuat layaknya sandwich.

Kios donatku juga pernah diliput oleh stasiun televisi lokal. Aku enggak tahu juga mereka mendapat informasi dari mana dan mengapa bisa nyasar ke kiosku, hahaha. Mungkin karena konsepnya unik dan varian rasanya cukup banyak, serta aku cukup aktif mengiklankan di media sosial. Beberapa kali dalam sebulan aku membuat sistem promo untuk menarik pelanggan.

Sayangnya, usahaku tak bertahan lama. Seiring aku lulus S2 dan kembali bekerja di kantor, ditambah keriweuhan usai melahirkan anak kedua, membuatku kurang fokus mengawasi dinamika kios. Karyawan yang kupercaya akhirnya resign, dan penggantinya ternyata orang yang tidak jujur. Tak perlu waktu lama sampai akhirnya usahaku merugi, hingga aku memutuskan untuk berhenti berjualan.

Ketika aku menjalani maternity leave usai melahirkan anak keempat, di salah satu grup emak-emak yang aku ikuti, ramai perbincangan mengenai suatu merek bread maker. Bread maker ini ngehits di kalangan emak-emak karena katanya roti yang dihasilkan bisa lembut dan penggunaannya mudah. Karena aku dan anak-anak sangat menggemari roti, langsung muncul keinginan untuk membelinya. Apalagi di waktu senggang aku memang sangat suka membuat kudapan semacam cake dan roti.

Terdapat 22 menu untuk pilihan berkreasi, di antaranya: roti, kue, yoghurt, ketan uli, selai buah, tape ketan, bubur ayam, bubur kacang hijau, dll. Jenis roti yang bisa dibuat juga sangat beragam, mulai dari roti tawar, roti manis, roti lembut, roti gandum, roti tanpa gula, roti oatmeal, roti susu, roti unyil, donat, dsb.

Salah satu menu yang paling sering kubuat dengan bread maker itu adalah donat, tentu saja. Meskipun membentuk bulatan-bulatan dough-nya tetap dilakukan manual, bread maker itu sangat meringankan pekerjaan menguleni, salah satu proses yang paling melelahkan, hehehe. Jadi, kita hanya cemplung-cemplung bahan, tunggu dalam beberapa waktu hingga mengembang, lalu tinggal membulatkan dough dan menggoreng saja.

Donat menul-menul baru keluar dari penggorengan. Belum dikasih topping, tapi dimakan begini saja sudah enak. Fluffy dan lembut.

Kini aku sudah jarang sekali membuat donat sendiri. Sejak varian donat kentang mulai mewabah, sudah cukup banyak produk ini dijual frozen sehingga aku tinggal menyetok saja untuk digoreng, atau bahkan langsung membeli jadi. Varian donat kampung tetap menjadi favoritku, mengalahkan donat-donat dengan topping kekinian.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Maret yang bertema “Cerita Kuliner”.