Sebulan lebih sejak pertengahan November, statusku tampak hiatus. Banyak yang udah terjadi.
17-28 November lalu, aku dikirim ikut Pelatihan Proteksi Radiasi di kantor BATAN Pasar Jumat, Jakarta. Wih, serasa pindahan. Soalnya Hanif ikut pergi juga, kebayang seperti apa barang-barang bawaan kalau dia ikut serta. Jadilah selama dua pekan kami tinggal di rumah Cikarang. Aku bolak-balik Cikarang-Pasar Jumat tiap hari, tapi alhamdulillah dilalui dengan penuh semangat. Soalnya pelatihannya seru euy, main-main sama sumber radiasi hehehe. Asyik juga :D
Saat sedang berada dalam masa pelatihan itulah, temanku Wiwit membawa kisah yang memilukan. Tak ada yang bisa disalahkan, mengingat ini adalah kecelakaan. Post partum depression adalah suatu penyakit yang tak pandang bulu, even itu orang yang lingkungan amaliyahnya kondusif sekalipun. Don’t you dare asking why. Depresi adalah penyakit yang membutuhkan dukungan, bukan celaan (Jadi buat yang suka mencela aku pengeluh atau tukang depresi, lihatlah... orang yang jauh lebih shaleh daripada aku juga bisa terkena!)
Selain keriangan ikut pelatihan yang seru dan kebahagiaan berkumpul dengan suami tiap hari, ada juga sebagian kisah sedih. Dengan sangat terpaksa, kami harus merelakan Mbak Sur—pengasuh Hanif—pulang. Dan penggantinya, Mbak Santi, juga sama saja. Baru sebulan udah minta pulang. Bukan faktor ketidakbetahan yang membuat mereka pulang, melainkan karena mereka punya masalah dengan suami mereka. Demi membereskan masalah-masalah itulah, mereka terpaksa pulang.
Jujur, aku merasa sangat kehilangan Mbak Sur. Dia sangat penyayang terhadap Hanif. Orangnya baik dan rajin luar biasa, juga nrimo, nggak pernah minta macem-macem—ciri khas orang Jawa yeuhh. You don’t know what you’ve got until it’s gone. Begitulah. Terlepas dari segala permasalahannya, Mbak Sur benar-benar asisten yang (hampir) sempurna. Kapan lagi ya bisa dapat orang seperti itu.
Awal Desember, aku memutuskan untuk mengambil baby sitter dari Daarut Tauhid. Dapet urutan waiting list nomer 19 bo! Tapi akhirnya dapet baby sitter juga. Alhamdulillah banget, mengingat biasanya para bunda suka kehabisan stok baby sitter (stok... emang apaan hehehe). 13-14 Desember, aku ikut Pelatihan Spiritual Mom. Pelatihan ini wajib bagi setiap bunda yang akan menggunakan jasa baby sitter, berlangsung selama dua hari, pembicaranya Teh Ninih dan Bunda Ningrum Maurice.
Subhanallah, beroleh ilmu yang cukup memberi penyegaran. Diingatkan kembali tentang peran perempuan sebagai istri dan bunda. Diingatkan kembali untuk lebih menata hati (terutama dalam menghadapi suami, hehehe). Lalu kembali berkomitmen, berjuang untuk menjadi istri dan bunda terbaik, insya Allah. Seusai pelatihan, mulai pertengahan Desember, Mbak Sari—pengasuh Hanif yang baru—tinggal di rumah kami dan resmi mengasuh Hanif.
Hmm, ada juga resolusi awal tahun yang kubuat. Sempat nulis panjang lebar, tapi pas mau di-post di sini... kok rasanya bukan buat konsumsi publik ya. Hehehe. Cukup komitmen kepada diri sendiri saja. Toh belum ada rencana konkrit yang terbayang. Lho? Ya biarin lah kalau orang lain sibuk dengan rencana-rencananya. Sampai detik ini aku belum bisa mendefinisikan atau merumuskan sesuatu dengan riil. Berharap ke depannya semakin dimudahkan dan diperjelas oleh Allah.
Fiuhh, hiatus selama sebulan lebih ternyata menyisakan banyak cerita ya.
Foto atas: ”kontingen” BATAN Bandung dalam Pelatihan Proteksi Radiasi (dari kiri: Wiwit, aku, Yulia, Mbak Ria)
Foto bawah: aku dan Teh Ninih dalam Pelatihan Spiritual Mom.